CR - 19

393 34 0
                                    

---

Rey tau hanya dirinya dan cewe yang disebutnya galak sedang berada dirumah. Yang lain sedang pergi dengan pasangan nya masing-masing entah kemana. Sedari tadi Rey melihat dia termenung didepan kolam dengan kaki yang dianyunkan didalam air. Dengan segala otak jahilnya, ia tak ada takut-takutnya tuk terus menggoda Yunfa.

Dari atas balkon ia membawa segelas air yang sempat diisi olehnya itu. Ia berdiri si atas balkon yang dibawahnya langsung mengarah ke arah kolam renang, ia bisa melihat Yunfa diatas sana.

Sebelum memulai aksinya satu tangan nya ia gerak-gerakan diatas gelas seraya memberikan air itu doa.

"Biar insap tu cewe!"

Tangan nya perlahan memiringkan gelasnya membuat air jatuh tepat mengenai hidung mancung Yunfa, sasaran nya.

Yunfa sedikit tergerak saat air dingin menyentuh hidungnya, ia mencolek air itu dan mendongak. Ia pikir hujan tapi cuaca di kala itu sedang terang-terang saja tak ada tanda-tanda akan turun hujan sekali pun.

Sejenak saat Yunfa mengabaikannya Rey terkikik dan kembali menuangkan air nya sedikit banyak sampai membuat celana yang dikenakan Yunfa basah.

Lagi, saat Yunfa kembali mendongak sang pelaku segera berjongkok dan sedikit memojok agar tak terlihat dari bawah semisal Yunfa bangkit kedepan nya.

"Ahaha anjir mukanya polos bet," Rey mengintip sambil menahan tawanya.

Dibawah sana Yunfa semakin heran, dari mana sumbernya air ini bisa berjatuhan, ia bangkit dan berjalan kedepan sisi kolam. Mendongakkan kepalanya sedikit berjinjit ke atas balkon, "Pipa ada yang bocor kali ya."

"Eh setau gue disana gak ada pipa deh."

Mata nya yang sudah sipit ditambah ia sipitkan lagi malah makin sipit saat melihat ada sesuatu yang bergerak-gerak dari bawah. Ia jadi curiga dan takut. Bagaimana jika itu maling atau seseorang yang akan menjahatinya? Ia pasti akan menelfon polisi dan berpura-pura pingsan atau tertidur.

Dengan cepat ia mengambil tongkat baseball milik Alka yang terpajang di samping kamar nya, dan berjalan mengendap-endap keatas balkon tersebut.

Dirinya ketakutan bagaimana jika yang nanti dilihatnya ada beneran orang yang  berniat jahat kepadanya. Hati nya berdoa,

"Plis plis jangan."

Dan...

Betapa terkejutnya dia saat yang dilihatnya adalah orang yang seharusnya sudah tak ia heran kan lagi. Nafasnya lega, ia menutup matanya dan tangan nya mengepal. Bisa-bisanya tak terfikirkan olehnya kalau dirumah ini masih ada Rey.

Tangan nya bersedekap dada membiarkan Rey yang keheranan mencari-cari dirinya dibawah sana. Kaki nya berjalan perlahan mendekat kearahnya.

Rey berjinjit tuk melihat lebih kebawah lagi, ia menggaruk-garuk kepalanya keheranan.

"Dia kemanain lah," gumam nya.

Yunfa dengan sengaja menepuk pundak Rey yang disambut dengan tatapan kaget olehnya. Rey yang memang hanya membalikkan kepalanya sedikit terlonjak saat melihat Yunfa sudah ada dibelakangnya. Ia mungkin bisa saja terjatuh jika saja tadi tak ditahan oleh Yunfa.

Cerita Remaja [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang