Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Haechan dan juga Renjun. Hari dimana Renjun akan melahirkan anak pertamanya. Sejak tadi pagi di antar Haechan ke rumah sakit, jantungnya tak berhenti berdebar cepat. Haechan pun sedari tadi sudah berusaha menenangkan Renjun dan juga dirinya. Di rawat inapnya ini sudah pukul 1 malam dini hari. Mata Renjun pun tak bisa di ajak untuk terpejam, padahal esok hari pukul 5 pagi ia sudah harus bangun dan menyiapkan diri, karena pukul 6 pagi dirinya akan memasuki ruang operasi.
"Tidur ya sayang" bujuk Haechan, Renjun pun hanya menggelengkan kepalanya, menolak.
"Engga sabar ketemu jagoan Mamas, aku juga takut banget" Tangan Renjun memegangi dadanya sendiri, merasakan debaran di jantungnya.
"Ayo yang tenang dulu sayang. Tarik nafas, trus buang." Renjun langsung mengikuti titah dari suaminya, tak lupa juga tangan Haechan mengelusi perut bulat milik Renjun yang sebentar lagi akan hilang.
"Besok pagi kita bertemu jagoan"
"Ayah engga sabar sekali ingin melihat wajah jagoan, mirip ayah atau baba ya?" Renjun yang melihat sang suami mengajak sang anak berbicara akhirnya ia ikut menumpukan tangan mungilnya di atas tangan besar Haechan yang sedang berada di perutnya.
"Mirip baba ya jagoan, baba yang mengandung 9 bulan loh"Haechan hanya terkekeh mendengar ucapan Renjun.
"Emang kenapa kalau mirip ayah?"
"Boleh si mirip Yayah, tapi boleh engga 40% aja? 60% nya aku, kan aku yang bawa bawa adek di dalam perut"
"Iya sayang" Haechan menyelimuti tubuh Renjun, membiarkan si manisnya memiringkan badannya agar tertidur nyaman, lalu ia mengelusi punggungnya.
"Boleh ga kamu naik juga, kesini? Aku mau di peluk mas" Renjun menepuk space brangkar yang kosong di sebelahnya.
Haechan hanya menganggukkan kepalanya, lalu ikut berbaring di atas brangkar milik Renjun, memeluki badan mungil submisivenya.
"Besok pelukannya udah bertiga" ucap Haechan.
"Lucu banget besok jagoan udah bisa masuk ke pelukan kita, sebentar lagi udah ada yang bisa ngeganggu kalau kita lagi cuddle." Ucap Renjun dilanjutkan dengan kekehannya, membayangkan betapa lucunya anaknya.
"Bentar lagi aku berbagi ya, kamu udah bukan hak paten ku lagi nih" Haechan mengelusi punggung Renjun.
"Hihii, nanti aku jadi bahan rebutan nih pasti "
"Makanya sekarang harus peluk sampai puas" Haechan mengecupi pundak milik Renjun yang bajunya telah ia singkap.
"Ayo peluk aku sampai puas" Haechan semakin mengeratkannya pelukan pada tubuh mungil Renjun, walau pelukannya masih berjarak karena terhalang perut bulat milik Renjun.
"I love you more than world baba"
"I love you too Mamas" Renjun sedikit mendongakkan kepalanya, mengecup rahang tegas milik sang dominan.
°°°°°°°°°°°°°°
Pukul 5 pagi kurang kedua orang tua Renjun dan Haechan sudah berkumpul di ruang rawat inap milik Renjun. Dengan Ten dan juga Johnny yang membawa sarapan untuk semuanya.
"Jangan tegang Jun" ujar Ten
"Iya Mae"
"Makan dulu sana mas" ujar Renjun kepada Haechan yang sedari tadi masih di samping nya dan menggenggam tangannya.
"Aku mau temenin kamu puasa" ujar Haechan beralasan.
"Enggak-enggak. Kamu dari kemarin engga makan loh mas, minum kopi terus. Mae, tolong suapin Mamas ya, dari tadi enggak mau terus." Dengan sigap Ten yang memang sudah menyiapkan bubur di atas meja menghampiri anak tunggalnya. Menyuapi si calon ayah dengan telaten. winwin yang melihat menantunya di suapin terkekeh geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas dan Adek (Hyuckren)
AléatoireKalo kata hyuck, ini bukan akhir dari kisahnya dan Renjun, tapi ini adalah awal, awal dari semua kisahnya. "Ini adalah awal, awal dari semua perjalanan yang mau kita lewati bersama-sama" "Ayo mas saling genggam! Agar ngelewatin semua rintangan per...