53.

110 20 3
                                    

Kun tampak duduk di atas tempat tidurnya saat Ten terus mengusap air mata yang tak kunjung berhenti mengalir dari kelopak matanya. Selama Ten berbicara dengan kedua putranya melalui panggilan telepon, Kun sudah berada di samping kekasihnya tanpa mengucapkan kalimat apapun. Setelah selesai menghubungi anak-anak yang saat ini masih berada di rumah kedua orang tuanya, tangisan Ten kembali pecah begitu pembicaraan soal adik untuk kedua putranya itu muncul.

Jujur saja Kun sama sekali tidak pernah berekspektasi jika Ten akan sekacau ini hanya karena ucapan tidak sengaja yang keluar dari mulutnya saat itu. Mungkin jika dirinya lebih berhati-hati, kejadian di mana Ten harus kehilangan sebagian nyawanya itu tidak akan pernah terjadi. Namun sayangnya ucapan tidak bisa ditarik kembali, semuanya sudah terlambat, bayi yang menjadi harapan besar Ten sudah pergi meninggalkannya bersama rasa sakit yang siapapun tidak akan bisa tau bagaimana rasanya.

Dihembuskan napasnya panjang, setelah itu dirinya mulai berujar. "Maaf, harusnya aku gak ngomong kaya gitu ke kamu kalo pada akhirnya bakal jadi begini."

Ten sama sekali tidak merespon ucapan Kun, melainkan ia mulai mengusap permukaan perutnya yang saat ini sudah tidak ada lagi kehidupan sesosok kecil yang ada di dalamnya. Tidak ada gerakan-gerakan kecil yang biasa dirinya rasakan saat makhluk kecil itu masih ada di perutnya, hilang. Mungkin jika hari itu tidak ada, mungkin saja makhluk kecil itu masih ada di perutnya sampai sekarang.

"Aku tau kamu pasti kecewa sama aku, tapi seenggaknya jangan siksa diri kamu cuma buat hal yang udah lewat. Kita bisa jalanin kehidupan yang baru lagi nanti.."

Ten dengan kedua matanya yang memerah ia menolehkan kepalanya ke arah Kun begitu ia mendengar kalimat terakhir terlontar dari mulut kekasihnya itu. "Jalanin? Kamu pikir jalanin kehidupan yang udah nyaris hancur lebur itu gampang? Gak segampang itu, Kun. Rasa trauma sama rasa sakit itu bakalan terus ada, dan akan selalu ada. Kamu pikir hilangin itu semua gampang, hah!"

"Aku tau, tapi kita gak bisa terus-terusan kaya gini. Mau gimanapun juga kita juga orang tua, Ten. Kita gak bisa terus-terusan terpuruk kaya gini di hadapan anak-anak, mereka gak tau apa-apa."

Lelaki manis itu tertawa hambar setelah mendengar penuturan Kun mengenai anak-anak. Bukankah sebelumnya Kun sangat benci membahas perihal anak bersamanya, tapi mengapa sekarang seolah-olah Kun lah yang paling mengerti tentang anak-anak? Lalu apa arti semua kalimat yang dirinya ucapkan untuk menggugurkan anaknya yang pada akhirnya gugur dengan cara yang lain itu?

"Sebenarnya tujuan kamu menikah sama aku itu apa sih, Kun? Cuma buat mainin perasaan aku dengan kasih omongan palsu itu ke aku?"

Kun diam membisu di samping Ten, tidak tau harus menyangkal dengan jawaban apa lagi. Dari awal dirinya mencintai kekasihnya, bahkan sangat mencintainya. Namun dirinya tidak pernah memiliki sedikitpun niat untuk mempermainkan perasaan lelaki manis itu, sungguh. Dan mengenai ucapannya saat itu, Kun benar-benar tidak pernah berniat untuk mengucapkan kalimat menyakitkan itu pada Ten. Dirinya hanya tersulut emosi hingga tanpa sadar mengucapkan kalimat menyakitkan yang pada akhirnya berimbas pada janin yang ada di dalam perut Ten.

"Dan sekarang kamu udah puas mainin perasaan aku dengan gugurin anak aku sendiri? Puas kan kamu?"

"Ten, aku.."

"Aku tau dari awal kamu selalu nolak punya anak sama aku, tapi sekali aja kamu pikir, Kun. Ini anak kamu, darah daging kamu, gimana kamu bisa tega bilang kaya gitu di saat anak-anak kamu butuh peran kamu sebagai seorang ayah." Ten berujar dengan penuh penekanan sampai-sampai hembusan napasnya terdengar begitu kasar dari mulutnya. "Aku tau, aku emang gak bisa jaga diri aku baik-baik, tapi kalo emang jalannya kaya gitu aku harus gimana?"

"Aku punya alasan sendiri kenapa aku gak mau punya anak, karena aku gak mau kalo harus liat kamu yang terus-terusan sakit karena hamil, aku gak mau kamu harus kecapean ngurus anak-anak tiap hari." Kun mencoba untuk membela diri, namun sepertinya hal itu tidak berpengaruh apapun untuk Ten.

When You Beside Me || Kunten WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang