Kekalutannya

443 49 2
                                    

"Apa kalian tak mau adik kalian kembali,,tinggal bersama kita setelah enam belas tahun menghilang,,?Daniel menjatuhkan sendok yang tengah ia pegang dengan keras pagi itu.

Pagi itu Daniel kembali mengungkapkan niatnnya untuk segera memberi tahu Lisa tentang semua kebenaran tentang dirinnya.Namun untuk kesekian kalinya ke dua putrinya tidak menyetujui dengan rencananya.Tentu saja Daniel merasa kecewa,walaupun sudah hampir satu bulan Jisoo kembali lagi ke kota,dan dengan begitu ia dan istrinnya bisa kembali menemui Lisa si putri bungsu yang hilang itu namun tetap saja ia tak bisa terus-terusan menahan diri untuk lebih lama lagi memendamnnya.

"Appa,,bukan begitu maksud kita,tapi bukankah Jisoo sudah bicara dan meminta waktu sampai dia siap,lagi pula saat ini kesehatannya sedang tidak baik,,"Jenie mencoba menjelaskan dan membuat sang ayah mengerti.

"Lalu sampai kapan,,,?Tanya Daniel menatap putri sulungnnya.

"Sebentar lagi,,setidaknnya sampai kondisi Jisoo memungkinkan,,kemarin saja dia jatuh pingsan di kantor.Mungkin dia terlalu stres dan tertekan dengan perialan ini appa,,,"

"Baiklah,,,,tapi appa ga menjamin appa masih bisa menahannya lebih lama lagi,,"Setelah mengatakan itu,Daniel pergi meninggalkan meja makan dengan emosi yang buruk.

Rosie hanya bisa mengusap punggung ibunnya yang hanya diam menatap kepergian ayahnnya,ia faham perasaan ibunnya yang ingin segera bercengkraman dengan Lisa.Namun ia juga tak nisa egois dan melupakan perasaan Jisoo yang selama ini hidup dengan adiknnya.

"Eomma,,,sabarlah sebentar lagi,,kamipun ingin segera berkumpul dengannya,hanya saja kita harus memberikan Jisoonie waktu sebentar lagi."Soe jin hanya bisa mengangguk dengan air mata yang membasahi pipinnya.

Satu bulan ini Jisoo memang belum berniat untuk mengungkapkannya,tapi dia selalu memberikan kebebasan waktu untuknnya bisa menghabiskan waktu bersama Lisa.Dan setiap Jisoo melepaskan Lisa untuk pergi bersamanya selama itu juga ia bisa melihat luka dan ketakutan dari mata Jisoo,dan mana mungkin ia tega menambah luka itu pada gadis yang selama ini merawat putrinnya saat tak bersamanya.

..............

"Di mana dia,,?Rosie bermonolog sendiri,ia merasa sedikit lelah hampir mengelilingi sekolah namun tak juga menemukan seseorang yang ia cari.

Kembali berjalan ke arah taman,ia sedikit berlari saat melihat salah satu teman sekelas dari Lisa."hey maaf,,apa kau melihat Lisa,,?

"Aku sih belum bertemu dengannya,tapi tadi ada yang nilang jika Lisa naik ke atap."Rosie mendengarkan sambil menganggukan kepala dan menampilkan senyumnya.

"Oke,,trimakasih,,"Tanpa fikir  panjang,dengan sedikit tergesa ia menuju atap sekolah,berharap menemukan Lisa di sana.

Benar saja Rosie menemukan Lisa tengah duduk,terlihat olehnnya jika saat ini Lisa tidak sedang baik-baik saja.Ia berjalan mendekati Lisa dan mengusap pundaknnya pelan."Sedang apa kau sendirian di sini?aku mencarimu dari tadi,,"

Namun Lisa hanya tersenyum hambar tanpa menjawab pertanyaannya.Juatru Lisa kembali hanyut dalam dunianya sendiri dan hanya diam."Apa kau tak mau berbagi sedikit saja,apa yang menganggu fikiranmu,,?

Lisa masih diam,namun sedetik kemudian air mata yang berusaha ia tahan kini jatuh juga membasahi pipinya."Aku hanya sedang merasa menjadi orang yang tak berguna saat ini,aku begitu bodoh,tak bisa mengetahui apa yang sedang terjadi dan parahnnya lagi aku tak bisa berbuat apa-apa."

Air matanya jatuh semakin deras,Lisa menangis terisak di samping Rosie mengeluarkan segala sesak yang ia rasakan dan berharap bisa mengurangi segala gundah dalam hatinnya."Apa yang jarus aku lakukan Rosie,,?"

sebuah ikatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang