069: Abang & Adik

1.9K 178 16
                                    

Renjun sebenarnya sudah terbangun dari pukul 6 pagi tadi, tapi ia kembali tertidur setelah menyusui Raina. Drama pagi yang di jalani Haechan juga tampak sedikit menguras emosinya, Haikal sama sekali tak mau bangun dari tidurnya untuk berangkat sekolah. Jadilah Haechan menghela nafas pasrah mengizinkan putra sulungnya tak sekolah untuk hari ini, Renjun belum tau dengan tingkah anaknya ini, entahlah Baba dua anak itu akan marah atau tidak nanti ketika bangun tidur mendapati putranya.

Jam 8 pagi Renjun terbangun, ia langsung meninggalkan Raina begitu saja di kasur karena mendengar bercandaan Haechan dan Haikal yang seperti berada di kamar Haikal. Setelah meletakkan bantal-bantal di pinggir tubuh Raina ia langsung menghampiri sumber ketawa yang sedari tadi ia dengar.

"Mamas?"

Haechan dan Haikal yang kepergok Baba pun hanya menatap Baba nya yang berdiri di depan pintu kamar.

"Abang, engga sekolah?" Tanyanya.

"Abang engga mau, tadi bangun tidur ngambek engga mau aku mandiin." Ucap Haechan.

"Abang kenapa engga mau sekolah?" Renjun berusaha berbicara sehalus mungkin padahal dia juga sudah dua kali menghela nafas kasar menahan emosinya.

"Abang mawu di lumah sepelti Yayah."

"Abang engga boleh makan manis-manis pokoknya ya hari ini." Ancam Renjun, ia pun juga langsung berlalu begitu saja meninggalkan keduanya yang termenung melihatnya pergi.

Renjun langsung membangunkan bayi nya, dan membawa Rania kembali ke kamarnya, ia akan memandikan si bungsu di kamarnya sendiri.

"Wangi sekali, nak." Ucap Renjun yang baru saja selesai memakaikan baju pada Raina. Di cium-ciumi nya wajah mengantuk anaknya. "Nen dulu, adik." Jari jemari Renjun menoel-noel pipi gembil Raina yang tampak tak terganggu sama sekali oleh tangan jahil nya.

Saat sedang menyusui Renjun di datangi oleh kedua jagoannya.

"Babaa!" Pekik Haikal sambil berlari menuju Baba nya.

"Jangan lari, Abang." Ucap Renjun mewanti anaknya.

Haikal saat sudah di depan Baba nya langsung memeluk dengkul Renjun yang sedang terduduk di bangku menyusui nya. "Babaaaa."

"Apa, Abang?"

"Adik ngapain, baa?"

"Nen, adik lagi nen Abang."

Tangan mungil Haikal memegangi kaki kecil adiknya yang keluar dari selimutnya, kaki yang terbalut kaus kaki bayi nya.

"Pelan-pelan ya, bang." Ucap Haechan sambil memperhatikan, ia takut Haikal gemas dengan adiknya dan melakukan hal yang tidak ia inginkan.

"Buka! Mawu liat kaki adik Yayah." Haikal melompat-lompat sambil memegangi kaus kaki adiknya.

"Tanya Baba, boleh atau tidak?"

"Pelan, boleh." Haechan membantu membuka sarung kaki Raina yang berwarna pink. Kaki kemerahan nan kecil langsung terlihat jelas.

"Hihi lucuuu." Kikik Haikal, si Abang ini juga terlihat menggerakkan giginya menahan gemas. "kaki kecil."

"Lucu ya kaki, adek? Gemas sama adek ya, Abang?"

"Yayah, look kaki adik gerak hihi." Ucap Haikal penuh excited saat adiknya menggerakkan jemari kakinya yang mungil.

"Gemas sekali, Abang." Renjun mengusapi surai Haikal, wajah anaknya tampak terlihat gembira pagi ini walau hanya melihat kaki kaki kecil adiknya. "Adek udah selesai ya, nen nya." Renjun melepaskan putingnya dari mulut adek, ia langsung menyerahkan adek ke Yayah nya.

Mas dan Adek (Hyuckren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang