Haikal pulang sekolah sama sekali tak menyapa Renjun yang sedari tadi menunggunya di ruang keluarga. Memang Renjun sudah beberapa hari ini tak menjemput Haikal ke sekolah karena mualnya akhir-akhir ini semakin intens walau sudah memasuki tahap trimester ke 3.
"Abang." Panggil Renjun.
Haikal sama sekali tak mengindahkan panggilan Renjun, si kecil ini malah berlari ke arah dapur yang sepertinya sedang mencari sang bibi disana.
"Abang mawu mam." Pintanya. Sang bibi yang mendapati Haikal di dapur masih lengkap dengan seragam nya pun bingung sendiri, biasanya Renjun yang akan mengurusnya semuanya, kecuali Renjun meminta tolong nya atau pun terkadang sedang sibuk, tapi itu sepertinya jarang sekali. Dan bibi pun tau si lelaki manis itu sedari tadi tengah menunggu si anak sulungnya di ruang keluarga untuk menanti pulang sekolah.
"Loh Abang engga sama baba?" Bibi pun membantu Haikal melepaskan tasnya yang masih berada di punggungnya.
"Abang Nono cama baba."
"Abang??" Renjun mencari Haikal juga sampai dapur. "Loh kok Abang disini? Sini nak sama baba ya?."
"Nda mawuu." Haikal menolak dengan keras, bahkan sekarang tubuh kecilnya sudah berada di belakang tubuh sang bibi untuk menghindari baba nya.
"Abang kenapa nak? Sini cerita sama baba mau?" Sedih sendiri Renjun mendapat penolakan dari anaknya.
"Abang nda mawuu."
Renjun menghela nafas pasrah. "Minta tolong ya bi Abang di gantiin baju, abis ini mau makan siang dan tidur soalnya."
Tangan kecil Haikal langsung di gandeng untuk menuju kamarnya.
Renjun langsung berfikir keras kenapa anaknya seperti nya tengah merajuk padanya. Entah Renjun tadi pagi melakukan kesalahan apa hingga Haikal seperti itu, tapi seingatnya, tadi pagi Haikal happy-happy saja waktu berangkat sekolah bersama Haechan. Mungkin karena ia tak jemput? Ia harus meminta maaf kepadanya.
Renjun menemani Haikal makan di meja makan, memperhatikan si calon Abang makan dengan pintarnya. Tak mau di suapi oleh Renjun sama sekali ia ingin makan sendiri.
"Abang kenapa?" Haikal tak menjawab pertanyaan Renjun.
"Abang mawu bobo di Kamal Abang." Ucap Haikal setelah menyelesaikan makannya.
"Kan biasanya bobo siang di peluk baba. Di kamar baba aja ya?"
"No no Abang nda mawu." Haikal langsung masuk kedalam kamar nya saat keduanya sudah berada di lantai 2. Meninggalkan Renjun yang masih berada di luar kamarnya.
"Baba usap-usap ya punggungnya. Baba bobo disini boleh?"
"Baba bobo cendili saja, Abang mawu dicini."
Tubuh Haikal memunggungi Renjun. Renjun pun mengusap punggung Haikal agar cepat terlelap, karena kan biasanya Haikal tidur siang dimanja oleh Renjun karena di beri usapan, ini tumben sekali anak sulungnya ingin tidur siang sendiri.Saat Haikal sudah terlelap Renjun tetap memaksakan dirinya untuk ikut tidur di kasur kecil Haikal. Memeluk tubuh anak nya yang semakin hari semakin besar. Renjun tak ingin meninggalkan rutinitasnya untuk tidur siang bersama si sulung. Dengan langkah yakin ia memasuki kamar Haikal. Dan mendapati Renjun yang meringkuk di kasur kecil Haikal.
Renjun takut ketika bayi nya lahir ia sudah akan mulai jarang melakukan hal hal sekecil ini untuk memperhatikan Haikal, karena ia takut sendiri akan sibuk dengan bayi nya.
°°°°°°°°°°
Haechan pulang lebih cepat dari biasanya sambil membawa titipan cake untuk Renjun. Saat si tak mendapati Renjun ataupun anaknya di ruang keluarga Haechan langsung masuk ke dalam kamar utamanya dan juga tak mendapatinya. Dengan langkah yakin Haechan memasuki kamar anaknya yang berada di sebelah kamarnya. Mendapati tubuh Renjun yang tengah meringkuk dengan tak nyaman di kasur kecil Haikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas dan Adek (Hyuckren)
AléatoireKalo kata hyuck, ini bukan akhir dari kisahnya dan Renjun, tapi ini adalah awal, awal dari semua kisahnya. "Ini adalah awal, awal dari semua perjalanan yang mau kita lewati bersama-sama" "Ayo mas saling genggam! Agar ngelewatin semua rintangan per...