Bab 36 (bonus part)

2.8K 195 13
                                    


Prilly, Sintia dan Arina keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. Di ruang tamu sudah ada Siska dan dua orang wanita lain dengan usia berbeda sepertinya ibu dan anak. Tatapan Prilly jatuh pada wanita muda yang sesekali terlihat membenarkan rambutnya dengan tatapan terus terpaku pada sosok tinggi yang duduk di sofa didepannya.

Prilly seketika merasa panas terlebih saat Ali diam saja saat wanita itu terus menatap intens kearahnya. Sintia dan Arina sontak menoleh kearah Prilly saat gadis itu tanpa sadar berdecak kesal.

"Mbak kenapa?" Tanya Arina yang membuat Prilly sadar lalu menggeleng pelan. "Enggak. Mbak nggak apa-apa." Jawab Prilly dengan senyuman yang terlihat dipaksakan.

"Oh kirain Mbak marah sama Mas Ali tadi Mas Ali sempat dipeluk oleh perempuan itu." Ujar Arina dengan wajah polosnya sementara Sintia dan Prilly sontak melebarkan matanya. "Kamu serius Arin?" Tanya Sintia yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Arina.

"Awas saja Mas kamu itu." Sintia beralih pada calon menantunya. "Kamu jangan takut Nak, biar Bunda yang kasih pelajaran nanti sama Mas Ali." Katanya sambil menggandeng tangan Prilly menuruni tangga dengan sedikit terburu-buru supaya mereka bisa segera tahu apa yang sedang mereka bicarakan di ruang tamu.

"Ekhem!" Deheman Sintia membuat Siska dan semua yang ada di ruang tamu menoleh menatap kearahnya. "Maaf Mbak tadi enggak sempat nyambut kedatangan Mbak. Aduh, Mbak datang kok nggak bilang-bilang sih padahal kami mau quality time sama anak-anak juga calon menantu kami." Ucap Sintia dengan senyuman yang mengembang serta tangannya memeluk hangat Prilly yang tepat di sampingnya.

Wajah Siska sontak berubah tatapannya terhunus tajam pada Prilly yang terlihat biasa saja ditatap seperti itu. Ia tidak perduli setelah mendengar cerita Sintia tentang Ayah dan Ibu tiri Ali, sama sekali ia tidak menaruh hormat apalagi takut, jadi dengan penuh keberanian ia membalas tatapan tajam Siska dengan tatapannya yang tak kalah tajam.

"Bagaimana mungkin Ali mempunyai calon istri tanpa memberitahu kami orang tua kandungnya." Siska berusaha mematahkan omongan Sintia namun sayangnya Ali justru beranjak dan berdiri disamping Prilly. "Anda tidak sepenting itu dalam hidup saya dan satu lagi orang tua saya cuma Bunda dan Ayah, camkan itu!" Tegas Ali yang membuat wajah Siska semakin memerah.

Wanita itu merasa malu juga marah terlebih sekarang ada calon besannya yang tampak tak senang dengan adegan ini. Fatma dan putrinya merasa tersinggung dengan kejadian ini namun mereka masih bertahan disana karena Gladis tidak ingin beranjak meskipun sudah beberapa kali Fatma ingin menyeret putrinya pergi namun sang putri tetap bersikeras berada disana.

"Lebih baik Mbak pulang dan jangan membuat keributan disini." Abi akhirnya bersuara, ia sempat mengira Siska datang dengan niat baik ternyata kedatangan wanita ini justru membuat keributan dan menganggu kenyamanan istri dan anak-anaknya.

Sintia beranjak mendekati suaminya sementara posisinya diganti oleh Ali, pria itu dengan senang hati memeluk bahu Prilly hingga tubuh Prilly kini bersandar penuh di dadanya. Prilly masih diam saja, ia terus menatap wanita cantik yang sejak tadi tidak melepas tatapannya dari Ali.

Bahkan dengan lancang si wanita itu tersenyum lembut kepada pria yang sedang mendekapnya. Prilly mendongak menatap Ali dan ternyata pria itu sedang menunduk menatap dirinya.

"Kenapa?" Tanya Ali lembut. Prilly menggelengkan kepalanya lalu kembali fokus ke depan dan ternyata si wanita itu mulai menaruh perhatian padanya.

Tatapan wanita itu sangat berbeda kepadanya tidak selembut ketika menatap Ali tadi, seketika ide licik terlintas di benaknya. Sementara Siska masih beradu mulut dengan Sintia, Prilly justru berbuat gila dengan meminta Ali menundukkan kepalanya.

Dengan polosnya Ali melakukan apa yang diperintahkan oleh wanita cantik pujaannya ini dan semuanya terjadi begitu saja bahkan Ali sendiri sampai tak menyangka jika Prilly akan seberani ini.

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang