33.

250 26 0
                                    

Ten baru saja masuk ke dalam kamarnya setelah menidurkan anak-anak di dalam kamar. Karena siang tadi Hendery sempat demam Ten jadi sedikit khawatir jika sewaktu-waktu anak itu terbangun karena tidak nyaman, apalagi jika tidak menemukan siapapun selain Xiaojun di dalam kamar. Jadi setelah memastikan bahwa Hendery benar-benar tidur pulas di samping Xiaojun, Ten baru bisa meninggalkan tempat itu setelah satu jam lamanya dirinya duduk di dalam sana.

Saat ini Ten sudah berbaring di dalam kamar bersama Kun yang juga sedang berbaring di sampingnya. Dengan menggunakan lengan Kun sebagai bantal, Ten tampak menikmati nontonan dari ponsel Kun saat itu. Pembicaraan Kun dengan sekertaris nya di kantor, mereka sedang membicarakan soal bisnis. Bukan karena Ten yang meminta, hanya saja kebetulan saat itu sekertaris Kun sedang mengirimkan sebuah file yang entah apa isinya, mungkin laporan keuangan atau semacamnya.

Lelaki manis itu jadi teringat masa-masa saat dirinya masih bekerja di kantor dulu, saat sebelum dirinya menikah dengan Kun. Saat itu terasa menyenangkan, ia bisa sering bertemu dengan orang baru meskipun tidak setiap hari. Saat dirinya bisa tidur pulas sepulang bekerja atau membagikan seluruh keluh kesahnya kepada Kun melalui pesan chat. Seperti yang dilakukan Kun saat ini, bedanya kali ini Kun membicarakan soal pekerjaan sedangkan dirinya dulu tentang rindu. Bukan, dirinya bukan seseorang yang pandai mengutarakan kata rindunya sendiri, hanya saja kata romantis sedikit kurang cocok untuknya.

Sepasang mata kucing itu bergerak untuk menatap wajah tampan Kun dari samping. "Kun."

"Ya?" Kun menghentikan kegiatan pada ponselnya sejenak untuk menatap wajah manis di sampingnya.

"Gimana kalo aku kerja lagi?"

"Kerja?" Kun menatapnya bingung.

Ten menganggukkan kepalanya singkat, dirinya sudah yakin dengan keputusannya kali ini hanya tinggal menunggu persetujuan dari Kun saja. Tapi bagaimana jika Kun menolak dan tidak menyetujui dirinya kembali bekerja?

"Kenapa mau kerja lagi? Di rumah gak enak?"

"Bukan gitu, cuma kayanya kalo aku balik kerja lagi kamu jadi gak perlu repot-repot kerja dari pagi sampe malem gini."

Kun tidak merespon apapun, dirinya sibuk memikirkan bagaimana jika lelaki manis itu kembali kantor lamanya di saat seperti ini. Maksudnya di saat anak-anak mereka masih terlalu kecil. Bukannya Kun ingin melarang, hanya saja lelaki manis itu sendiri yang melarang untuk memberikan seorang pengasuh untuk si kembar, lalu sekarang ia ingin kembali bekerja yang secara otomatis harus meninggalkan kedua anaknya di rumah.

"Kun?" Ujar Ten begitu dirinya tidak mendapatkan respon apapun dari kekasihnya.

"Kenapa gak nunggu anak-anak masuk SD aja? Lagian kan sekarang si kembar masih kecil, takutnya rewel kalo gak ada kamu."

Lelaki manis itu merengutkan wajahnya kecewa. "Yah, padahal aku pengen banget balik kerja lagi."

Kun tertawa melihat reaksi lucu Ten yang terlihat merengutkan wajahnya yang masih bersandar di atas lengannya itu. Tanpa pikir panjang pria tampan itu segera menyimpan ponsel di atas meja dan berbalik untuk memeluk wajah manis itu sampai pemiliknya meronta dalam pelukannya.

"Kun! Jangan, aku gak bisa napas.!"

"Qian Kun!"

***

Kun keluar dari dalam kamar saat dirinya tidak menemukan sosok Ten di sampingnya, dan hanya meninggalkan tempat tidur kosong. Saat melihat ke arah jam, ternyata sudah pukul tujuh pagi, wajar saja jika Ten sudah pergi dan mungkin saja ia sedang mengurus kedua anaknya di bawah.

Setelah menuruni beberapa tangga, dirinya sudah bisa melihat Ten yang sedang duduk di meja makan dengan Xiaojun yang sibuk menyantap sarapan di samping ibunya dan Hendery yang duduk di atas pangkuan Ten. Kun baru ingat jika semalaman anak itu menangis kencang karena demam yang tinggi, sampai-sampai Ten tidak bisa tidur nyenyak karena khawatir dengan kondisi putranya itu.

"Kok gak bangunin aku tadi?" Ucap Kun setelah mengusap rambut hitam Ten dari belakang dan mulai menarik kursi di samping Ten.

"Tadi kamu tidur nyenyak banget, aku gak berani banguninnya." Jawabnya tanpa menolehkan kepalanya pada Kun karena dirinya sibuk menyuapi bicah di atas pangkuannya yang masih dalam kondisi demam itu. "Ayo makan dulu, Dery, habis itu minum obat."

Bocah lima tahun itu menggelengkan kepalanya cepat dan kembali memeluk tubuh ibunya dengan sangat erat. Nafsu makannya menghilang setelah melihat makanan yang biasa terlihat menggiurkan di matanya kini seperti tidak menarik sama sekali.

"Ayo Dery, makan dulu. Nanti Dery boleh beli robot baru lagi sama Injun." Kali ini bukan Ten, melainkan Kun yang mengusap rambut hitam anaknya sembari membujuk putranya agar mau menghabiskan makanannya.

Namun alih-alih Hendery yang memberi respon, justru anak lain yang menyahuti ucapannya dari samping Ten. "Beneran, Ayah?!" Sahut Xiaojun excited. Saat ini Xiaojun terlihat begitu semangat mendengar ucapan Kun yang mengatakan bahwa dirinya dan juga Hendery boleh membeli mainan baru sampai-sampai anak itu bangkit dan berdiri di atas kursi dengan kedua tangannya yang masih membawa potongan ayam dan sendok.

"Berarti Injun juga boleh beli robot dino baru dong, Yah."

Ten tertawa geli mendengar ucapan Xiaojun yang sepertinya tidak mengerti dengan ucapan ayahnya yang hanya berniat untuk membujuk saudara kembarnya tapi malah Xiaojun yang teracuni oleh ucapannya. Bocah lima tahun itu tampaknya belum paham dengan situasinya, wajar saja karena usia baru menginjak lima tahun.

"Bukan gitu, Injun. Maksud, Ayah.." Kun berusaha untuk menjelaskan namun lidahnya terlalu kaku untuk menjelaskan bahwa semua itu hanya bohongan, karena putranya yang lahir sepuluh menit lebih awal itu terlihat sudah sangat bahagia karena keinginannya untuk membeli mainan baru akhirnya terwujud. Mana tega Kun harus membohongi anaknya.

"Nanti Injun beli dino nya dua ya, Ayah?"

"Udahlah, Kun. Biarin aja, daripada nanti rewel kaya kemarin." Ujar Ten sembari menepuk pundak Hendery yang terlihat sudah tertidur lelap dalam pelukannya, mungkin karena lelah setelah semalam anak itu tidak bisa tidur karena merasa tidak nyaman dengan suhu tubuhnya yang tinggi.

"Mau gimana lagi, anaknya udah terlanjur seneng." Kun menghela napas panjang sembari menatap wajah senang Xiaojun yang tampak nikmat menghabiskan makanan di piringnya sampai habis.







To Be Continue...

Udah Februari aja nih, kalian udah punya rencana selain valentine belum?

When You Beside Me || Kunten WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang