Ali kembali ke ruangannya bersama dengan Prilly sementara Agung dan Samuel sudah kembali bekerja. Ali melepaskan jasnya dengan sedikit terburu pasalnya ia sudah gerah seharian mengenakan pakaian formal itu.Prilly hanya berdiam diri memperhatikan atasannya yang sepertinya dalam mood tidak baik. "Bagaimana menurut kamu tentang rapat tadi?" Ali bertanya setelah menghempaskan bokongnya di kursi.
"Menurut saya keputusan Bapak hari ini tepat karena semakin cepat mereka disingkirkan dari perusahaan maka pemulihan perusahaan juga bisa ditangani dengan lebih cepat dan efektif." Penuturan Prilly disetujui oleh Ali. "Tetapi Bapak juga tidak bisa lengah karena saya yakin tidak semua dari mereka menerima keputusan Bapak terlebih Pak Pramudya." Lanjut Prilly yang sontak membuat Ali mendongak menatap dirinya.
"Saya terus memperhatikan gerak-gerik beliau dan saya yakin setelah ini Bapak akan mengalami banyak kendala dalam memperbaiki kestabilan perusahaan." Prilly terlalu lugas namun Ali suka, ia sangat menyukai keberanian gadis ini dalam memberikan pendapatnya.
"Jadi apa yang seharusnya saya lakukan?" Ali bertanya dengan wajah seriusnya.
Satu bulan bekerja dengan pria ini tentu Prilly sudah tahu perangai dari Bos besar ini. Ali sangat gemar menjebak dirinya dengan rentetan pertanyaan mematikan dari mulut pria itu. Seperti saat ini, Prilly sadar jika Ali lagi-lagi menguji kemampuan dirinya yang namun dengan senang hati Prilly akan meladeni permainan pria ini.
"Saya akan menjawab pertanyaan Bapak tapi dengan satu syarat."
"Apa kamu berhak berkata seperti pada Bos kamu sendiri?" Balas Ali kini posisi pria itu bersandar nyaman pada kursi kebesarannya dengan tatapan yang begitu intens pada Prilly.
Prilly sama sekali tidak terlihat grogi, bahkan dengan penuh percaya diri ia membalas tatapan Ali dengan tak kalah intens dan dalam. "Saya tentu selalu punya hak untuk mengungkapkan apapun kemauan saya." Kata Prilly dengan seringaian kecilnya.
Ali sangat menyukai aura intimidasi yang menguar dari gadis didepannya ini. Prilly disaat seperti ini sungguh terlihat luar biasa seksi dimata Ali.
"Baiklah. Katakan!" Perintah Ali pada sekretaris seksinya.
"Saya ingin mengajukan cuti selama beberapa hari kedepan."
"Kamu baru bekerja satu bulan dan kamu sudah berani mengajukan cuti?"
"Tentu saja. Bapak harus ingat saya bekerja disini murni karena permintaan Bapak bukan atas lamaran kerja saya!"
"Lalu?"
"Ya Bapak harus maklum dong kalau saya mengajukan cuti seperti ini, saya punya keluarga Pak meksipun berkerja itu penting tetapi bagi saya keluarga juga tak kalah penting." Sahut Prilly dengan begitu berani sepertinya gadis itu lupa jika sekarang ini ia berbicara dengan siapa.
Keduanya saling bertatapan dengan pandangan yang berbeda tentunya. Prilly terlihat begitu kesal sementara Ali justru terpesona dengan keberanian gadis ini.
"Baik saya izinkan." Senyuman Prilly sontak terlihat. "Terima---"
"Tapi saya ikut ke kampung kamu!" Potong Ali yang nyaris membuat kedua mata Prilly melompat keluar.
"HAH?!"
"Silahkan keluar dan bereskan semua pekerjaan kamu." Usir Ali tanpa memperdulikan ekspresi terkejut di wajah Prilly. Mulut gadis itu menganga lebar dengan kedua mata serempak melotot kearah Ali.
"Kenapa kamu nggak keluar? Mau saya batalin izin kamu?" Ancam Ali tak serius yang justru ditanggapi serius oleh Prilly. Dengan cepat gadis itu melesat keluar dari ruangan Ali meninggalkan Ali yang tanpa sadar terkekeh sendirian. Ia begitu geli ketika membayangkan kembali wajah terkejut Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Light
ChickLitStory terbaru kali ini alur ceritanya sengaja aku buat sedikit lebih 'ehem' dari story-ku yang lain. Aku jamin seru, jangan lupa baca juga vote dan komennya yaaa♥️