Bab 34

1.5K 218 17
                                    


Pasca insiden di kamar Prilly yang membuat hidung Ali berdarah membuat gadis itu sedikit lebih perhatian pada Ali. Diam-diam Ali mensyukuri hal itu meskipun jujur tulang hidungnya nyaris mau patah akibat pukulan yang Prilly berikan.

Ali akui tingkat kebar-baran Prilly memang sudah diatas rata-rata. Namun begitu keinginannya untuk memiliki gadis ini semakin besar.

"Masih sakit hidung Bapak?" Tanya Prilly setelah membersihkan lantai kamarnya dari tetesan dari Ali.

Pria itu sedang mengurus beberapa pekerjaannya menoleh menatap Prilly lalu menggeleng pelan. Memang tidak sakit tapi sakit sekali.

"Saya baik." Katanya cuek lalu kembali fokus pada ponselnya. Ali mendapat beberapa email dari Samuel tentang pekerjaan namun ia tidak membawa laptop atau ipad nya sehingga ia harus membuka email itu melalui ponselnya.

Sedikit ribet tapi mau bagaimana lagi, Ali tidak ingin pulang dari kediaman Prilly.

"Bapak lagi kerja?" Ali mengangukkan kepalanya tanpa menoleh. Prilly berjalan menuju dapur lalu membuang tissu juga kain yang ia pakai untuk membersihkan lantai ke dalam tong sampah setelah itu Prilly kembali beranjak memasuki kamarnya.

"Pakai laptop saya saja Pak biar lebih gampang." Prilly menyerahkan laptop miliknya pada Ali. Pria itu tak langsung menerima laptop itu ia justru menatap Prilly lama seolah memastikan jika gadis itu benar-benar meminjamkan laptopnya.

Ali merupakan orang yang sangat menjaga privasi jadi ia juga bersikap seperti itu pada pada orang lain. Laptop juga merupakan privasi jadi ia enggan sekali menerima laptop Prilly.

"Kenapa bengong Bapak nggak mau pakai laptop saya?" Ali menggeleng pelan. "Bukan begitu tapi saya merasa tidak enak dan tidak sopan." Jawabnya yang sontak membuat Prilly mendengus, ingin sekali Prilly berkata jika mencuri ciuman padanya jauh lebih tidak sopan.

"Udah ambil aja biar pekerjaan Bapak cepat selesai!" Akhirnya Ali menerima laptop Prilly dan mulai memeriksa file-file yang dikirimkan oleh Samuel.

Prilly datang membawa segelas air mineral untuk Bosnya. "Menurut kamu bagaimana dengan proposal ini?" Ali bertanya sambil mengarahkan layar laptop ke hadapan Prilly. "Ini proposal kerjasama dengan salah satu pengusaha berlian."

Prilly meraih laptopnya dan mulai membaca deretan kalimat juga nominal yang tercantik di proposal itu.

"Menurut saya semuanya bagus tapi mengingat tingkat kesulitan dan risiko dalam pengerjaan proyek ini kenapa Bapak tidak mengajukan beberapa poin tambahan guna melindungi perusahaan juga karyawan Bapak yang ikut andil dalam pengerjaan proyek ini." Penjelasan serta masukan dari Prilly terdengar masuk akal ditelinga Ali.

"Besok mereka meminta kita untuk ikut meeting sekaligus pengajuan kerangka desain untuk iklan ini, jika mereka setuju maka dalam bulan ini proyek ini sudah mulai dikerjakan."

Akhirnya mereka berdua bergelut dalam sesi diskusi juga tukar pikiran mengenai proyek yang akan mereka kerjakan. Prilly terlihat begitu aktif dan Ali akui beberapa saran yang gadis ini berikan benar-benar berguna dan tidak pernah terpikirkan oleh Ali sebelumnya.

Selain bar-bar ternyata gadis ini memiliki otak yang pintar, kini bertambah satu poin lagi untuk Prilly di mata Ali.

Niat awal Prilly pulang adalah untuk istirahat namun karena keberadaan Ali disini ia justru jadi bekerja bersama pria ini padahal hari ini adalah hari libur.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat hingga jam makan siang pun tiba. Ali ingin mengajak Prilly makan diluar namun gadis itu menolak. "Di kulkas saya banyak sekali bahan makanan jadi saya mau masak saja Pak." Tolak Prilly setelah mematikan laptopnya.

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang