075: Alasan Pergi.

1.8K 196 15
                                    

Sehari sudah Haikal tak di rumah, Renjun merasa hari ini kosong sekali, biasanya pagi-pagi ia sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan dan bekal untuk di bawa Haikal. Siangnya juga pasti ia akan sibuk menyuapi Haikal dan memeluknya saat tidur siang. Tetapi hari ini hal-hal yang biasa ia lakukan tak ada orangnya.

Terasa sunyi, sepi siang hari ini, Raina juga banyak sekali tidurnya. Renjun tak punya teman mengobrol, biasanya Haikal akan sibuk mengoceh menjelang jam tidurnya, menceritakan aktivitas nya tadi di sekolah.

"Abang kapan pulangnya ya, dek?" Jari jemari Renjun mengusapi pipi Raina yang sedang terlelap pulas. "Abang pasti engga mau maafin Baba, Baba udah jahat sama Abang. Baba banyak abai nya sama Abang. Abang, maafin Baba ya." Lirihnya sendu. Entah ini sudah air mata yang keberapa kali ia keluarkan karena menangisi putranya.

Rasa bersalah selalu menghampiri lubuk hatinya, rasanya jika bisa memutar waktu ia tak ingin menyakiti hati putranya.

((Mari kita flashback masa-masa yang Haikal anggap ia terasa terasingii~))

#Flashback1

"Babaaaa. Abang mawu main sepeda, mawu sama baba. Baba duduk tunggu Abang ya di luar?"

Renjun yang sedang menenangkan Raina yang sedang rewel pun menolak dengan keras ajakan putranya.

"Abang main sendiri, adiknya lagi rewel, Abang engga lihat?"

"Tapi Abang mawu nya sama Baba." Gumam nya, wajah yang tadi excited kini berubah menjadi wajah murung penuh kesedihan.

"Abang lihat dong adik Rai lagi nangis? Abang kan sudah besar, Abang bisa sendiri, adik belum bisa." Renjun berlalu begitu saja meninggalkan Haikal yang berdiri di ruang tamu, tak memperdulikan lagi putranya yang sedang menahan tangisannya.

#Flashback2

"Abang mau tidur di peluk Baba lagi, kan?"

Haikal mengangguk dengan cepat. Renjun pun menyeka sudut bibir Haikal yang terdapat sisa makan siang nya.

"Mawuuu! Abang mawu bobo di kamar Baba."

Renjun langsung berlari menuju kamar Raina saat ia mendengar tangisan bayi. Haikal yang melihat itupun mengikuti Baba nya. Baba nya ternyata menimang adiknya dulu agar lebih tenang, Haikal malah di suruh ke kamar Renjun terlebih dahulu sembari menunggu Baba nya yang akan ikut tidur siang sambil memeluknya.

Bahkan hingga 40 menit Haikal tunggu sambil bermain mobilan di karpet pun Renjun tak kunjung kembali, Haikal yang sudah mengantuk pun terlelap di atas karpet, dengan mainan mobilan yang masih berada di genggaman mungilnya, dengan tubuh kecilnya yang meringkuk karena merasa kedinginan.

Renjun pun sama terlelap, ia terlelap di kamar Raina, ia lupa dengan janjinya beberapa menit lalu, ia lupa dengan jagoan kecil nya, ia lupa dengan Haikal nya yang terbiasa tidur siang di dalam pelukannya. Baba yang membuat janji tidur siang akan menemaninya sambil membawa tubuh kecilnya ke dalam pelukannya ternyata siang itu memeluk adiknya, membiarkan ia tertidur beralaskan karpet tanpa selimut di temani dinginnya ruangan ber-AC ini.

#Flashback3

"Pr nya susah, bang?"

"Berhitung, baba bantuin Abang. Abang takut salah."

"Ini jam nen nya adek, tunggu sebentar ya?"

Haikal benar-benar menunggu Renjun di ruang tamu, karena tadi katanya sekalian ingin menunggu Yayah nya pulang. Haikal menanti Renjun 2 jam di ruang tamu, dengan bibi yang sedari tadi ingin membantu Haikal agar bocah kecil itu cepat kembali ke kamar dan istirahat, tetapi Haikal tetap menolak.

Mas dan Adek (Hyuckren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang