Bab 3

1.6K 197 21
                                    

Malam harinya Prilly sudah mulai kembali ke pengaturan awalnya. Gadis itu bisa tertawa bahkan sampai terbahak-bahak karena menonton film kartun di televisi Fiona. Ia memutuskan untuk menginap di rumah sahabatnya malam ini.

"Anjing!"

"Itu kucing." Sahut Fiona yang duduk disebelahnya. Prilly tidak menghiraukan sama sekali ia sibuk tertawa melihat kekocakan Tom and Jerry yang saling berkejar-kejaran entah memperebutkan apa.

"Pril!"

"Hm!" Prilly menjawab tanpa menoleh. "Hahaha!" Gadis itu kembali terpingkal-pingkal saat melihat leher Tom tersangkut di dahan pohon.

"Lo nggak gila beneran kan?" Tanya Fiona hati-hati.

Prilly menoleh menatap sahabatnya tanpa menghentikan tawanya. "Hampir tapi belum beneran. Hahaha!" Kembali Prilly memfokuskan tatapannya pada layar televisi.

"Gue serius Prilly!"

"Gue juga serius Fiona!" Ulang Prilly menirukan nada bicara temannya. Gadis itu kembali tertawa sementara Fiona nyaris step ditempat melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Terus habis ini lo mau kemana?"

"Tidurlah Fio, memangnya gue mau kemana lagi malam-malam begini?" Balas Prilly sama sekali tidak serius dan fokus.

Plak.

Ringisan Prilly terdengar saat Fiona menampar lengan telanjangnya. "Sakit Fio! Lo belum sehari gue numpang udah lo pukul gini, memang enggak setia kawan lo." Omel Prilly yang dibalas dengusan kasar oleh Fiona.

Detik berikutnya, Prilly mematikan saluran televisi yang sejak tadi berhasil menghibur sedikit kegelisahannya. "Jujur aja gue belum kepikiran apapun sekarang mau cari kerja juga sebenarnya nggak gampang apalagi ditengah krisis dunia seperti ini."

"Lah itu lo tau jadi kenapa tadi siang lo nggak mikir gini pas ngundurin diri bego?" Fiona tidak tahan hingga jari telunjuknya terangkat menoyor jidat Prilly yang tertutupi poni.

Dengan kesal Prilly menghembuskan nafas keatas membenarkan kembali poninya. "Ya gimana, gue lagi mempertahankan harga diri gue mana ingat lagi gue soal krisis dunia!"

"Bego lo pelihara!" Maki Fiona yang membuat Prilly mengerang antara kesal juga menyesal. "Jadi gue harus gimana Fionaaaaa?"

"Entahlah. Gue juga pusing mikirin hidup lo."

Sejenak keheningan melanda mereka sampai akhirnya Prilly yang sempat berbaring di lantai tiba-tiba duduk tegang dan memekik pada sahabatnya. "Gue tahu! Argh!" Tawa cempreng Prilly kembali terdengar membuat Fiona menutup mata juga telinganya yang terasa pengang akibat teriakan juga tawa sahabatnya ini.

Prilly beranjak meninggalkan Fiona menuju kamar yang terletak disebelah kamar Fiona, mereka tidak menempati ranjang yang sama karena di rumah Fiona ada dua kamar. Prilly dan Fiona sama-sama lasak ketika tertidur jangan sampai mereka saling menendang diatas ranjang.

Dengan senyuman penuh kebahagiaan, Prilly membuka ponselnya lalu menekan tombol panggilan sederet angka yang diberi nama Ferdi tak lupa emot hati yang membuat Prilly tersenyum.

Ferdi adalah kekasihnya, mereka berpacaran awal tahun lalu meskipun bisa dibilang cukup baru namun keseriusan mereka sudah tidak perlu diragukan lagi bahkan Prilly sempat berkenalan dengan beberapa keluarga Ferdi meskipun belum sampai ke tahap bertemu orang tua pria itu namun Prilly sangat yakin dengan keseriusan pria yang sangat ia cintai itu.

"Halo Sayang!"

"Iya Sayang."

Suara lembut pria diseberang sana membuat senyuman kecil Prilly terukir. "Kamu dimana?"

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang