CR - 27

406 45 3
                                    

---

Puas dengan menghabiskan waktu seharian bersama keluarga, kini semua orang tua memutuskan untuk kembali pulang sebelum semakin malam. Karna akan sangat macet di jika malam hari.

Sebelum pulang tentu nya anak-anak nya mereka memeluk para orang tua nya dulu karna mereka akan berjauhan lagi. Kini mereka semua sudah didepan halaman rumah Darren.

"Abi Umi, semuanya, hati-hati ya dijalan. Kalo udah pulang kabarin kita," ujar Kyan. Dia sambil memeluk Umi yang disayang nya menahan air mata nya. Kyan menghapus air mata Umi dengan ibu jari nya.

"Jangan nangis Umi, kan nanti 14 hari lagi kita ketemu," ucap Kyan menenangkan Umi nya. Hati Chalsa menarik dirinya untuk mendekati kedua orang tua Kyan. Ia ikut memeluk Umi nya saat Kyan sudah melepas pelukan nya.

Umi nya menerima pelukan Chalsa dengan senang hati, mengenal Chalsa seharian ini sudah membuat nya merasakan rasanya mempunyai anak perempuan yang ia harapkan untuk anak pertama nya dulu. Tapi meskipun Kyan yang lahir, ia tetap bersyukur memiliki anak Laki-laki seperti Kyan yang disayangi nya.

"Jangan nangis Umi sayang, nanti kita bakalan ketemu lagi secepatnya ya... Istri saya lucu banget," ujar suami nya ikut menenangkan sang istri yang dibalas dengan sorakan yang lain.

"Kamu mah nggak gitu, Pah," ujar Ibu Kharim merasa iri dengan kata Keenan suami teman nya yang menurutnya romantis.

Sang suami hanya menggaruk kepalanya merasa canggung karena yang lain seperti ingin menertawakan dirinya.

"Lu jangan ketawa, dulu juga gitu jarang romantis ama bini lu," sarkas nya pada Aron dan Nugroho.

Aron langsung merangkul istrinya erat. Ia tak ingin jika istri nya menyadari nya akan membuat istrinya marah pada dia karna hal itu.

"Gua mah romantis kali."

"Okey stop stop, ini kenapa jadi pada ngomongin romantis. Katanya mau pulang, jadi nggak? Keburu makin sore," lerai sang anak yaitu Windra yang paling tertua diantara ke tiga anak mereka.

Darren diam-diam tertawa kecil tanpa disadari yang lain nya. Ia beruntung, meskipun istrinya sudah tiada tetapi ia masih bisa melihat kehangatan calon keluarga baru nya. Walaupun bukan dia sendiri yang menciptakan kebahagiaan itu setidaknya ia bisa melihat kehangatan yang selalu ia rasakan dari istri dan anak-anak sewaktu dulu dari mereka.

Seharian bersama calon keluarga baru nya ia turut bisa merasakan kebahagiaan yang mereka pancarkan. Melihat kehangatan keluarga mereka membuat nya mengucapkan banyak syukur telah mempertemukan dirinya dengan keempat anak mereka. Ditambah lagi ia baru mengetahui satu hal yaitu ternyata para orang tua nya sewaktu muda dulu adalah teman sampai saat ini masih berteman, sudah pasti kekeluargaan nya sangat erat, ia semakin senang. Mereka banyak membawa aura positif untuk lingkungan keluarga nya. Tak salah lagi memang ia menjodohkan Putri nya dengan Putra-putra mereka.

"Pah, kenapa bengong? Itu mereka udah mau pada pulang," Yunfa menggerakkan tangan nya didepan wajah sang Ayah yang terlihat melamun.

Darren tersadar dari lamunan nya. Ia melihat kesamping ternyata benar, calon besan nya sudah berada didalam mobil dan sedang menunggu nya.

Darren menghampiri mereka dan berhenti disamping Putri-putri nya. "Maaf maaf saya tadi nggak sadar."

"Tidak apa-apa, Darren. Saya dan yang lain pamit pulang dulu. Terima Kasih karna sudah mau mengundang dan menerima kami dengan baik dirumah ini," ujar Kharisma penuh hormat.

Cerita Remaja [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang