CR - 22

384 42 0
                                    

---

"Kenapa dadakan banget, bang?"

"Sebenernya udah sebulan lalu, Bi. emang baru ngabarin aja."

"Abi sih gimana abang nya aja, kalo emang abang nggak terpaksa dan itu nggak membebani kamu, Abi setuju. Sekarang pertanyaannya, Abang kepaksa, nggak?"

"Pertama-tama nya sih iya, Abi. Tapi setelah usaha buat lebih deket lagi, aku bisa nerima bahkan sekarang mah nerima banget, Abi. Soalnya aku udah naruh rasa suka ke dia, Abi."

"Siapa nama cewek nya, Bang? Emang nya berapa hari lagi?"

"Namanya, Chalsa. Pernikahan nya 15 hari lagi, Abi."

"15 hari lagi?! Kamu baru ngasih tau, kita sekarang?"

Kyan terbelalak saat sang Umi dengan segera merebut ponsel Abi nya, "Ehehe gimana ya, Umi, Abang takut Umi sama Abi nggak setuju kalo aku nikah diumur segini."

"Ya Allah, Kyan... Pernikahan itu bukan main main. Pernikahan itu hal yang sakral, Bang. Harusnya kamu omongin ini dulu sama Umi Abi dari awal, Nak..., Jangan nggak ada kabar apa-apa langsung bilang mau nikah. Biar Umi juga bisa meminimalisir kira-kira pernikahan yang akan kamu segerakan itu baik buat kalian berdua nya atau enggak."

"Iya, Umi. Maafin, Kyan, ya. Kyan juga awalnya emang nggak setuju Umi, jadi Kyan pikir bisa aja pernikahan itu nggak akan terealisasikan. Ya namanya juga ini semua tiba-tiba, Umi, ditambah Kyan juga nggak ada alesan pasti kenapa Kyan harus nikahin dia. Makanya Kyan nggak ngasih tau Umi sama Abi dulu. Dan Insya Allah pernikahan nya baik buat kita semua, Umi."

"Kamu itu anak Umi, sesuatu yang akan kamu jalanin akan selalu ada Umi di sisi kamu. Jangan terlalu takut untuk membebani pikiran Umi, nak. Justru Umi mau kamu selalu melibatkan Umi disetiap langkah kamu. Umi ada disini untuk kamu, Nak."

Dengan wajah polos nya Kyan bertanya, "Abi?"

Umi tersenyum tipis, "Kita berdua sebagai orang tua sudah seharusnya selalu mendukung dan menyayangi anak nya, Nak."

"Abi, Umi, Kyan sekarang minta izin sama kalian. Kira-kira kalo Kyan mau menikah dengan perempuan pilihan hati, Kyan. Apa Abi sama Umi mau dengan ikhlas memberikan restu?"

"Umi sama Abi sudah pasti merestui, Nak. Tapi Umi mau kenal dulu sama perempuan pilihan kamu sebelum menikah. Kamu mau kan kenalin dia ke, Umi?"

Kyan mengangguk semangat, "Mau, Umi. Kyan bakalan kenalin dia ke Umi sama Abi."

"Gimana sama orang tua perempuan itu? Umi juga mau kenal dulu sama mereka, mau bersilaturahmi dulu."

"Iya, Umi. Nanti aku bakalan kenalin ke Umi sama Abi juga."

"Yaudah, Umi. Kyan tutup yaa nanti aku kabarin lagi."

"Iyaa, Umi tunggu ya kabar baik nya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Tut.

Setelah sambungan terputus Kyan langsung segera mencari nama yang bertuliskan 'Camer' di kontak ponsel nya. Ia menekan tombol panggilan di room chat pribadi nya lalu mengarahkan ponselnya ke depaj telinga nya.

"Halo, Pah. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, kenapa, Kyan?"

"Aku ganggu nggak ya, Pah?"

Cerita Remaja [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang