Keluarga kecil ini benar-benar sangat menikmati tidur siangnya di dalam pelukan sang Yayah. Apalagi Raina yang berada di atas tubuh Haechan. Tentulah Renjun yang tak dapat peluk bangun lebih dulu.
"Mamas, bangun. Udah sore." Punggung tangan Renjun mengusapi pipi Haechan yang mendingin karena AC.
"Abang, bangun yuk, nak." Bergantian sekarang tangan Renjun mengusapi surai hitam Haikal yang basah, anak sulungnya ini memang gampang sekali berkeringat, padahal di kamar ini pun sudah ada AC.
"Eunghhh Babaaaaa." Rengek Haikal.
"Apa, bang?"
"Mawu mam huks, Abang mawu mam huahhh." Entah kenapa anaknya sampai nangis seperti ini.
"Iya bang, ayo mam, jangan berisik adiknya masih bobo." Renjun langsung bangun dari tidurnya, menghampiri Haikal yang sudah menangis. "Engga perlu nangis, Abang."
"Mawuuu mam huks."
"Iya ayo." Renjun menarik tangan Haikal agar bangun dari tidurnya.
Haechan yang mendengar suara tangisan putranya pun langsung terbangun, mendapati Haikal di sebelahnya yang tengah merengek. "Kenapa nangis, bang. Abang mau apa?"
"Mawu gendong hiks." Haikal sudah merentangkan tangannya ke arah Baba nya, Renjun pun langsung menggendong tubuh besar Haikal dari pada nangisnya semakin menjadi.
"Berat, sayang. Sini sama Yayah aja."
"Enggak-enggak. Nanti adek bangun ihh."
Renjun langsung meninggalkan begitu saja suaminya yang sepertinya akan kembali terlelap bersama anak perempuannya.
"Mau mam apa? Spaghetti lagi?" Tanya Renjun setelah Haikal duduk di kursinya.
"Nda mawu, mawu mam sepelti Yayah."
"Bakso seperti Yayah?"
"Heum heum Baba, mawu pakai nasi."
Renjun meletakkan mangkuk yang sudah berisi bakso dan nasi nya kehadapan Haikal.
"Kok dikit, Abang ga mawu." Haikal sedikit mendorong mangkuk nya. Ia tak mau di kasih porsi yang sedikit, padahal menurut Renjun ini memang porsi yang pas, yang biasa di makan oleh Haikal.
"Ini banyak, bang. Habisin dulu baru nanti nambah lagi."
Dengan wajah cemberutnya akhirnya Haikal memakan makanan yang sudah ada di hadapannya. "Mau minum es susu atau es teh? Jangan marah gitu wajahnya, nak." Renjun mengusapi pipi Haikal.
"Mawu teh."
"Ini, mau di suapin baba?" Tanya Renjun setelah meletakkan segelas es teh yang tak begitu manis di hadapan Haikal. Haikal yang di tanya pun menganggukan kepalanya.
"Baba, Abang mawu beli mainan satu boleh?"
"Engga boleh, mainan Abang sudah banyak loh."
"Tapi Abang mawu."
"Beli pakai tabungan Abang aja, mau?"
"Huh, kenapa tidak pakai uang Yayah saja?"
"Kan beli mainan pakai uang Yayah sudah banyak. Sekarang pakai uang Abang, ya?"
"Tidak! Abang mawu lagi mam nya." Pintanya kepada Renjun dengan mangkuk di genggaman tangan Renjun yang sudah kosong.
"Mam apa jagoannya Yayah?" Tanya Haechan yang baru keluar kamar, dengan Raina yang sepertinya masih terlelap jadi Yayah dua anak itu tak membawa putri bungsunya.
"Mam ini." Tunjuknya ke arah mangkuk yang masih di pegangi oleh Baba.
"Mana? Udah kosong tuh mangkoknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas dan Adek (Hyuckren)
AléatoireKalo kata hyuck, ini bukan akhir dari kisahnya dan Renjun, tapi ini adalah awal, awal dari semua kisahnya. "Ini adalah awal, awal dari semua perjalanan yang mau kita lewati bersama-sama" "Ayo mas saling genggam! Agar ngelewatin semua rintangan per...