Beberapa Minggu terakhir Haechan selalu pulang larut sekali. Tidak biasanya sepertinya. Walaupun lembur pun hanya 2/3 kali sama seminggu. Bahkan Renjun hari ini menunggu Haechan pulang pukul 23:30 walau matanya sudah sangat mengantuk dan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Dengan sabar Renjun menunggu Haechan di ruang tamu. Hingga tak lama ia mendengar suara mobil yang sepertinya sudah memasuki pekarangan rumah. Tak berapa lama Renjun mendapati Haechan memasuki rumah dengan keadaan kusut dan berantakan. Dengan jas yang sudah ia genggam dan dasi yang sudah tanggal entah kemana.
"Mamas." Panggil Renjun.
"Kok masih bangun?." Renjun menghampiri Haechan dan langsung memeluk tubuhnya dengan erat. Sepertinya Renjun rindu yang teramat sangat dengan si dominan ini. Karena jika pagi hari Renjun bangun Haechan sudah berangkat kantor dan ketika malam hari Haechan pulang pun Renjun sudah kembali terlelap. Begitupun dengan Haikal. Sudah lama sekali rasanya Haechan tak menghabiskan waktu dengan dua manusia tercintanya.
"Kok engga tidur? Kasian adik."
"Adik bayi kangen Yayah." Renjun sudah membenamkan kepalanya di dada bidang Haechan, entah sudah berapa lama Renjun tak mencium harum tubuh suaminya ini.
"Jangan lembur terus Yayah, Abang juga cariin yayahnya terus." Bahkan Haikal berangkat sekolah pun sudah tak lagi diantar oleh Haechan saking Haechan berangkat terlalu paginya.
Renjun yang memang sudah mengantuk mendusalkan kepalanya di dada bidang sang suami. "ngantuk ya?" Renjun menganggukan kepalanya.
"Bobo ya?" Ajak Haechan sambil menuntun Renjun menuju kamar.
"Laper gak? Mas mau makan dulu?" Tanya Renjun.
"Aku tadi udah makan sayang."
"Engga mau tidur, mau ngobrol aja Mamas." Rengek Renjun.
"Iya ngobrol di kasur aja ya, biar kamu sama adik istirahat juga."
Saat keduanya sudah di kamar, Haechan tadi perbolehkan Renjun untuk mandi, iya hanya diperbolehkan mengganti bajunya oleh Renjun. Renjun sama sekali tak membolehkan Haechan menyiram badannya karena takut suaminya rematik.
"Kenapa lembur terus?" Sebelah tangan Haechan terulur untuk mengelusi perut renjun yang pakaiannya telah ia singkap. Merasakan perut Renjun yang sudah tak lagi rata dari sebelumnya.
Begitu bingung Haechan ingin menjawab apa. Rasanya bingung jika jujur takut Renjun berfikir dan ikut stress. "Gpp sayang, lagi ada project aja." Ujarnya dengan berbohong.
"Kamu lagi engga bohong kan?" Mata Renjun menatap Haechan dengan penuh Selidik.
"Bohong apa sayang?" Begitu gugup Haechan, ia takut Renjun tau permasalahannya lebih dulu, ia takut Renjun nya tau dari mulut orang lain.
"Selingkuh gitu? Kamu engga selingkuh kan?" Tanya Renjun sambil memanyunkan bibirnya.
Haechan melebarkan matanya. "Demi tuhan sayang. Aku engga gitu."
"Jangan selingkuh Mamas, engga inget emang anaknya udah mau 2?"
"Ya tuhan sayang, engga ada yang selingkuh."
"Hehe, iya Mamas." Renjun meletakkan tangannya di atas tangan besar Haechan yang masih mengelus perut ratanya.
"Ayo cerita apapun yang mau kamu ceritain, kita jarang banget ketemu gini."
"Nanti aku cerita. Nanti kalau semua hal udah beres ya sayang."
Renjun memahami apa yang diinginkan Haechan jadi ia memilih menganggukkan kepalanya. "Boleh gak besok berangkat kantornya rada siang? Abang tadi pulang sekolah nangis karena kangen Yayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas dan Adek (Hyuckren)
DiversosKalo kata hyuck, ini bukan akhir dari kisahnya dan Renjun, tapi ini adalah awal, awal dari semua kisahnya. "Ini adalah awal, awal dari semua perjalanan yang mau kita lewati bersama-sama" "Ayo mas saling genggam! Agar ngelewatin semua rintangan per...