Bab 9

1.2K 168 5
                                    


"Mas!"

Ali menghentikan langkahnya, ia sudah berbalik ingin kembali ke mobilnya namun Abimana tiba-tiba memanggil dirinya. Sintia dan anak-anaknya sudah memasuki mobil sehingga kini Ali hanya berhadapan langsung dengan Ayahnya.

"Eyang sudah memutuskan kalau besok kamu akan dilantik sebagai Direktur Utama." Penjelasan Abimana membuat Ali terdiam sejenak. "Lalu?"

"Ayah tahu ini terlalu cepat tapi kamu juga harus tahu jika ditunda lebih lama dikhawatirkan perusahaan tidak bisa diselamatkan." Jelas Abimana dengan raut wajah sendunya. "Jujur Ayah selalu merasa bersalah karena sedari dulu membiarkan Papa kamu mengurus perusahaan sampai akhirnya menjadi seperti ini." Uraian Abimana jelas sudah sangat dipahami oleh Ali dan ia setuju dengan perkataan Ayahnya itu.

Jika sejak awal Abimana bersedia mengurus perusahaan mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi namun Ali tidak bisa menyalahkan Abimana yang lebih memilih membuka usahanya sendiri daripada mengurus perusahaan keluarga karena Ali sendiri tahu bagaimana sifat dan watak Ayah kandungnya.

Selaku putra sulung dari keluarga Bagaskara, Ayah kandung Ali memang selalu memegang peranan penting termasuk memimpin perusahaan namun sayangnya alih-alih berkembang perusahaan besar itu justru bangkrut dibawah kepemimpinannya.

Abimana sendiri memang sejak awal lebih menyukai bidang otomotif memilih untuk membuka bengkelnya sendiri untuk menyalurkan hobi sekaligus menjaga ladang pencahariannya dan sampai saat ini pria itu sudah memiliki lebih dari 50 bengkel yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia.

Jadi tanpa membawa nama Bagaskara pun Abimana sudah sekaya itu namun sebagai putra bungsu jelas ia mendapat persentase saham di perusahaan Ayahnya. Saham yang ia miliki sama dengan milik Kakak sulungnya hanya Ibunda mereka yang memegang 50 persen dari saham utama yang diwariskan langsung oleh almarhum suaminya, Rico Bagaskara.

"Jadi sekarang Ayah ingin kamu segera turun tangan dan menyelamatkan perusahaan yang dibangun susah payah oleh almarhum Kakek mu dulu Nak." Abimana kembali bersuara menatap putranya dengan tatapan penuh permohonan. "Selama ini Ayah tahu kamu begitu menderita namun Ayah selalu meminta kamu untuk memaafkan Papa kamu tapi untuk kali ini secara sadar Ayah meminta kamu bahkan kalau perlu Ayah akan memohon pada kamu untuk melawan Papa kandung kamu sendiri." Abimana benar-benar sudah kehabisan akal untuk membujuk Ali sedangkan kinerja Kakaknya sudah harus dihentikan sebelum perusahaan keluarganya benar-benar gulung tikar.

"Untuk kali ini tolong bantu Ayah, sebagai anak memang Ayah akui Ayah tidak dapat diandalkan tapi sebagai orang tua Ayah yakin kalau Ayah sudah mendidik kamu dengan benar jadi Ayah yakin kamu pasti tahu apa yang memang sudah seharusnya kamu lakukan." Abimana menepuk pelan pundak putranya lalu berbalik berjalan menuju mobilnya meninggalkan Ali yang terdiam dengan sorot mata begitu datar tidak terbaca.

Hanya Ali dan Tuhan yang tahu apa yang sedang pria itu pikirkan sekarang ini.

***

"Kamu lembur lagi Pa?" Siska -Ibu tiri- Ali menatap suaminya dengan pandangan protes. "Akhir-akhir ini kok kayaknya kamu lembur terus sih?!" Protesnya lagi.

Pramudya Bagaskara hanya menatap istrinya sekilas lalu kembali mengancingkan kemejanya. Pria tampan yang ia nikahi puluhan tahun lalu itu semakin hari semakin dingin saja dalam memperlakukan dirinya.

"Aku kerja dan itu buat kamu juga!" Sahut Pram dengan gaya angkuh dan cueknya. Siska hanya bisa menelan kembali kalimat protesnya karena ia tahu sampai kapanpun Pram tidak akan mendengarkan dirinya.

"Nanti siang kamu ke tempat Ibu!" Suruh Pram pada istrinya. "Aku perhatikan akhir-akhir ini kamu terlalu sibuk sehingga tidak sempat memperhatikan Ibuku." Lanjutnya yang membuat Siska semakin membeku.

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang