Bab 11

1.1K 163 17
                                    


Sebuah mobil hitam metal dengan lambang bintang didepannya berhenti tepat didepan sebuah gedung yang sangat identik dengan corak emasnya nyaris di setiap dinding gedung terdapat corak dengan warna emas yang begitu berkilau. Desain yang terlihat megah dan megah itu jelas sepadan dengan banyaknya lantai di gedung ini.

Gedung besar dengan puluhan lantai itu merupakan kantor pusat Bagaskara Group yang sejak berdiri sampai hari ini sudah memiliki banyak cabang bahkan merambah sampai mancanegara namun sayangnya akhir-akhir ini Bagaskara Group seperti kehilangan taringnya.

Namanya mulai meredup bahkan pernah beberapa kali nyaris gulung tikar karena beberapa kelalaian yang dilakukan. Dan hari ini untuk pertama kalinya Ali menginjakkan kakinya di perusahaan besar ini bukan sebagai cucu sulung Bagaskara melainkan calon pemimpin Bagaskara yang sebentar lagi akan dilantik langsung oleh Eyangnya selaku pemegang saham terbesar di perusahaan ini.

Ali turun dari mobilnya sambil mengancingkan jas biru gelap yang ia kenakan. Ali tidak datang sendiri melainkan bersama Samuel yang hari ini resmi menjadi bawahan kepercayaan Ali. Keduanya melangkah memasuki gedung dimana beberapa orang petinggi sudah menunggu mereka di loby.

Ali dengan gaya khasnya yang tenang dan datar sedikit membuat para petinggi perusahaan canggung ketika ingin beramah tamah dengannya, berbeda dengan Samuel yang langsung bisa berbaur dengan mereka.

Ali dan beberapa orang lainnya masih berada di loby, mereka sedang menunggu kedatangan Maya yang sampai saat ini belum tiba di kantor. Ali melirik arloji yang melekat pada tangan kirinya hampir jam 8 lewat namun Eyangnya masih belum tiba.

Abimana dan Agung keluar dari mobilnya dan langsung beranjak memasuki kantor dan menghampiri Ali. Seperti biasa Abi selalu saja heboh jika sudah bertemu dengan putranya sementara diluar sana Pramudya juga baru saja keluar dari mobilnya dan beranjak memasuki kantor.

Hal pertama yang Pram lihat adalah Adiknya sedang memeluk putranya. Pram hanya melihat keakraban mereka beberapa detik sebelum mengalihkan pandangannya pada rekan kerjanya yang lain. Ali sama sekali tidak menghiraukan kedatangan Pram meksipun ia juga tidak terlalu memperdulikan Abimana namun dia tetap membiarkan Ayahnya itu memeluk dirinya seolah Ali masih berusia lima tahun padahal akhir tahun ini ia sudah memasuki usia ke 28 tahun.

"Ayah jangan gitu, Mas Ali malu nanti Yah!" Agung berusaha menjauhkan Ayahnya dari Kakak sepupu yang sudah ia anggap sebagai Kakak kandungnya sendiri.

Abimana menghentakkan tangan Agung meskipun begitu pria itu mulai menegakkan tubuhnya merapikan sedikit jasnya yang kusut karena memeluk Ali. "Kamu ganggu aja sih Gung Agung!" Katanya dengan nada mengejek ketika menyebut nama putranya.

Ali hanya melirik sekilas Ayahnya sementara Agung mendengus pelan lalu berjalan memutari Ayahnya supaya bisa berdekatan dengan Ali. "Mas Al gugup?" Tanyanya pada Ali.

Ali menoleh menatap Adiknya lalu menggelengkan kepalanya. Ia memang sama sekali tidak gugup ketimbang gugup Ali lebih merasa bosan disini, jika bukan karena permohonan Ayahnya mungkin Ali tidak akan hadir hari ini.

"Eyang kenapa lama banget sih?" Agung mulai mengeluh karena hampir jam 9 Eyangnya belum juga datang.

"Maaf semuanya, Ibu Maya mungkin akan datang sedikit terlambat, bagaimana kalau Bapak-bapak menunggu Ibu Maya di ruang rapat utama saja?" Salah seorang manager perempuan datang menghampiri para petinggi perusahaan, mereka sudah disediakan tempat namun menolak untuk pergi kesana sebelum Maya datang.

Mungkin karena sudah tidak kuat berdiri terlalu akhirnya mereka bersedia untuk menunggu Mata di ruang rapat utama saja. Ali beranjak diikuti Agung juga Samuel sementara Abimana sudah lebih dulu di tahan oleh Kakak sulungnya.

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang