056: Pertikaian (?)

2.3K 181 8
                                    

Usia kandungan Renjun memasuki usia 16 Minggu atau 4 bulan. Di trimester kedua ini ia di hadapkan dengan morning scikness di pagi hari dan tingkah aktif Haikal yang membuatnya lelah. Lelah juga menanggapi semua pertanyaan dari si sulungnya yang makin hari makin ingin tau semua hal. Bahkan terkadang barang yang di pegang Renjun pun di pertanyakan.

"Kenapa adik bica disini?" Ucap Haikal yang kedua tangan mungilnya tengah berada di perut Renjun.

Renjun pun gelagapan ingin menjawab seperti apa, rasanya terlalu dewasa jika ia menjelaskan. "Nanti kalau udah besar Abang tau."

"Kenapa lama sekali." Keluhnya. "adik lagi apa?" Haikal menempelkan kupingnya di perut Renjun yang tengah berbaring.

"Tadi kan baba abis makan buah, berarti sekarang adik lagi makan juga."

"Pisangnya enak nda adik? Abang no no cuka." Hari telunjuk kecil Haikal menekan-nekan area perut Renjun.

"Tenapa pelut baba ada ini na?" Tunjuk Haikal di area strestck Mark Renjun.

"Karena Abang dan adik sama-sama tinggal dan tumbuh di perut baba. Perut baba tuh seperti balon, bisa membesar dan melebar. Kan adik di perut baba tambah besar. Jelek ya perut baba?"

"Eum, jelek sedikit. Waktu Abang di pelut, sakit nda?"

"Sakit kalau Abang suka tendang perut baba. Tapi baba gpp, berarti tandanya Abang sayang sama baba, karena Abang respon ucapan baba dengan cara tendang-tendang."

°°°°°°°°°°
Rada siang sedikit Renjun rencananya ingin mengistirahatkan tubuhnya, setelah dari pagi sibuk bermain dengan Haikal. Di trimester kedua ini Renjun gampang sekali lelahnya, walau ia sudah tak lagi mengerjakan pekerjaan rumah. Saat Renjun hendak mengistirahatkan tubuhnya di kamar, Haikal pun sudah berada di kamarnya karena tadi diajak. Saat di kamar betapa terkejutnya Renjun mendapati kamarnya yang barang-barang di meja riasnya cukup sangat berantakan. Dengan beberapa parfum yang sudah pecah, botol serum Renjun yang isinya sudah tandas karena dikeluarkan.

"ABANG." Pekik Renjun. Sedikit khawatir Renjun melihat Haikal yang masih berdiri di depan meja riasnya, dengan dikelilingi pecahan botol parfum.

Haikal terpenjat kaget mendengar teriakkan Renjun. "Baba."

"Sini abangnya, jangan dekat pecahan botol." Renjun mengangkat Haikal, menjauhkan si kecilnya dari tumpukan pecahan. "Sakit gak nak?" Renjun memeriksa seluruh badan Haikal, bahkan hingga bajunya pun ia singkap takut ada berdarah atau pecahan yang menancap di kulit seputih awan ini.

"No no kit, baba."

"Abang tunggu sini, baba beresin ini dulu ya." Renjun mendudukkan Haikal di sofa. Ia pun kembali ke meja riasnya membersihkan kekacauan yang ada. "Abang, inikan parfum limited yang baru baba beli." Mau menangis dan meraung rasanya Renjun melihat parfum yang baru ia beli bahkan parfum itu limited, bahkan Renjun sendiri pun belum mencobanya. Renjun dengan perut buncitnya bersusah payah membersihkannya. Sambil membersihkan parfum yang ia idamkan sambil menyeka air mata di pipinya Renjun yang sangat sensitif dan sakit hati melihat barangnya pun terisak sambil memegang pecahan kaca, hingga tanpa terasa pecahan tersebut menggores jari-jarinya.

"Awww." Ringisnya.

PRANG

Renjun langsung menolehkan kepalanya, melihat Haikal yang memecahkan teko dan gelas yang berada di atas meja.

"Abang mawu minum, telus jatuh." Ucap Haikal membela diri. Haikal pun sudah melihat raut marah Renjun dengan wajah yang bercucuran air mata.

"KELUAR! KELUAR DARI SINI!" Renjun dengan wajah marahnya menarik Haikal keluar dari kamarnya. Iya sangat marah, marah karena tubuhnya yang lelah, marah karena Haikal yang memberantaki kamarnya. Dan marah karena Haikal memecahkan parfumnya yang baru.

Mas dan Adek (Hyuckren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang