049: (what if) Tak Beruntung

1.5K 127 8
                                    

Berandai beberapa tahun lalu jika keduanya tak di karuniai Haikal di hidupnya.

°°°°°°°°°°

Terhitung sudah 5 tahun dari awal mereka menikah, banyak sekali hal yang keduanya lalui bersama. Banyak sekali rasa sedih yang sebenarnya Renjun lalui sendiri, 5 tahun sudah Renjun menanti kehadiran buah hatinya, tapi hingga saat ini pun tak kunjung. Sejak setahun lalu pun Renjun sudah tak bekerja, ia meninggalkan bisnisnya begitu saja, dari awal ia memutuskan tak produktif kembali dari bisnis nya karena ia yang ingin sekali bedrest total agar cepat mengandung.

Tetapi hingga Renjun bedrest total di rumah sudah setahun lebih pun ia dan sang dominan pun tak di berikan kepercayaan untuk memiliki anak. Bahkan Renjun di rumah pun tak melakukan pekerjaan rumah, ini karena keinginannya.

Pagi hari Haechan sudah rapih keluar dari walk in closetnya dengan pakaian kantornya lengkap dengan jasnya. Ia melihat gemas ke arah si submisive nya yang masih bergulung di dalam selimut, Renjun kurang tidur karena tadi malam ia menghabiskan waktu untuk menonton film.

Haechan berlutut di samping ranjang, mengelusi pipi Renjun yang tak lagi gembil, entahlah kenapa pipi lembut nan gembil yang suka sekali ia elusi berubah menjadi pipi yang cukup tirus. "Kamu mau ikut aku di kantor gak, sayang?" Ajak Haechan, Haechan memang kerap sekali mengajak Renjun ke kantornya. Sedih sekali rasanya jika meninggalkan Renjun di rumah hanya dengan art nya. Walaupun memang Renjun bila ikut ke kantornya hanya membaca novel nya pun yang terpenting tak hilang dari pandangannya.

"Sayang, aku berangkat ke kantor ya. Mau ikut?"

Renjun yang gampang terusik pun langsung membuka matanya, mendapati suaminya yang sudah sangat tampan. "Mau ikut gak, adek?"

Renjun menggelengkan kepalanya. "Mau di rumah aja."

"Sarapan dulu, mau?"

"Aku mau bobo lagi, nanti aja sarapannya. Kamu hati-hati ya mas." Haechan langsung membubuhkan ciuman di pipi Renjun, serta mengelus punggung sempit Renjun agar si mungil nya kembali terlelap.

"I love you adek. Selamat bobo lagi." Haechan mengecup kening Renjun.

"I love you too, hati-hati bawa mobilnya." Gumam Renjun yang kembali menutup matanya. Haechan kembali merapihkan selimut yang di pakai Renjun sebelum ia benar-benar meninggalkan kamar

°°°°°°°°°°

Renjun terbangun cukup siang hari ini, pukul 9 pagi ia baru membuka matanya. Sedari tadi ia bangun pun belum ada niat untuk bangkit dari kasur, ia bingung ingin melakukan apalagi di rumah ini, terlalu bosan hanya sendiri di rumah yang cukup luas ini.

"Bosen banget." Gumam Renjun.

Renjun bangun dari kasurnya, dengan hanya masih menggunakan kemeja putih milik dominannya dan juga celana pendek nya. Merapihkan kembali kasurnya.

Renjun langsung keluar kamar, mencari makanan di meja makannya. Karena ternyata perutnya sudah cukup lapar bila bangun kesiangan seperti ini.

"Aden Renjun mau makan? Mau bibi panasin dulu gak. Sudah dingin soalnya." Ucap si art menawarkan.

"Boleh bi, tapi jangan lama-lama ya, yang penting hangat aja." Si bibi langsung sigap mengambil makanan yang berada di atas meja, membawanya kembali ke dapur.

Hampir 10 menit kemudian si bibi akhirnya kembali ke hadapan Renjun dengan membawa kembali piring-piring yang berisi makanan.

"Jamu nya jangan lupa ya bi." Entahlah sejak kapan Renjun menyukai perjamuan seperti ini, yang jelas 3 bulan terakhir ini Renjun sering kali meminumnya, setiap hari bahkan. Perjamuan yang di percaya bisa membuatnya subur dan cepat memiliki anak.

Mas dan Adek (Hyuckren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang