Bab 35

1.7K 185 13
                                    


Arina menyambut riang kedatangan Ali juga calon kakak iparnya. Gadis manis itu langsung menyeret Prilly menuju ke kamarnya karena ini menceritakan sesuatu padahal ini adalah kali kedua pertemuannya dengan Prilly namun Arina sudah senyaman itu.

Ali membiarkan saja Prilly dibawa oleh Adiknya sementara dirinya berjalan menuju dapur dimana ia yakini Ibunya berada. Dan benar saja, Sintia sedang sibuk memberi perintah untuk asisten rumah tangganya.

"Mbak tolong cepat sedikit ya, sebentar lagi calon menantu saya akan datang." Ujar Sintia dengan penuh keceriaan.

Para asisten rumah tangganya juga tak kalah bersemangat pasalnya ini kali pertama Tuan muda mereka membawa calon istrinya. Padahal sudah bertahun-tahun mereka berkerja disini belum pernah sekalipun Ali membawa teman wanita ke rumah ini.

Sejak tadi Ali hanya bersidekap menatap Ibunya yang terlihat sangat bersemangat bahkan sampai tidak menyadari keberadaan dirinya disini. Salah satu pemandangan yang sangat Ali suka adalah ketika melihat wajah bahagia Ibunya seperti sekarang ini.

Berkat wanita cantik ini, Ali melalui masa kecilnya tanpa kekurangan kasih sayang meskipun tidak memiliki Ibu namun Sintia berhasil memberikan semua yang seharusnya ia dapatkan dari Ibu kandungnya.

Ali yakin Ibu kandungnya pasti sangat berterima kasih pada wanita cantik ini dari dalam surga sana. Berkat Sintia dan Abimana, Ali bisa tumbuh tanpa kekurangan apapun.

"Semangat sekali Bunda sampai nggak sadar kalau anaknya sudah disini." Suara berat Ali membuat Sintia menoleh seketika senyuman wanita itu mengembang semakin lebar. "Sayangnya Bunda!" Pekiknya lalu berjalan menuju Ali dan memeluk putranya dengan penuh  kasih sayang.

"Calon mantu Bunda mana?" Sintia terlihat mencari-cari keberadaan Prilly di belakang putranya. "Udah duluan diculik sama Arin Bun." Jawab Ali yang kembali membuat Sintia tertawa. "Ternyata Bunda keduluan sama Arin ya?" Katanya lalu tertawa.

"Bunda jangan terlalu lelah nanti Ayah marah." Bisik Ali yang mendapat pukulan dari Bundanya. "Ayah kamu justru lebih lelah dari Bunda. Sejak tahu kalau kamu akan datang bersama calon mantu, Ayah kamu langsung nyiapin semuanya." Sintia menunjuk kearah pintu belakang. "Coba kamu lihat di belakang Ayah kamu ngapain sama Agung."

Ali beranjak menuju pintu belakang dan disana ia melihat Ayah dan Adik laki-lakinya sedang menyiapkan tempat barbeque untuk nanti malam. "Kamu udah beli semua yang Ayah bilang tadi kan?"

"Sudah Ayah kan Ayah juga ikut tadi pas ke supermarket." Jawab Agung yang sedang menyiapkan arang.

"Iya juga tapi awas aja kamu kalau sampai ada yang enggak kebeli. Kamu yang Ayah bakar!" Ancam Abimana yang sontak membuat Agung mendengus. "Daging si Arin lebih enak daripada aku."

"Memang. Arin anak baik anak kesayangan Ayah."

"Jadi Ayah setuju kalau kita bakar si Ar--"

Abi melempar batu kecil yang ada didepannya hingga mengenai kepala putra keduanya. Agung sontak memekik dan meringis kesakitan sementara Ali hanya tertawa geli.

"Mas Ali!" Agung akhirnya menyadari keberadaan Ali. "Sini Mas bantuin!" Ali beranjak mendekati Adiknya. "Ayah sama Bunda bahagia banget nyambut calon mantu." Bisik Agung yang balas anggukan kepala oleh Ali.

"Awas aja nanti kalau mereka enggak seheboh ini nyambut calon istri gue!" Ucap Agung yang lagi-lagi membuat Ali terkekeh pelan.

Agung sontak menghentikan pekerjaannya, ia lebih memilih memperhatikan Abangnya yang baru kali ini ia lihat bisa terkekeh sampai segeli ini.

"Mas lo bisa receh juga sekarang?" Sontak wajah Ali kembali datar seperti biasa namun sayangnya Agung sudah terlebih dahulu melihat wajah gelinya. "Astaga lo beneran jatuh cinta sama Mbak Prilly Mas?"

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang