Bab 30

1.7K 203 16
                                    


"Rasanya baru kemarin aku pulang sekarang udah harus kembali bekerja." Keluh Prilly saat memasukkan pakaiannya ke dalam koper miliknya dibantu oleh Ibunya tentu saja.

Prilly dan Ali harus kembali lebih awal karena ada perusahaan yang mendesak Ali untuk melangsungkan kerjasama tetapi harus ditangani langsung oleh pria ini, sebagai sekretaris tentu saja Prilly harus ikut kembali dan menemani Ali bekerja.

"Sudah jangan ngeluh terus nanti awal tahun kan kamu bisa pulang lagi. Tapi jangan lupa ajak calon mantu Ibu ya?" Lastri menggoda putrinya hingga membuat Prilly mendelik. "Ibu berapa kali aku harus kasih tahu Ibu kalau Pak Ali cuma atasan aku Bu. Kami tidak memiliki hubungan apapun." Jelas Prilly yang terdengar sewot.

"Halah! Mau sampai kapan kamu bohongi Ibu Pril. Kamu pikir Ibu nggak tahu kalian ngapain aja kalau berduaan?" Seketika kedua mata Prilly melotot sempurna. "Bu?" Prilly menatap horor Ibunya sementara Lastri justru tertawa tidak jelas ketika mengingat putrinya bercumbu ria dengan calon menantu idamannya.

"Kamu pikir kalau bukan karena suka sama kamu ngapain Nak Ali sampai bela-belain ke desa kita bukannya kamu bilang dia atasan kamu pasti pekerjaannya banyak tapi lihat dia memilih menetap disini menemani kamu. Apalagi coba alasannya kalau bukan suka?" Cerocos Lastri yang membuat Prilly terdiam. Andai Ibunya tahu jika beberapa hari yang lalu Bosnya itu menyatakan perasaan padanya pasti Ibunya akan semakin girang.

Prilly belum berniat untuk menceritakan hal ini pada Ibunya, ia sendiri masih ragu dengan perasaan Ali padanya. Pria itu terlalu sempurna untuk dirinya yang serba kekurangan ini.

Prilly tidak pernah merasa rendah diri karena ia merasa tidak ada yang salah dengan hidupnya bahkan ketika bersama mantan kekasihnya dulu dengan penuh percaya diri ia mengakui dirinya pantas untuk dibanggakan tetapi berbeda ketika berhubungan dengan Ali. Sungguh, membayangkan tanggapan keluarga pria itu tentang dirinya membuat tingkat kepercayaan diri Prilly meluncur bebas sampai ke dasar.

"Bu."

"Heum." Lastri tidak begitu fokus pada putrinya, wanita itu terlihat sedang serius menyusun pakaian Prilly ke dalam koper milik gadis itu. "Kenapa?"

Prilly tak langsung mengutarakan isi hatinya, ia masih menimbang haruskah ia menanyakan pendapat Ibunya perihal kegalauan yang ia alami sekarang. "Bu, ini ada teman aku katanya lagi galau." Bohong Prilly yang sontak membuat Lastri mendongak menatap putrinya dengan tatapan menyipit. "Teman kamu atau kamu sendiri yang lagi galau?" Todong Lastri yang membuat Prilly sedikit gelagapan.

"Teman aku loh Bu masak iya aku galau." Kilah Prilly berusaha terlihat biasa saja didepan Ibunya. "Siapa tahu kamu galau karena putus dengan mantan kamu itu?"

"Ya ampun Bu, kan aku udah bilang sama Ibu kemarin kalau kehilangan pria itu sama sekali tidak merubah hidupku Bu justru sekarang aku jauh lebih bahagia tanpa laki-laki brengsek itu." Kata Prilly mengekpresikan dirinya pada Lastri jika dirinya benar-benar bahagia setelah berpisah dengan Ferdi.

Prilly sudah menceritakan perihal yang ia alami bersama Ferdi pada Ibunya kemarin dan hal itu semakin meyakinkan Lastri jika pria yang cocok dengan putrinya hanyalah Ali.

"Terus kenapa teman kamu itu galau?"

"Eum, katanya ada cowok kaya terus ganteng pokoknya sempurnalah Bu orangnya. Dan cowok itu ngajak teman aku berkomitmen gitu." Prilly mulai menyelidiki ekspresi wajah Ibunya yang tampaknya mulai percaya dengan kebohongannya ini. "Terus teman aku bimbang karena dia merasa dirinya tuh nggak pantas buat si cowok. Kalau menurut Ibu teman aku harus gimana Bu?"

Lastri menyelsaian lipatan terakhir lalu meletakkan baju Prilly ke dalam koper. Kini fokusnya sepenuhnya pada sang putri yang terlihat begitu menunggu jawaban darinya. "Menurut Ibu teman kamu bodoh!"

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang