---
Sudah tak heran lagi jika dirumah berisikan 8 penghuni itu selalu saja berisik disetiap pagi nya. Semua suara-suara itu berasal dari keempat Pria. Dan sekarang terjadi lagi, mereka sedang karaoke dipagi-pagi sejuk seperti sekarang.
Kaira yang memang selalu membuat sarapan setiap pagi hanya bisa menghela nafasnya berat. Ia sudah bilang berkali-kali untuk tak membuat keributan dipagi hari. Katanya sekalian membangunkan para tetangga yang bekerja pagi agar tak terlambat. Yang lebih ia heran kan lagi kenapa disaat ribut seperti ini Adik-adiknya itu tak ada yang terganggu? Sepertinya masing-masing telinga mereka sudah disumpal dengan kapas sebelum tidur.
"Windraaa!"
Windra yang tak ikut karaoke hanya duduk saja menyauti panggilan Kaira yang terdengar samar-samar karna suara berisik teman-temannya, "Hah apa?"
Setelah itu tak terdengar suara apa apa lagi selain musik di tv.
"Windraaa!"
"Apaaa?"
Mata Windra keatas mencoba menunggu sahutan lagi, namun bukan nya sahutan yang ia dapatkan malah Kaira yang sedang berkacak pinggang berjalan kearahnya dengah kesal.
"Panas panas panas panas badan ini."
"Pusing pusing pusing pusing pala ini."
Terdengar suara nyanyian Alka yang terdengar tak seenak penyanyi aslinya itu.
"Dipanggilin dari tadi juga!"
Windra bangun dan segera menarik Kaira menuju dapur takut jika teman-teman nya melihat mereka.
"Gak denger!?"
Kaira berjalan kedepan kompor dan mencicipi kuah sayur yang dimasaknya. "Aku nyautin dari tadi tapi pas aku jawab kamu diem aja."
"Nyamperin kek orang mah."
"Iya iya salah aku, kenapa tadi manggil, hum?"
Kaira mengambil botol kecap yang sebelumnya ia taruh di samping kompor dan menyerahkan nya kepada Windra.
"Ini, bukain, keras."
Windra mengambil botol itu dan membuka nya dengan mudah. Lalu kembali memberikan nya kepada Kaira. "Nih."
"Makasih."
Windra memperhatikan Kaira dari atas hingga kebawah secara perlahan. Kepalanya ia sandarkan ke laci atas dapur yang sejajar dengan kepalanya. Windra tersenyum tipis.
"Kamu udah mandi belum sih?" sambil mengambil kuncir rambut ditangan Kaira.
Kaira pun menengok, "Belum, kenapa? Bau ya?"
Windra berdiri kebelakang Kaira dan menguncir rambut nya asal. Lalu entah dapat keberanian dari mana rasa-rasanya Windra ingin memeluk Kaira dari belakang. Lalu dengan ragu Windra menaruh tangannya dipinggang Kaira dan supaya Kaira tak menyadari kegugupan nya ia menaruh dagu nya di pundak Kaira.
Baik Windra maupun Kaira mereka sama-sama tersentak dan menahan nafasnya.
"E-ehm, Win?"
"Ekhem, iya. Pengen meluk lo aja. Gapapa, 'kan?" Windra sebisa mungkin berbicara santai untuk menutupi kegugupannya. Haha.
"Gapapa."
Windra meneguk ludahnya gugup. Tatapan nya kini beralih pada tangan kecil Kaira yang sibuk mengaduk-aduk sop buatan nya. Ia tersenyum tipis.
"Aku mau––"
Tepat setelah mendengar suara itu Windra langsung melepaskan pelukan nya dan tangan nya reflek menggambil gelas yang ada dimeja belakang nya. Tangan yang satunya ia masukkan ke kantong celana pendek nya dan berjalan cepat ke jendela dapur yang mengarah ke bagian taman kecil rumah nya. Kaira juga terdiam ditempat dan berpura-pura seolah tak memperdulikan keberadaan Windra.
Chalsa terdiam di tempat dengan mulut yang sedikit terbuka. Matanya menyipit disusul dengan tangan nya yang dilipat didepan dada.
Chalsa tersenyum miring, "Hum, ada bahan nih," lantas ia berjalan kedepan meja yang ada dibelakang Kaira. Mata nya melirik Kaira dan juga Windra yang sama-sama terdiam. Ia berdehem pelan.
"Windra, ngapain?"
Windra menetralkan ekspresi wajahnya dan sedikit membalikkan badan nya kearah Chalsa.
Ia mengangkat alisnya, "Hum? Oh, ngopi, nih." Windra mengangkat gelas yang dipegang nya dan menyeruput minuman yang dipikirnya adalah kopi. Padahal itu adalah kecap asin cair yang tadi Kaira tuangkan.
Windra tersenyum paksa dan sebisa mungkin tak membuat ekspresi yang membuat Chalsa curiga, pasalnya ia sedang mati-matian menahan rasa asin kecap itu. Padahal tak begitu asin.
"Rasain, siapa suruh diumpetin." batin Kaira.
Windra mengangguk cepat, "Enak enak!"
Chalsa membiarkan tangan nya menjadi penyangga tubuh atasnya yang ditarus didepan meja pembatas dapur.
"Pagi pagi udah ada yang nempel aja, pake pelukan segala lagi. Ekhm."
Berbeda dengan Kaira yang terlihat tenang, Windra malah gelagapan sendiri. Alasan lain nya adalah karna itu Chalsa. Perempuan itu menatapnya dengan tatapan menyelidik nya seperti sedang ketauan berselingkuh, terlebih lagi perasaan untuk nya masih tertinggal sedikit di hati nya.
"Mana ada gua pelukan, orang tadi gua tuh bantuin dia gulung baju nya yang kepanjangan. Jadi dari sono keliatan kaya pelukan paling."
Chalsa tertawa meledek. Windra ini bloon seperti nya. Padahal jelas-jelas Kaira tak memakai baju lengan panjang.
"Ngegulung? Dia aja pake baju pendek, Windra. Hahaha!"
"Udah ketauan masih aja ngelak, udah sih bro ngaku aja," susul Kyan yang tiba-tiba datang dan berdiri disamping Chalsa.
"Jujur kan enak, gak akan digigit kok," ucap Kaira menambahi sekalian mengodenya agar tak perlu berpura-pura lagi.
Windra misah-misuh sendiri didalam hati nya karna Kaira yang santai nya berbicara seperti itu. Sudahlah, padahal ia sudah berusaha menutupinya, tapi jika Kaira sendiri yang bilang seperti itu ia sudah tak bisa mengelak lagi. "Iya iya gua meluk dia tadi. Kenapa? emang nya gak boleh?"
Chalsa mendesah pelan, "Gapapa sih, cuma gue heran aja sih. Lo, ngapain meluk-meluk Kakak gue? Ada hubungan, kah?"
"Emang harus ada hubungan dulu biar bisa meluk dia?"
"Eitsss, jangan sembarang, dia itu paling gak mau dipegang pegang sama cowo apalagi sampe dipeluk. Nah yang gue liat tadi sih dia diem aja tuh lo peluk, itu artinya kalian ada sesuatu, 'kan?"
Windra melengoskan pandangan nya ke jendela. "Apasih udahlah gausah dibahas terus."
"Udah, Kak. Liat tuh bulu tipis nya pada geter Haha." Kyan tertawa sambil mencondongkan tubuhnya ke Chalsa.
---
---
Senin 04 Desember 2023
Alka bingung
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Remaja [?]
Teen FictionCerita ini hanya fiktif, jangan dibawa di kehidupan nyata. Dimohon untuk bijak dalam memilih bacaan