Bab 28

227 1 0
                                    

Malam harinya Fe sedang berjalan menuju pedagang seblak yang lumayan tak jauh dari rumahnya. Dia sedang ingin berjalan kaki jadi tidak membawa motor. Eja? Dia sedang main game dirumah Adly.

Saat sampai dirumah sepulang sekolah tadi eja terus saja menggoda Fe soal dia yang memergoki kakaknya yang sedang berduaan dengan seorang laki-laki di belakang taman sekolah.

Fe sampai kewalahan meladeni bacotan yang keluar dari mulut eja. Dan disini lah sekarang dia berjalan sambil menikmati angin malam.

Eja belum tau saja kalau kakak nya sedang berduaan dengan seorang Axel Raden Dewantara waktu itu.

---

Tuk tuk tuk tuk..

Suara ketukan pelan jari tangan seorang laki-laki pada meja belajar sedari tadi terus saja bersuara. Yang punya tangan belum saja menghentikannya. Tangan satunya lagi tengah memegang ponsel milik nya sendiri.

Dia sedang melihat room chat nya dengan seorang gadis yang akhir-akhir ini mengganggu fikirannya. Atau-- mungkin dia yang mengganggunya!

Jari jempolnya sedari tadi hanya mengsecroll keatas lalu kebawah begitu seterusnya. Karna percakapan dia dengan gadis itu sangat lah sedikit di room chat ponselnya.

"Cemen!"

"AA..!!" Teriak Axel kaget sampai ponselnya jatuh ke meja. Itu suara Adi ayahnya tiba-tiba sudah ada dibelakang Axel dengan tangan kanan yang memegang sebuah gelas berisi susu hangat untuknya.

"Papa kapan datengnya." Ucap Axel yang masih mengusap dadanya karna kaget.

Adi tidak menjawab, dia meletakkan segelas susu itu kemeja belajar Axel. Lalu menatap sang putra yang sedang duduk dikursi belajar.

"Cih! Cemen banget cuman diliatin doang." Ucap Adi.

Axel berfikir bisa saja dia menelepon gadis itu. Tapi masalah nya apa yang harus dia katakan. Axel memang sekaku itu. Dia tidak pernah menelpon seorang gadis terlebih dulu tapi justru sebaliknya.

"Pacar kamu?" Tanya Adi.

"Bukan." Jawabnya.

"Gebetan?"

"Bisa jadi."

"Ayolah kamu kan anak papa, masa cuman telpon aja  sulit sih."

"Papa gk kan ngerti!"

"Papa juga pernah muda, dulu waktu deketin mama kamu papa pepet terus walaupun banyak saingannya." Curhat Adi.

"Aku gk tau harus ngomong apa nanti kalo misalnya aku telpon dia, hehe." Jujur Axel sambil menyengir kuda.

Adi sampai melongo sebab apa yang dikatakan anak nya memang benar. Dia juga dulu seperti itu. Tapi dia tidak neko-neko kalau kangen bukan ditelpon tapi menemui orang nya langsung.

"Terserah, papa keluar dulu mama kamu udah nunggu dikamar." Ucap Adi lalu membalikkan badannya dan berjalan menuju pintu kamar Axel.

"Mama yang nunggu atau papa yang suruh mama nunggu?" Ucap Axel sambil melipat kedua tangan nya dibawah dada.

Axel tau sekali papa nya ini pasti tidak mau mamanya berlama-lama dengan axel. Karna itu Adi sampai mau repot-repot mengantarkan segelas susu yang sudah dibuatkan oleh sang mama.

Adi berhenti dan kembali berjalan kearah anaknya.

"Terserah papa dong toh mama juga istri papa."

"Aku gk mau punya adik! Awas aja kalau gk pake pengaman."

"Enak aja! papa gk pernah pake gituan." Protes Adi.

"Yang penting aku gk mau punya adik."

" Tergantung."

FexelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang