Kekecewaan Jisoo

325 55 12
                                    

Tiga minggu lebih Lisa berkumpul bersama keluarganya.Dan selama itu pula,Jisoo merasa jarak antara dirinya dan Lisa semakin jauh.Dirinya yang selalu di sibukan dengan urusan pribadinya juga Lisa yang selalu sibuk bepergian entah ke mana dengan keluarga kandungnya yang asli itu.

Perasaannya semakin tak bisa terbendung lagi,ia merasa Lisa telah mengabaikanya,bahkan adik yang dulu selalu protektif padanya kini tidak pernah menanyakan apakah dirinya sudah makan atau belum.

Pagi itu cuaca sedikit mendung, namun tidak terlihat akan turun hujan.Jisoo yang terlihat sudah rapih hanya duduk di atas tempat tidurnya dengan perasaan yang berkecamuk.

"Mungkin memang seharusnya begini,kau akan bahagia dengan keluargamu yang sesungguhnya.Dan kehadiranku di sini,hanya akane jadi benalu bagi kalian.."

"Hubungan kita semakin merenggang Lili,,kita bahkan jarang sekali bisa bertegur sapa seperti dulu.Tawamu bersama mereka, tak bisa eonnie dapatkan lagi,tapi memang seharusnya seperti itu.."

"Tapi kenapa begitu sakit Lili,,,?"

Jisoo bermonolog sendiri di kamarnya,ia perlu meyakinkan keputusan yang akan ia ambil saat ini.Jisoo merasa berat dengan keputusannya,namun melihat situasinya yang terjadi saat ini,ia merasa perlu melakukannya.

Jisoo mulai menghapus sisa air mata yang jatuh membasahi pipinya,kembali merapihkan riasan tipis di wajahnya.Meyakinkan jika keputusannya sudah tepat,ia mulai berdiri mengambil tas miliknya dan menarik koper yang sudah ia siapkan sejak malam tadi.

................

Suasana di bawah masih terlihat sepi,hanya ada beberapa pelayan yang tengah sibuk mengerjakan tugas masing-masing.Jisoo terus melangkan menuruni tangga,perasaannya sedikit lega saat melihat yang lainnya belum ada yang turun,ia tidak akan menjadi perhatian karna turun dengan koper yang ia bawa.

Jisoo meletakan kopernya di sudut ruang keluarga,dan untuk menunggu yang lain,ia mendudukan dirinya di atas sofa ruang televisi sambil memainkan ponsel miliknya.Ia perlu menyusun kalimat untuk bicara nanti.

Pasti tidak akan semudah yang ia bayangkan,akan ada penolakan dan semuanya tidak akan setuju begitu saja dengan keputusan dirinya.Bibirnya menampilkan senyum kecilnya  mengingat kejadian,saat dirinya memutuskan untuk pergi dari rumah milik keluarga angkatnya itu.

Jenie yang mendengarnya,secara membabi buta merampas koper yang ada di tangannya,menariknya dan membawanya kembali ke kamar milik Jisoo.Saat itu Jenie terlihat sangat tidak menyukai dengan keputusannya.

Dan Jisoo sedikit takut suasana itu akan kembali terulang.Namun ada sedikit keraguan,tentunya sekarang ini sedikit berbeda,karena kehadiran Lisa di antara mereka."Kali ini kalian pasti akan membiarkanku pergi karna keluarga kalian sudah utuh,,"

Soe jin baru saja ke luar dari kamarnya,dan sudah berpakaian rapih.Seperti biasa,ia selalu ikut turun tangan menyiapkan sarapan untuk keluarganya.Tentu saja ia melihat Jisoo yang tengah asik dengan ponselnya tanpa menyadari kehadirannya.

"Jisoo-yaa,,,kau sudah turun dan sudah sangat rapih,ini kan hari libur sayang..?"Soe jin sedikit heran,biasanya ke empat putrinya akan bermalas-malasan jika hari libur tiba.

Jisoo sedikit kaget saat tiba-tiba Soe jin mengusap pundaknya,namun dengan cepat ia membalas senyuman hangat sang ibu."Eomma,,kau sudah turun,,?Apa kau akan menyiapkan sarapan,aku akan membantumu.."

Tanpa menjawab pertanyaan sang ibu,Jisoo justru ikut berdiri dan menggandeng sang ibu menuju dapur,ia ingin sedikit mengurangi rasa gugup pada dirinya saat ini.Soe jin hanya bisa pasrah mengikuti langkah Jisoo yang menuntunya menuju dapur.

sebuah ikatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang