Bab 4

1.4K 166 12
                                    


Pagi-pagi sekali Prilly sudah bangun dan bersiap-siap untuk menemui kekasihnya. Meskipun pertemuan mereka sore namun Prilly tetap saja terbangun lebih pagi, ia selalu seperti ini jika sudah berhubungan dengan kekasihnya. Meskipun sudah menjalin hubungan hampir satu tahun namun rasanya selalu berdebar jika ingin bertemu.

Prilly merasa dirinya bak remaja yang baru jatuh cinta. Pesona Ferdi memang tidak main-main.

Prilly sedang membereskan dapur ketika Fiona keluar dari kamarnya. Gadis itu terlihat menguap beberapa kali sambil berjalan menuju dapur. "Kerajinan banget lo pagi-pagi udah didapur." Katanya lalu menguap lebar.

Prilly hanya mengedikkan bahunya tak acuh. "Sadar diri gue numpang di rumah lo." Katanya yang dibalas cibiran oleh Fiona. Fiona menuangkan air ke dalam dua gelas satu untuk dirinya satu lagi untuk sahabatnya, ia sudah hafal sekali kebiasaan sahabatnya ini yang susah sekali minum air putih.

"Minum lo!" Prilly menggelengkan kepalanya. "Sebelum beraktivitas dianjurkan untuk minum air putih Prilly!" Tegas Fiona yang mau tak mau membuat Prilly meraih gelas yang disodorkan oleh temannya itu.

Keduanya menarik kursi meja makan yang ada didekat dapur. Meneguk air putih bersamaan lalu Prilly berniat kembali untuk melanjutkan pekerjaannya. "Tunggu!" Fiona menahan lengan Prilly. "Lo kenapa lagi?" Tanyanya yang membuat alis Prilly bersatu. "Apanya kenapa lagi?"

Fiona mengarahkan pandangannya ke dapur minimalisnya yang sudah sangat bersih lalu kembali menatap sahabatnya. "Kali ini perasaan enak atau jelek lagi?" Tanya Fiona tanpa menghiraukan ekspresi bingung di wajah sahabatnya.

"Oh gue ngerti, kayaknya hari ini perasaan gue lagi berbunga-bunga jadi tentu saja perasaan enak!" Jawab Prilly dengan ekspresi yang berubah begitu ceria.

Diam-diam Fiona menghela nafasnya, jujur semalaman ia berpikir tepatnya mengkhawatirkan kondisi sahabatnya. Prilly memang ceria dan blak-blakan namun perasaan gadis ini sangat halus dan Fiona sangat mengenali sosok bar-bar namun baik hati ini.

"Lo mau ketemu cowok lo?" Prilly mengangukkan kepalanya. "Gue mau meluapkan semua kegundahan gue sama Ferdi." Fiona mengangukkan kepalanya. "Syukurlah, setidaknya lo punya pasangan untuk berbagi kesusahan lo." Sahut Fiona yang membuat senyuman Prilly semakin lebar.

Benar seperti yang dikatakan oleh Fiona, syukurnya ia memiliki sosok Ferdi yang selalu mendukung dirinya. Dan kali ini Prilly juga yakin jika Ferdi akan kembali membuatnya bangkit.

"Jadi lo mau ketemu dia kapan?" 

"Sore nanti."

"Lah kenapa lo bangunnya kecepatan anjir?"

Prilly mesem-mesem tak jelas membuat Fiona mulai meningkatkan kewaspadaannya. "Jangan bilang lo?"

Prilly mengangukkan kepalanya. "Gue mau cukur semua bulu yang menempel di tubuh gue, siap-siap untuk malam panas gue sama Ferdi." Jawab Prilly segera gamblang yang membuat Fiona menghela nafas lelah.

Fiona tampak memijit kepalanya yang terasa sakit, sungguh ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya ini. Disaat genting seperti ini Prilly masih memikirkan malam panas bersama kekasihnya.

"Udah ah, gue mau lanjut beres-beres lagi setelah itu gue mau luluran terus berendam. Pinjam kamar mandi lo ya?" Seru Prilly sambil berjalan menuju dapur tanpa menghiraukan Fiona yang nyaris melemparkan gelas kearah kepalanya.

Kamar mandi Fiona memang ada bathub dan mereka juga sering berendam bersama sambil membicarakan gosip-gosip yang sedang hangat.

"Terserah lo deh Pril! Tapi gue ingetin jangan sampai lo kebablasan sama si Ferdi!"

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang