Bab 21

1.4K 206 24
                                    


Mobil yang dikemudikan Ali berhenti tepat didepan kos Prilly. Kening Prilly sontak berkerut saat mendapati Ali menghentikan mobilnya tepat di alamat rumahnya padahal ia sama sekali tidak memberitahukan pria ini tentang alamat rumahnya.

"Kenapa?" Tanya Ali yang masih belum menyadari perubahan ekspresi wajah Prilly. "Nggak mau turun kamu?" Tanyanya lagi.

"Bapak kenapa bisa tahu rumah saya?" Todong Prilly, gadis itu dengan berani menatap atasannya itu.

Ali sedikit terkejut namun ekspresi wajah pria itu tetap saja datar seperti biasanya. "Menurutmu?" Ali justru balik bertanya hingga membuat kening Prilly berkerut bingung. "Kan saya tanya Bapak kalau Bapak nanya balik ke saya lah saya nanya ke siapa dong?" Protes Prilly dengan gayanya yang lucu nyaris membuat Ali terkekeh.

"Sekedar tahu rumah karyawan bukan hal yang sulit untuk saya." Jawaban Ali sontak membuat Prilly terdiam.

Benar juga, bukan hal sulit untuk pria seperti Ali mengetahui keberadaan burung kecil seperti dirinya. Baiklah, Prilly terima alasan pria itu.

"Oke." Prilly mengapit tasnya dan bersiap untuk turun dari mobil. "Jam 9 saya jemput kamu!" Kembali Ali bersuara yang langsung membuat Prilly mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil pria ini. "Bapak mau ngapain jemput saya? Kan saya udah ijin sama Bapak tadi siang, saya mau pulang kampung Pak!"

"Sudah saya izinkan."

"Ya terus Bapak mau ngapain jemput-jemput saya?"

"Saya mau ikut kamu pulang kampung!" Sahut Ali dengan santai yang hampir membuat Prilly mencak-mencak didepan pria tampan ini.

"Pak! Kampung saya jauh Bapak nggak akan kuat!"

"Kamu pikir saya Milea?"

"Bukan gitu Bapak! Tapi saya serius jarak kampung saya jauh banget dari kota Pak." Prilly masih berusaha menggoyahkan niat Bosnya ini.

"Saya tidak perduli selama kita pergi pakai mobil saya aman-aman saja!"

"Saya pakek kuda Pak pulang kampungnya!" Relfeks Prilly menjawab tanpa menyaring terlebih dahulu kalimatnya dan akhirnya tawa Ali pecah ketika mendengar perkataan gadis ini.

Mulut Prilly terbuka lebar, sungguh ia begitu terpesona dengan ketampanan Bosnya ini. Ali berkali-kali lipat lebih tampan saat tertawa seperti sekarang ini.

Suasana di dalam mobil hanya di isi dengan tawa Ali sampai beberapa menit pria itu berdehem dan baru sadar jika dirinya sejak tadi diperhatikan oleh Prilly. Ali kembali salah tingkah, rona merah menjalar penuh di wajah bahkan sampai ke leher pria itu. Berkali-kali Ali berdehem untuk menetralkan hawa panas yang menerpa wajahnya.

"Silahkan turun supaya kamu bisa siap-siap tanpa terburu-buru." Ali memberi perintah karena sudah tidak kuat ditatap sedalam itu oleh gadis ini.

Kedua mata Prilly mengerjap beberapa kali ia seperti orang linglung sekarang, dengan patuh gadis itu turun dari mobil Ali dan tanpa menunggu lama mobil itu melaju meninggalkan Prilly yang baru ingat jika ia belum mencapai kesepakatan dengan Bosnya itu.

"Sialan! Bisa-bisanya tawa Pak Ali mengalihkan isi pikiran gue." Dumel Prilly sebelum beranjak memasuki kamar sewanya. Prilly harus putar otak untuk mencari alasan yang tepat supaya Ibunya tidak berpikir macam-macam karena kedatangan dirinya juga Ali.

"Ribet banget idup gue! Pak Ali juga nambah-nambah beban hidup gue aja tuh laki!" Kembali Prilly mendumel sambil menaiki tangga menuju kamarnya.

***

Pukul 9 malam Ali sudah memarkirkan mobilnya didepan rumah sewa Prilly. Pria itu terlihat santai dengan rajut hitam yang ia kenakan, bawahannya Ali mengenakan celana jeans senada dengan warna rajutnya.

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang