Prilly sedang menata makanan diatas meja saat Ali membuka pintu belakang rumah, pria itu tampak mengenakan bathrobe putih yang terlihat begitu jomplang dengan sandal jepit warna-warni yang pria itu kenakan.Ali salah tingkah diperhatikan seperti itu oleh Prilly, beberapa kali pria itu tampak mengibas rambut basahnya. "Eum saya tidak membawa handuk." Jelasnya yang sama sekali tidak diperlukan oleh Prilly tetapi Ali hanya ingin menjelaskan supaya Prilly tidak mengira dirinya sok kota.
"Iya Pak, nggak apa-apa. Kalau Bapak nggak nyaman saya punya handuk kok nanti Bapak bilang aja biar saya ambilin handuknya." Terang Prilly yang dijawab anggukan kepala oleh Ali.
"Sekarang Bapak pakai baju dulu saya tunggu disini." Dengan segera Ali beranjak menuju ke kamar yang ditempatinya.
Lastri memberikan kamar pribadi Prilly untuk pria itu tempati selama berada disini sementara Prilly terpaksa menempati kamar Ibunya.
Di dalam kamar Prilly, Ali sedang memakai pakaiannya saat tangannya tanpa sengaja menyenggol bingkai foto milik Prilly. Suara pecahan terdengar hingga ke dapur membuat Prilly berlari menghampiri Ali yang ada di kamarnya.
"Pak! Bapak kenapa?" Tanpa mengetuk pintu Prilly segera masuk ke dalam kamarnya dan memeriksa kondisi Ali. Ia takut jika pria itu terluka.
"Saya tidak apa-apa tapi bingkai foto kamu---"
"Enggak apa-apa cuma bingkai foto doang yang penting Bapak nggak luka kan?" Ali menggeleng pelan sebagai jawaban, rasanya disini kenapa dia merasa begitu dilindungi oleh Prilly padahal tugas melindungi itu adalah tugasnya kenapa yang terjadi justru sebaliknya.
"Udah jangan Bapak injak belingnya, biar saya sapu dulu." Prilly berlari keluar dari kamar mengambil sapu juga sekop sampah untuk membersihkan beling di kamarnya.
Sambil menunggu Prilly datang, Ali meraih foto yang tercecer di lantai. Diam-diam Ali menatap dalam foto ditangannya, disana Prilly masih sangat muda dengan senyuman yang begitu lebar menghadap kamera.
"Senyuman kamu masih sama manisnya." Lirih Ali tanpa mengalihkan pandangannya dari foto.
"Pak!"
Ali buru-buru menyembunyikan foto yang ada ditangannya ke saku celananya. "Udah Bapak keluar aja biar ini saya yang bersihin."
Tanpa protes Ali beranjak keluar dari kamar Prilly menuju dapur tepatnya meja makan. Menarik kursi laki-laki itu memilih menunggu Prilly di meja makan.
Tak berapa lama Prilly keluar dari kamar sambil membawa sekop berisi pecahan kaca juga bingkai foto miliknya. Prilly berjalan menuju tempat sampah yang ada didekat pintu belakang rumahnya.
Setelah membuang sampah pecahan kaca itu Prilly kembali ke dapur menghampiri Ali. "Bapak kenapa belum makan?" Tanyanya saat melihat Ali yang duduk terdiam menatap hidangan di atas meja.
Ali tampak kesulitan berbicara hanya gerak tangannya yang dilihat oleh Prilly dan langsung dimengerti gadis itu. "Disini makannya pakai tangan Pak, enggak ada sendok garpu kayak di kota."
"Benarkah?"
Prilly mengangukkan kepalanya, gadis itu juga ikut menarik kursi dan duduk disana menemani Ali yang sepertinya sangat tidak terbiasa makan tanpa sendok dan garpu.
Prilly mendekatkan mangkuk berisi air bersih dengan potongan jeruk nipis ke hadapan Ali. "Bapak cuci tangan dulu biar saya ajarin makan pakai tangan."
"Saya bisa makan pakai tangan!" Bantah Ali yang tidak mau terlihat bodoh didepan Prilly. "Hanya saja saya tidak terbiasa." Lanjutnya lagi namun dengan volume suara yang lebih rendah.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Light
Chick-LitStory terbaru kali ini alur ceritanya sengaja aku buat sedikit lebih 'ehem' dari story-ku yang lain. Aku jamin seru, jangan lupa baca juga vote dan komennya yaaa♥️