Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat hari ini tepat satu bulan Prilly sudah menjadi sekretaris Ali. Besok adalah hari dimana Prilly harus kembali ke kampung halamannya untuk menghadiri acara pernikahan sepupunya.Prilly sengaja pulang tepat sehari sebelum acara dilangsungkan karena sampai saat ini ia belum menemukan cara yang tepat untuk memberitahukan Ibunya jika hubungannya dengan Ferdi sudah berakhir.
Mengenai pekerjaan, Prilly tidak merasa ada kendala berarti selain karena kecerdasan yang ia miliki, Prilly juga memiliki backingan yang sangat bisa ia andalkan, Agung dan Samuel benar-benar sangat membantu pekerjaannya.
Prilly terlihat sibuk menyusun lembar-lembar kertas yang ia dapat selama satu bulan melakukan penyelidikan terhadap proyek-proyek yang dikerjakan oleh mantan Direktur sebelumnya. Ia dan yang lainnya benar-benar bekerja keras untuk membuktikan kecurangan yang dilakukan oleh pemimpin sebelumnya.
Setelah menyusun semuanya kini Prilly beranjak menuju ruangan Ali. Setelah mengetuk pintu Prilly membuka pintu dan berjalan menuju meja Ali, pria itu terlihat sibuk sekali akhir-akhir ini.
"Pak ini berkas yang Bapak minta termasuk bukti-bukti kecurangan yang terjadi pada beberapa proyek sebelumnya." Prilly menjelaskan satu persatu pada Ali yang langsung dimengerti oleh pria itu.
Ali belum merombak posisi-posisi karyawannya ia hanya menugaskan Agung dan Samuel untuk terus memantau pergerakan mereka. Kuat dugaan jika banyak dari mereka yang masih menjadi anak buah Ayah kandung Ali. Semenjak Ali menjabat disini, Ayah kandungnya tak pernah lagi datang namun Ali yakin jika antek-antek Ayahnya masih terus melaporkan kondisi perusahaan pada pria itu.
"Perusahaan Pak Hasan hanya salah satu dari perusahaan lain yang terlibat dalam kecurangan. Budget yang dikeluarkan perusahaan untuk proyek ini sama sekali tidak sesuai bahkan Direktur sebelumnya menyetujui model iklan yang dipekerjakan berasal dari perusahaan Pak Hasan sendiri." Prilly begitu detail menjelaskan sehingga Ali tak perlu membacanya lagi.
Perusahaan Pak Hasan memang sedang mempromosikan barang baru yang dikerjakan oleh perusahaannya namun pihak perusahaan meminta proses iklan itu memakai jasa modelnya sendiri yang bayarannya jauh lebih mahal dari model-model papan atas lainnya dan yang anehnya Direktur Bagaskara sebelumnya menyetujui hal itu.
"Jadi menurut kamu mantan Direktur perusahaan ini mengambil keuntungan sendiri dan merugikan perusahaan?" Dengan penuh percaya diri Prilly mengangukkan kepalanya. "Saya juga sudah memeriksa laporan keuangan dan sesuai dengan tanggal tanda tangan kontrak Pak Pramudya selaku Direktur utama saat itu mencairkan dana sebesar 10 Milyar." Prilly kembali menunjukkan bukti yang ia dapatkan.
Jujur Ali sangat kagum sekaligus kaget dengan keuletan gadis ini dalam bekerja. Ia tidak percaya jika gadis ini sebelumnya bekerja sebagai karyawan biasa padahal kecerdasannya sungguh sangat memukai.
"Baik. Saya akan mengadakan rapat untuk membahas ini dan selanjutnya coba kamu pelajari proyek baru ini setelahnya kita diskusi bersama." Prilly mengangukkan kepalanya lalu beranjak dari ruangan Ali sementara pria itu sudah kembali melanjutkan pekerjaannya dengan hati yang sedikit berbunga.
Mendengar pintu ditutup kepala Ali langsung mendongak menatap pintu ruangannya dengan senyuman kecil. Ternyata mempekerjakan Prilly sebagai sekretaris sekaligus orang kepercayaannya bukanlah keputusan yang salah justru sebaliknya Ali merasa sangat bersyukur karena gadis itu bersedia bekerja dengannya.
***
Makan siang Prilly dan Fiona sama-sama memilih meja pojokan yang ada di kantin kantor. Sejak Prilly bekerja dengan Ali, ia menjadi lebih sibuk dan sulit menghabiskan waktu dengan temannya ini.
"Jadi lo udah yakin pulang sendiri besok?" Prilly mengangukkan kepalanya. "Lo udah izin sama Pak Ali?" Prilly menggelengkan kepalanya.
Fokus gadis itu pada makanannya namun ia seperti kehilangan nafsu makannya. Fiona menatap iba sahabatnya. "Berat banget ya jadi sekretaris Direktur?" Tanya Fiona pelan. Tangannya terulur menyentuh lengan kecil sahabatnya. "Gue senang lo dapat pekerjaan yang lebih baik dari kemarin tapi ngeliat lo kayak gini gue sedikit menyesal nyuruh lo lamar kerja disini waktu itu." Prilly menatap temannya lalu terkekeh geli, jarang sekali ia melihat wajah bersalah temannya ini.
"Gue justru bersyukur Fio, makasih ya waktu itu lo udah maksa gue lamar disini kalau enggak mungkin sekarang gue masih pengangguran." Ucap Prilly membesarkan hati temannya, ia sama sekali tidak menyesal bekerja disini meksipun waktunya lebih banyak ia habiskan dengan bekerja setidaknya kehidupannya sekarang lebih terjamin. Gaji pertama yang ia terima beberapa hari lalu lebih dari lima bulan gaji yang ia terima dulu.
Jadi tidak ada alasan untuk Prilly tidak bersyukur bukan?
"Lo baik-baik ya jangan sampai lo sakit apalagi stres. Teman gue cuma lo doang soalnya." Kata Fiona yang membuat Prilly tertawa pelan. Keduanya larut dalam pembicaraan sampai mereka tidak sadar jika tak jauh dari meja mereka ada Ali dan Samuel yang juga makan siang di kantin.
"Tumbenan banget lo makan disini, kenapa?" Tanya Samuel sebelum menyuap nasi ke dalam mulutnya. "Enak juga nasi disini." Celetuk Samuel lagi.
Ali hanya diam ia terlihat fokus pada makanannya padahal telinganya saat ini sedang ia pasang untuk mendengar percakapan Prilly dan temannya.
"Lo nggak takut Ibu lo nanya soal mantan sialan lo itu?" Kembali suara Fiona terdengar dan Ali penasaran dengan jawaban Prilly. "Al-- lo bisa diam nggak?" Marah Ali yang sontak membuat Samuel membungkam mulutnya dan lanjut makan.
Ali kembali menguping namun sayangnya ia sama sekali tidak mendengar jawaban dari Prilly. Sial, semua ini gara-gara temannya yang tidak bisa diam itu!
Ali mulai melahap nasi di dalam piringnya, beberapa karyawan yang menyadari keberadaan Direktur mereka di kantin tampak dengan sengaja melewati meja Ali dan Samuel untuk menyapa mereka terutama kaum perempuan namun sayangnya Ali sama sekali tidak menyambut baik sapaan mereka, pria itu justru fokus pada makanannya begitupula dengan Samuel yang juga tidak perduli dengan keberadaan mereka.
Samuel memang suka bermain wanita namun ia tidak tertarik menjalin hubungan dengan karyawannya sendiri. Kalau putus, ribet urusannya.
"Gue berangkat jam 8 nanti malam." Suara Prilly terdengar membuat Ali menghentikan gerakan tangannya. "Lo pulang sendiri?" Kembali Ali mendengar suara wanita didepan Prilly. "Kalau bukan sendiri terus sama siapa Fio? Lo mau gue ajak si Ferdi lagi?"
"Gila lo!" Maki Fiona yang disambut kekehan geli oleh Prilly. Keduanya lanjut berbincang dan masih belum menyadari keberadaan Ali didekat mereka.
"Menurut lo gimana tentang perombakan posisi di perusahaan ini?" Ali tiba-tiba bertanya pada Samuel.
"Menurut gue ya singkirkan mereka semua. Maaf Li, mungkin mulut gue tajam tapi lo harus buka mata kalau lo mau ngerombak semuanya tapi posisi bokap lo masih berkuasa disini, buang-buang waktu." Ali terdiam ia sedang mencerna apa yang dikatakan oleh Samuel. "Jadi kalau lo mau perbaiki semuanya, sebaiknya lo mulai dari Bokap lo dulu." Tambah Samuel yang menurut Ali sama sekali tidak salah.
Meletakkan kedua sendoknya Ali memberi perintah. "Umumkan rapat segera! Hari ini juga masalah kuasa ini harus selesai." Kata Ali lalu beranjak meninggalkan Samuel yang tersenyum kecil. "Gue tahu lo memang cocok jadi pemimpin Al." Lirihnya sebelum beranjak untuk melaksanakan perintah atasan sekaligus sahabatnya itu.
Prilly nyaris terlambat memasuki ruang rapat, ia sedikit kikuk saat membuka pintu ruangan dimana Ali dan yang lainnya sudah berada disana. Ali hanya melirik sekilas kearahnya sementara yang lain terlihat tidak perduli. Setelah mengambil tempat di sudut dekat dengan posisi Ali, Prilly mulai membuka laptop miliknya.
Setelah semuanya siap Ali mulai memberi perintah yang langsung di mengerti oleh Prilly. Layar di belakang Ali menyala dan terpampanglah data-data yang sontak membuat Pramudya serta rekannya yang lain pucat pasi.
"Ini hanya sebagian data yang ditampilkan untuk sedikit menyadarkan kalian." Suara berat Ali terdengar memecahkan keheningan. Para petinggi yang hadir disana mulai kepanasan terlebih saat tatapan tajam Ali seolah ingin membelah tubuh mereka.
"Data dari proyek yang dilaksakan bersama perusahaan milik Pak Hasan jelas terlihat banyak sekali kecurangan disana jadi dengan penuh kesadaran diri siapa saja yang terlibat dalam kecurangan proyek itu, besok pagi saya tunggu surat pengunduran diri kalian!" Putusan Ali mutlak tidak dapat diganggu gugat.
Ali beranjak dari kursinya di susul oleh Agung, Samuel juga Prilly meninggalkan Pramudya dan yang lain yang sama sekali tidak dapat menerima keputusan Ali ini.
"Kalian tenanglah! Aku tidak akan membiarkan anak ingusan itu melakukan hal ini pada kalian." Pramudya bersuara membuat rekannya sedikit tenang. "Ibuku pasti memihak putra sulung!" Katanya lagi sebelum beranjak meninggalkan ruang rapat.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
My Light
Chick-LitStory terbaru kali ini alur ceritanya sengaja aku buat sedikit lebih 'ehem' dari story-ku yang lain. Aku jamin seru, jangan lupa baca juga vote dan komennya yaaa♥️