Bab 33

1.6K 208 27
                                    


"Ini rumah siapa?" Ali bertanya saat mobil yang dikemudikannya dipaksa berhenti oleh gadis di sebelahnya ini. "Bukannya kamu mau pulang kerumah kamu sendiri?" Pria itu kembali bertanya sementara Prilly hanya menghela nafasnya.

Entah perasaannya atau memang benar adanya sejak kemarin atau mungkin pasca ciuman mereka kala itu, Ali berubah menjadi cerewet seperti ini. Tidak ada lagi kebisuan pria itu hanya saja ekspresi dingin serta tatapan tajamnya yang masih kerap bertahan.

"Ini rumah teman saya Pak!" Jawab Prilly sebelum membuka pintu mobil. "Ini kenapa nggak bisa dibuka?" Berkali-kali Prilly membuka pintu mobil pria itu namun tetap tidak terbuka.

"Pak!" Prilly menoleh dan berteriak didepan Ali yang masih memperhatikan rumah minimalis didepannya ini. "Pak buka pintunya dong!" Kembali Prilly bersuara.

"Kamu belum jawab pertanyaan saya!"

"Pertanyaan yang mana lagi Pak?"

"Ini rumah siapa?"

"Bapak enggak budeg kan?" Sindir Prilly dengan ekspresi kesalnya. "Ini rumah teman saya!" Ulang Prilly lagi. "Sekarang tolong buka pintunya!"

"Cewek atau cowok?"

"Cewek Bapak!" Prilly begitu greget dengan pria disampingnya ini. "Lagian Bapak kenapa jadi kurang kerjaan banget sampai ngurusin hidup saya seperti ini?" Tanya Prilly tak habis pikir. Pria ini dikenal dingin dan cuek tapi lihat sekarang betapa keponya pria ini dengan kehidupannya ini.

Menyebalkan sekali.

"Enggak percaya saya kalau dirumah ini cuma ada teman cewek kamu aja." Sahut Ali dengan eskpresi ragunya. "Kamu bohongin saya ya?" Selidiknya yang nyaris membuat Prilly memukul kepala pria itu dengan tempat tisu yang ada diatas dashboard mobil pria itu.

Berulang kali Prilly mengucapkan kata sabar di dalam hatinya. Ali sedang lucu-lucunya sekarang ini.

"Pak serius ini Bapak sebenarnya kenapa sih? Kok bisa Bapak ngurusin kehidupan karyawan Bapak sampai segini nya?" Tanya Prilly dengan ekspresi lelah yang tidak buat-buat.

"Jika karyawan itu kamu maka saya akan selalu seperti ini." Jawaban Ali sungguh tidak membuat Prilly senang jutsru gadis itu tampak berdecih. "Bapak kayak gini mirip cowok-cowok buaya diluar sana tau nggak?"

"Cowok buaya yang saya kenal cuma mantan pacar kamu."

Prilly begitu terkejut dengan jawaban Ali sementara pria itu hanya menatapnya dengan tatapan polos. "Untung ganteng lo!" Kata Prilly nyaris meraup wajah Bosnya. Ali tidak marah pria itu justru terkekeh geli.

"Ketawa! Ketawa! Bapak pikir ini lucu?" Marah Prilly yang justru membuat tawa Ali terdengar semakin menggelikan. "Lucu kalau tidak lucu mana mungkin saya tertawa sampai ngik ngik begini."

"Ternyata Bapak tahu ngik ngik juga ya?"

"Tahulah kamu pikir saya sekudet apa?"

Keduanya terus berdebat sampai tak sadar jika pintu rumah Fiona sudah terbuka. Sahabat Prilly itu berniat menyiram tanamannya hingga ia menyadari ada sebuah mobil dengan kaca gelap berhenti tepat didepan pintu pagar rumahnya.

Fiona langsung mengira jika pemilik mobil itu orang jahat dan berniat buruk padanya sehingga dengan cepat Fiona berbalik dan memasuki kembali rumahnya, tak lupa ia kunci pintunya dengan rapat lalu berlari menuju ke kamarnya.

Sementara di dalam mobil yang disangka penjahat oleh Fiona itu masih asyik berdebat sampai Prilly sendiri lupa tujuan awalnya kesini.

"Udahlah Pak capek debat terus sama Bapak!" Prilly menghempaskan tubuhnya kembali ke kursi lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela.

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang