35.

238 19 0
                                    

Kedua tangan itu menepis seseorang di sampingnya sembari menahan dua kerah baju tidurnya yang lepas karena ulah orang disampingnya. Bukannya segera pergi tidur, pasangan yang sudah memiliki dua anak itu malah asik bermain sampai larut malam, padahal mereka tau jika besok mereka masih punya pekerjaan lain ya g tidak bisa ditunda.

"Ih, udahlah Kun, ini udah malem!" Ujar Ten sambil terus mendorong tubuh Kun yang tak berhenti memeluknya dari belakang sembari menghirup aroma tubuhnya di balik ceruk lehernya.

"Bentar dulu sayang ini belum selesai." Kun semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Ten yang saat itu sudah mulai tidak nyaman dengan posisinya.

"Iya tapi nanti anak-anak bisa kebangun. Udah ah, Kun!" Lelaki manis itu semakin menggeliat di pelukan Kun.

Bukan karena tidak nyaman karena pelukan hangat Kun yang berhasil menutup hawa dingin di tubuhnya malam itu, namun dirinya khawatir jika sewaktu-waktu salah satu anak mereka muncul dari balik pintu karena tidak bisa tidur seperti kejadian-kejadian sebelumnya. Apalagi jika mereka melihat kedua orang tuanya yang.. tidak lupakan.

"Kun, udah!" Setelah perjuangan yang cukup panjang akhirnya Ten bisa segera lepas pelukan Kun yang sangat menggodanya dan segera bangkit dari tempat tidur guna memperbaiki baju tidurnya yang sudah tidak karuan akibat ulah kekasih tampannya itu.

Lelaki manis itu berdiri di depan cermin yang menempel pada pintu lemari pakaian sembari menggerutu. Pasalnya bekas merah yang Hendery lihat sore tadi bertambah banyak karena kelakuan Kun yang sama sekali tidak bisa mengontrol keinginannya sendiri yang alhasil dirinya juga yang kena getahnya.

"Tuh kan tambah merah." Gumamnya sembari mengusap lehernya sendiri.

"Gak apa-apalah, buat tanda kalo kamu punya aku." Sahut Kun yang masih berada di atas tempat tidur sambil terus menatap ke arah Ten.

Sontak Ten membalikkan tubuhnya ke belakang, menghadap Kun yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah karena sudah menidurinya sebanyak dua kali dalam satu hari ini. Bahkan Kun hanya tersenyum setiap kali Ten mengeluhkan punggungnya sakit karena terus dihantam oleh hasrat Kun, apa-apaan itu?

"Tanda apaan kaya gini?! Udah ah aku gak mau tidur sama kamu lagi!" Dengan wajah kesal Ten mulai berjalan menghampiri pintu kamar dan berniat untuk keluar dari dalam kamar.

Namun hal itu dengan cepat dicegah oleh Kun yang segera bangkit dari tempat tidurnya saat mengetahui bahwa Ten hendak pergi keluar dari dalam kamar dengan menghadang langkah Ten menuju pintu. Tentu saja Kun melarangnya.

"Jangan! Iya, aku minta maaf soal tadi, tapi kamu di sini aja, ya? Tidur di sini aja sama aku." Ucap Kun saat dirinya berhasil menghadang Ten untuk tidak keluar.

Namun sepertinya tidak semudah itu, lelaki manis itu sudah terlanjur kesal dengannya dan memilih untuk mendorong Kun dari depan pintu. "Gak, pokoknya aku mau tidur sama anak-anak."

"Eh, sayang, sayang, jangan keluar dong, nanti kalo kamu tidur sama anak-anak aku sama siapa?" Ujar Kun sembari menahan pergelangan tangan Ten yang sudah siap menggenggam kenop pintu kamar mereka. Sekarang Kun menyesali perbuatannya.

"Tidur aja sendiri. Udah sana minggir!' lelaki manis itu membuka kenop pintu dengan satu tangan dan tangannya yang lain menahan agar Kun tidak menariknya kembali ke dalam kamar. Untuk sekarang dirinya ingin tidur di tempat lain dan bukan dengan Kun.

"Masa kamu tega sih tinggalin aku tidur sendirian gini, sini aja ya jangan kemana-mana.."

"Ayah.."

Seketika fokus kedua pasangan itu buyar saat terdengar suara anak kecil dari samping mereka. Keduanya sontak segera menolehkan kepalanya ke arah suara dan menemukan bahwa kedua anak kembar yang sebelumnya sudah tertidur lelap di kamar mereka kini sudah berdiri tepat di hadapan mereka dengan membawa bantal guling beserta boneka beruang di tangan Xiaojun. Serta tatapan mata polos mereka yang sedang menatap bagaimana kedua orang tuanya itu berdebat karena hal yang mungkin tidak mereka ketahui.

"Ayah sama Papa lagi ngapain?"'

***

Pagi hari yang ricuh dimulai di kediaman keluarga Johnny Suh yang seharusnya bisa menikmati sarapan mereka yang tenang harus terusik dengan ulah putra mereka yang entah kenapa hari terlihat lebih aktif dari hari sebelumnya.

Bocah laki-laki berusia sembilan tahun itu terus berjalan kesana-kemari saat Doyoung yang dengan kesabaran penuh membawa piring makan putranya yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya. Maka sebelum makanan itu dingin dan tidak bisa dimakan lagi, Doyoung lebih memilih untuk menyuapi putranya itu agar makanannya bisa segera habis.

Namun siapa sangka jika Mark malah akan semakin gencar berlarian kesana-kemari dengan membawa sepotong nugget ditangannya.

"Ayo Mark, sarapannya dihabisin dulu nanti baru boleh main." Seru Doyoung sembari berjalan menghampiri Mark yang sedang melompat-lompat di atas sofa saat Doyoung datang menghampirinya. Namun belum sampai Doyoung berhasil menyuapkan sesendok nasi ke mulut Mark, anak sudah lebih dulu turun dari atas sfoa dan berjalan menuju dapur yang mana itu semakin membuat Doyoung kewalahan menghadapi tingkah lakunya.

"Mark, ayo dong habisin dulu sarapannya. Baru habis itu Mark boleh main lagi deh. Ya?"

"No, Mark mau disuapin sama Daddy." Anak itu menutupi mulutnya dengan menggunakan kedua tangannya yang masih membawa nugget.

"Tapi beneran dimakan ya kalo sama Daddy?" Tanya Doyoung memastikan, karena kalau tidak dirinya sudah tidak tau hal apa yang harus dirinya lakukan agar putranya itu ingin menghabiskan makanannya.

Maka tanpa pikir panjang Doyoung segera berjalan menuju lantai atas untuk memanggil Johnny yang sebelumnya sedang berganti pakaian karena sebelumnya dirinya terkena tumpahan susu karena ulah Mark tentunya. Beberapa saat kemudian ia kembali ke ruang tengah bersama dengan Johnny yang sudah berganti pakaian dan segera berjalan menghampiri Mark yang saat itu sedang duduk di atas sofa sembari memakan nugget yang dirinya bawa.

"Mana nih yang tadi mau disuapin sama Daddy, hem?" Tanpa aba-aba Johnny segera merangkul pundak Mark dan mencubit pipi tembam milik putranya.

"Ah, Daddy jangan dicubit nanti tambah melar!" Protes Mark karena Johnny terus mencubit pipinya.

"Gak apa-apa melar, biar tambah lucu. Udah, sekarang makan dulu biar tambah melar." Johnny segera merain piring makanan di atas meja dan menyuapi putranya itu sedikit demi sedikit.

Untungnya kali ini Mark jadi sedikit mudah untuk menghabiskan makanannya, kalau tidak Doyoung pun tidak tau apa yang harus dirinya lakukan. Memang benar, gen yang diberikan oleh Johnny benar-benar melekat pada diri Mark.

***

Suara helaan napas itu terdengar panjang dari samping tempat tidur. Seseorang dengan telepon genggam yang dirinya tempelkan pada daun telinganya itu tampak tengah duduk bersandar pada ranjang tempat tidurnya.

"Gue butuh waktu buat pikirin itu semua. Untuk sekarang biarin gue sendiri dulu, dan jangan muncul dihadapan gue sebelum gue sendiri yang minta... Makasih sebelumnya,.."











To Be Continue...
Halo aku kembali 😁😁👋🏻
Lagi pada ngapain nih hari ini?
Seninnya seru gak?

When You Beside Me || Kunten WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang