Bab 28

1.4K 183 18
                                    


Suasana berubah haru biru setelah Puput dan calon suaminya melangsungkan akad nikah. Suami Puput terlihat begitu gagah dan mampu menjawab ijab kabul dalam satu tarikan nafas. Lastri dan Prilly ikut meneteskan air mata

Mereka bahagia sekaligus terharu karena Puput kini sudah sah menjadi seorang istri.

Ali yang duduk di sebelah Prilly sejak tadi tidak bisa melepaskan tatapannya dari Prilly. Berkali-kali ia melihat Prilly menyeka sudut matanya.

Sejak kejadian tadi malam keduanya belum sempat berbicara empat mata. Mengingat cumbuan panas mereka semalam kembali Ali merasa tubuhnya mendadak panas. Seumur hidupnya ia belum pernah merasakan gairah seperti bersama Prilly tadi malam.

Bibir lembut Prilly seolah bekasnya masih terasa dibibir Ali. Cumbuan panas mereka bahkan hampir membuat keduanya lepas kendali, jika saja tangan Prilly tidak menyenggol vas bunga yang ada di rak samping mereka mungkin tadi malam mereka benar-benar akan berakhir di ranjang.

"Pak cukup!" Sela Prilly dengan nafas terengah-engah. Nafas Ali juga tak kalah memburu, posisi mereka masih berdekatan bahkan Ali bisa merasakan kekenyalan payudara gadis dalam dekapannya ini.

"Kenapa?" Suara Ali berubah serak membuat sekujur tubuh Prilly meremang. Suara pria ini benar-benar seksi.

"Nanti Ibu datang Pak." Kembali Prilly menjawab. Sentuhan tangan pria ini di leher belakangnya relfeks membuat Prilly mendesah lirih. "Saya kelepasan tapi saya tidak akan meminta maaf." Perkataan Ali sontak membuat Prilly membuka matanya begitupula dengan Ali. Kini keduanya saling bertatapan tanpa mengubah posisi kedekatan mereka.

"Saya tidak menyesal mencium kamu malam ini." Bisik Ali lagi. Tatapan mereka masih menyatu deru nafas yang bersahutan membuat suasana semakin memanas.

"Kenapa?"

Ali memejamkan matanya, keningnya kini menekan kening Prilly. "Saya menyukai Prilly. Saya menyukainya." Jawab pria itu dengan nafas masih memburu.

Prilly kembali memejamkan matanya, tangan kecilnya mulai meraba punggung telanjang Ali. Punggung pria itu begitu kokoh dan lebar. Prilly bisa merasakan sesuatu yang keras dan panjang menekan perutnya.

"Kamu masuk ke kamar dulu saya butuh air dingin." Kata pria itu sebelum beranjak meninggalkan Prilly yang masih bersandar pada dinding rumahnya. Setelah menenangkan jantungnya ia mulai membereskan pecahan vas bunga yang berserakan di lantai.

Prilly sangat buru-buru membereskan kekacauan akibat ulah mereka, sedangkan Ali ditengah malam buta harus menyiramkan kepalanya dengan air dingin.

"Pak!"

Ali tersadar dari lamunannya saat Prilly menyentuh lengannya. "Bapak kenapa bengong?" Ali berdehem pelan. "Saya sedikit mengantuk." Jawabnya bohong.

"Kalau Bapak ngantuk Bapak pulang aja dulu, acaranya dimulai agak siangan juga." Kata Prilly pada Bosnya.

Akad nikah Puput sudah dilaksanakan dan sekarang pasangan pengantin sudah beristirahat sebentar sebelum bersiap-siap untuk menyambut tamu undangan mereka.

Sekarang masih pukul 9 dan Prilly rasa masih ada waktu untuk Ali istirahat.

"Kamu enggak pulang?" Ali bertanya dengan suara beratnya. Rona merah sontak menjalar di wajah Prilly, gadis itu tampak malu-malu bahkan menolak menatap Ali yang terus fokus menatap dirinya.

"Saya nanti pulangnya Pak."

"Kenapa? Kamu enggak mau ganti baju?" Prilly memang belum mengenakan kebaya seragam keluarga karena saat akad mereka mengenakan pakaian serba putih.

"Nanti aja gantinya Pak."

"Sekarang saja. Kamu juga tolong setrika kan batik saya." Ali juga mendapat baju batik seragam keluarga Prilly yang diberikan oleh Puput pagi tadi.

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang