061: (What If) Kehilangan

1.1K 117 8
                                    

Dengan langkah tertatih dan tubuh yang lemas, lelaki submisive ini di tuntun oleh oleh dominannya yang tangan kirinya merangkul pinggang nya, dan tangan kanannya menenteng satu buah kursi lipat. Tatapan kosong tergambar dari raut submisive ini. Kaki keduanya bahkan sudah menginjak tanah merah basah. Hingga akhirnya berhenti di gundukan tanah yang masih baru.

Pemakaman. Haechan dan Renjun sampai di pemakaman yang dinisan nya tertera tanggal wafat manusia kecil yang baru saja di kebumikan 3 hari lalu. Renjun tak berhasil menyelamatkan anaknya, anak perempuan nya yang bahkan kemarin baru saja 6 bulan di kandungannya. Penyesalan selalu menghampiri dirinya.

Haechan langsung membuka kursi lipat yang sedari tadi ia tenteng. Membiarkan Renjun mendudukinya. Haechan langsung berjongkok tepat di bawah Renjun dan berhadapan langsung dengan nisan anaknya.

"Adik, hari ini Yayah ajak Baba." Tangan besar Haechan mengusapi nisan yang masih basah karena embun pagi. Tangan kirinya pun terulur untuk bertumpu di atas paha Renjun.

Renjun pun sudah tak bisa lagi menahan sesak di dadanya, tangisannya luruh begitu saja dengan bebas. "Abang engga ikut nih dek, Abang masih bobo." Tangan Haechan pun senantiasa mengusapi paha Renjun yang tubuh nya bahkan sekarang sudah gemetar karena menangis.

"Sayang?" Haechan mengelus lengan Renjun berusaha menenangkan nya.

"Adik pergi karena aku hikss."

"Engga sayang." Haechan berdiri di sebelah Renjun yang masih terduduk di bangku lipatnya. Mengelus Surai legam Renjun. "Adik itu pergi karena takdir bukan karena kamu."

"Iya kalau aku pas ngerasa sakit langsung ke RS pasti adik engga ninggalin kita."

"Engga ada yang perlu di sesali, semua takdir. Ini semua udah jalannya, kita semua cuman perlu ikhlas."

"Aku engga bisa. Ini anakku loh mas."

°°°°°°°°°°

Setelah mengunjungi makam anaknya, tempat peristirahatan terakhir anaknya, Renjun banyak sekali diamnya.

Bahkan Renjun sekarang tengah termengu di balkon kamarnya. Renjun bahkan melupakan anaknya yang masih ada di rumah ini, tak bertegur sapa dengannya, Renjun melupakannya.

°°°°°°°°°°

Ini 7 hari setelah kepergian anaknya, dan Renjun masih sama. Masih sama diam nya seperti pertama kali ia tau anaknya pergi meninggalkan nya.

"Mau sampai kapan kamu sedih kyk gini?"

"Mau kamu nangis kyk apapun adek engga akan pernah kembali lagi."

"Kamu bahkan udah lupa sama Abang kan?"

Mata sembab Renjun langsung menatap Haechan dengan tajam. "Ini anakku loh yang pergi. Engga seharusnya kamu ngomong kyk gitu."

"YA KAMU FIKIR KAMU DOANG YANG KEHILANGAN? ADEK ANAKKU JUGA! ANAK KITA!"

"Hidup terus berjalan Renjun! Kamu cuma perlu ikhlaskan adek!"

Emosi Haechan menggebu-gebu. Hingga tanpa sadar ia membentak Renjun dengan kata-katanya. Haechan langsung meninggalkan Renjun begitu saja, ia ingin menenangkan anaknya yang tengah menangis meraung karena sedari tadi ingin sekali si gendong oleh baba nya.

"Kamu bahkan adek nangis karena minta di gendong sama kamu aja, kamu engga peduli kyk gini."

"Sini sama yayah ya, bang?" Haikal langsung memeluk leher ayahnya dengan erat.

"Abang mawu baba huks."

°°°°°°°°°°

00:00

Tengah malam sekali Haechan masih berada di ruang kerjanya. Bukan untuk mengerjakan pekerjaannya. Melainkan untuk menangis sendirian di ruangan ini. Menangis dalam diam agar tak di ketahui oleh orang lain.

Perasaan nya juga terluka, sama seperti Renjun. Namun bedanya ia tak menunjukan begitu, tetapi jika sedang sendiri seperti ini. Rasanya ingin menangis meraung-raung menyalahkan dirinya sendiri yang tak bisa menjaga suami nya dan anaknya.

Perasaan sedih masih terasa hingga saat ini, entah kapan hilangnya, ternyata kehilangan buah hatinya yang selama beberapa bulan di nantinya ini, lukanya sangat mendalam.

"Maaf, maafin Yayah engga bisa jaga adik."

"Aku sama terlukanya kyk kamu, aku ngerti perasaan terlukanya kamu. Jun, tapi waktu terus berjalan, kita juga punya Haikal, kalau keduanya sedih terus menerus bagaimana sama Abang? Sakit banget perasaan ku ngeliat kamu sedih gitu, perasaan ku juga terluka. Ayo kita bangkit sama-sama lagi."























-Halo, selamat datang di Mas & adek! Jangan lupa kasih cinta yang banyak buat Mamas sama adek ya! Hihi- 💚🦋

Mas dan Adek (Hyuckren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang