Bab 17

1.2K 188 16
                                    


"Jelaskan kenapa data yang input dengan data di berkas ini beda!"

Agung nyaris lupa bernafas ketika Ali langsung menyambutnya dengan wajah dingin. Dengan tangan sedikit bergetar Agung meraih map yang diletakkan Ali diatas meja.

"Ini proyek dengan perusahaan Pak Hasan?" Ali mengangukkan kepalanya. Ia sempat berkenalan dengan Pak Hasan dulu namun sekarang ia juga sudah tidak mengingat dengan jelas wajah pria itu.

"Eum aku kurang tahu Mas soalnya proyek ini dipegang langsung oleh Om Pram." Agung meletakkan kembali berkasnya di atas meja Ali. Ekspresi wajah Ali semakin tidak enak dilihat dengan helaan nafas terdengar berat pria itu beranjak dari kursi kebesarannya.

"Kamu tahu berapa kerugian perusahaan karena proyek itu?" Suara Ali kembali terdengar dan dengan polosnya Agung menggelengkan kepalanya. "Enggak tahu Mas."

Ali menoleh menatap Agung dengan tatapan tajam yang refleks membuat Agung menundukkan kepalanya. "Posisi kamu Manager umum disini Gung! Harusnya kamu tahu perihal ini."

"Tapi Om Pram Direktur Om masak iya Manager lawan Direktur." Protes Agung namun kepalanya tetap masih tertunduk dalam. Ia tidak berani menatap Abang sepupunya yang sepertinya akan melahap dirinya hidup-hidup.

"Keluar kamu! Cari semua data tentang proyek ini dan hubungi pihak Pak Hasan!" Titah Ali yang segera dilaksanakan oleh Agung. Tanpa menunggu lama pemuda itu segera melarikan dari ruangan itu.

Sesampainya diluar ruangan, Agung sontak menghela nafasnya. Benar-benar mengerikan sekali Direktur baru itu, batinnya sebelum berjalan menuju ruangannya.

Diruangan lain terlihat Prilly yang masih menunggu Samuel mengurus berkas yang diminta oleh Ali. Ia baru tahu jika perusahaan ini menerapkan aturan khusus berbeda dengan perusahaan sebelumnya dimana ia bekerja. Memang benar yang dikatakan sahabatnya jika bekerja disini nasibnya sebagai karyawan jelas sangat terjamin.

"Ini--"

"Prilly Pak. Nama saya Prilly."

"Ah iya Prilly. Ini berkas yang diminta oleh Pak Ali." Samuel menyerahkan map yang sudah ia isi dengan segala keperluan yang diminta lalu ia serahkan pada Prilly.

Prilly menerima map itu dan bersiap untuk keluar dari ruangan Samuel. "Tunggu Prilly!"

"Ah iya Pak, ada apa?" Prilly mengurungkan niatnya untuk beranjak dari kursi kini fokusnya kembali pada Samuel.

Kedua tangan Samuel bertumpu diatas meja tatapannya tertuju pada Prilly dengan sedikit mencondongkan tubuhnya ia bertanya. "Pak Ali beneran minta kamu jadi sekretarisnya?" Dengan kening berkerut Prilly mengangukkan kepalanya. "Beneran Pak. Kalau enggak mana berani saya minta ini sama Bapak." Prilly memperlihatkan map ditangannya pada Samuel.

Kepala Samuel tampak mengangguk pelan. "Benar juga. Berati Pak Ali naruh perhatian sama kamu." Celetuk Samuel yang langsung membuat Prilly bersuara. "Hah?!"

Mengibaskan tangannya Samuel meminta Prilly untuk segera menemui Ali sebelum pria itu memarahinya nanti, dengan perasaan bingung juga penasaran Prilly beranjak meninggalkan ruangan Samuel membawa map yang ada ditangannya ke ruangan Ali.

Sepeninggalan Prilly, Samuel sontak terkekeh seumur-umur mereka berteman baru kali ini Ali bergerak lebih dahulu mendekati perempuan, jika dulu nyaris semua wanita yang mendekati dirinya sementara Ali cuek saja namun kali ini, Samuel patut bangga atas pencapaian sahabatnya itu.

Samuel berniat untuk memberi tahu Maya nanti, kalau bisa Ali menikah dengan Prilly karena menurut penglihatannya Prilly adalah gadis baik dan cocok dengan karakter Ali.

"Kayaknya nasib lo bakalan berubah Al. Enggak cuma dapat jabatan lo balik ke Indo tapi dapat jodoh juga." Ujar Samuel lalu tertawa membayangkan pernikahan Ali dan Prilly bahkan pria itu sampai membayangkan wajah lucu-lucu anak Ali dan Prilly nanti.

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang