Di mata-matai

343 53 0
                                    

Sepasang kaki itu baru saja turun dari mobil,menginjakan kembali di halaman rumahnya yang entah kenapa terasa sesak itu.Tarikan nafasnya sedikit berat sebelum ia kembali melangkah masuk ke dalam rumah.

Satu minggu berlalu,dan kini Daniel baru bisa kembali dari London setelah menemani putrinya menjalani oprasi,tentu saja ia harus memastikan dulu semuanya baik-baik saja,baru ia bisa bernafas lega.

Sebenarnya,Lisa sudah memaksanya untuk pulang semenjak ia kembali sadar pasca oprasi,namun ia tak bisa memenuhi keinginan itu saat ia melihat keadaan putrinya masih dalam kondisi lemah.

Setelah kemarin dokter yang menangani putrinya mengatakan jika kondisi Lisa sudah setabil,bahkan bisa menjalani masa pemulihan di rumah,barulah ia bisa sedikit tenang untuk meninggalkannya.

Karna ia baru sampai tengah malam setelah perjalanan panjangnya dari London,suasana di rumah itu nampak sepi,hanya ada beberapa penjaga yang masih terjaga di sana.

Daniel menaiki tangga menuju kamarnya,ingin segera melihat istrinya yang selama satu minggu ini tak pernah ia dengar suaranya.Soe jin yang terus menolak panggilan telpon atau video call darinya,padahal ia begitu merindukan istrinya yang begitu ia cintai itu.

Saat ia membuka pintu kamarnya,Soe jin sudah tidur pulas hingga tak menyadari dirinya masuk,Daniel berdiri di samping istrinya yang tertidur itu,membungkukan badannya dan mengecup kening Soe jin sedikit lama,setelah itu ia berlalu untuk membersihkan badannya ingin segera tertidur dan memeluk istrinya.

.................

Pagi-pagi sekali,Soe jin sudah bangun dan kini ia yengah berkutat dengan peralatan dapur untuk menyiapkan sarapan.Bukan karna kini dirinya terlalu bahagia hingga ia begitu bersemangat,namun justru ia terlalu kaget saat dirinya bangun,mendapati suaminya sudah tertidur dengan memeluknya begitu erat.

Bukan merasa bahagia mendapat perlakuan manis seperti itu,namun Soe jin justru merasa sakit,sakit yang selama ini ia tahan,namun kenapa suaminya itu bersikap seolah tak merasa bersalah karna telah menyakitinya.

Soe jin terus berkutat dalam kesibukan dan pemikirannya yang kacau,hingga tak sadar jika kini air matanya telah membasahi pipinya.Bahkan ia juga tak menyadari ada seseorang yang tengah berjalan mendekatinya.

"Eomma,,,,"

Soe jin tersentak,dan seketika mematung mendapat sebuah tepukan pelan di pundak dan mendengar salah satu putrinya yang memanggil.Soe jin menghapus air matanya sebelum ia membalikan badanya untuk melihat ke belakang.

"Rosie,,,kau sudah bangun sepagi ini,,,?Soe jin berusaha menampilkan senyumnya dan mengusap pipi putrinya itu.

"Eemh,,aku ingin berlari sebentar eomma,,aku harus ke kampus pagi-pagi sekali karna ada ujian,,"Rosie bisa melihat jika ibunya itu habis menangis karna ia masih bisa melihat sisa air mata di wajah ibunya itu.

"Lalu,,,untuk apa eomma masak sepagi ini,,?Sepertinya keadan eomma juga kurang baik,kenapa tidak istirahat saja,,"Tanyanya lembut.

Rosie tentu paham dengan apa yang terjadi,ia sudah sangat dewasa untuk membaca situasi di sekitarnya termasuk hubungan ke dua orangtuanya yang sedang tidak baik-baik saja itu.

Sebenarnya ia begitu yakin jika ayahnya tidak mungkinbmelakukan hal yang dibtuduhkan oleh ibu dan kakanya Jenie.Ia begitu meyakini jika ayahnya hanya mencintai ibu yang ada di hadapannya ini.

Hanya saja ia lebih memilih diam,tidak seperti kakanya yang begitu prontal menuduh ayahnya.Ia tidak mau ibunya ikut kecewa terhadapnya,dan beranggapan jika ia lebih memihak kepada ibunya,sama halnya ketika ia ingin menjelaskan sesuatu kepada Jenie,namun kakanya malah memarahinya karna berpikir jika ia membela ayahnya.

sebuah ikatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang