Bab 26

1.7K 208 30
                                    


Setibanya di pasar Ali seperti orang kebingungan, kepalanya terlihat menoleh ke kanan kiri entah apa yang pria itu cari.

"Kenapa Pak?" Tanya Prilly saat Ali tak kunjung turun dari sepeda motor yang sudah terparkir diarea parkir yang disediakan.

"Kita masuk kesana?" Prilly menoleh kearah yang ditunjuk Ali lalu mengangukkan kepalanya. Prilly kembali mengalihkan pandangannya pada Bosnya itu. "Kalau enggak kesan gimana belanjanya Pak? Masak iya barangnya yang terbang kesini." Kata Prilly setengah bercanda.

Ali terdiam, ia bukan tidak menyukai keramaian namun pasar disini terlalu ramai bahkan nyaris semua yang masuk ke area pasar harus berdetak-desakan. Seolah mengerti kekhawatiran pria ini akhirnya Prilly membuat keputusan. "Bapak tunggu disini aja biar saya yang belanja."

Ali relfeks menahan lengan Prilly yang ingin pergi. "Saya ikut kamu!" Katanya dengan penuh tekad.

"Bapak yakin?"

Dengan berat hati Ali mengangukkan kepalanya. "Daripada kamu sendiri."

"Ini kampung saya Pak. Sejak kecil saya memang udah sering kesini sama Ibu."

"Beda cerita."

Kening Prilly mengerut tak mengerti jawaban Ali barusan. "Beda gimana Pak?"

Ali menghentikan langkahnya namun tangannya masih menggenggam erat tangan Prilly. "Kamu dulu jelek!" Kata Ali lalu berniat kembali berjalan namun Prilly sudah terlebih dahulu menahan pria itu. "Jadi maksud Bapak saya sekarang cantik?" Mata Prilly mengerling nakal menggoda atasannya.

Sungguh Ali sangat ingin mencium gadis ini sekarang tapi ia masih memiliki kewarasan hingga ia memilih untuk mengalihkan pandangannya dari Prilly.

"Cantik nggak Pak?"

"Cantik."

"Hah? Apa Pak saya nggak denger?" Prilly berlagak seolah-olah tidak mendengar hingga membuat Ali menoleh dan menatap dirinya dengan tatapan yang begitu intens. Kali ini justru Prilly yang terlihat salah tingkah dan tidak berani membalas tatapan Ali.

"Kamu cantik dan saya suka."

Jantung Prilly seperti merosot kebawah saat mendengar perkataan pria ini. Darahnya berdesir hebat, wajahnya juga terasa panas hingga gadis itu terlihat mengipasi wajahnya. Ali sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan Prilly yang masih mengipasi wajahnya.

"Prilly!"

"Hah? I--ya Pak?"

"Ayo katanya mau belanja?"

"I--ya kita belanja sekarang ayok!" Prilly berjalan terlebih dahulu melewati Ali yang terkekeh geli saat mengetahui jika gadis ini sedang salah tingkah.

"Menggemaskan sekali." Lirih Ali lalu menyusul Prilly yang sudah cukup jauh didepannya.

Memasuki pasar Ali terlihat seperti orang linglung berkali-kali pria itu hampir ditabrak oleh orang yang berlalu lalang disana. Ali terlalu sibuk menghindari mereka supaya tidak bertabrakan namun justru dirinya selalu ditabrak oleh orang-orang yang disana.

"Bisa jalan nggak sih?" Teriak seorang Bapak-bapak yang membuat Prilly menoleh menatap Ali yang bersiap untuk membalas pria itu namun Prilly sudah terlebih dahulu menggandeng tangannya.

"Maaf Pak, ini--"

"Suaminya jangan dibiarin begitu dong Neng! Ganggu orang lain yang bekerja!" Kata Bapak itu pada Prilly sebelum beranjak membawa karung berisi sayuran miliknya.

Ali yang hampir meledak itu sontak kembali merasa tenang. Ia sangat suka jika orang menilai dirinya cocok bersama Prilly. Jika aura mereka tidak cocok atau serasa mana mungkin orang-orang terus mengira jika mereka adalah pasangan suami istri.

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang