💚💚💚
Naren terbangun dengan diri nya yang masih terduduk di lantai, nafas nya tak karuan, mata nya yang sembab, dan tangan yang memerah
"Hanya mimpi? " batin naren melihat kekitar isi kamar nya
"Bunda.. " lirih nya
Naren ingat kata-kata ibu nya yang barusan ia mimpikan, naren kembali menggedor pintu itu berusaha menarik nya sekuat mungkin, kunci cadangan nya bersama verol karna naren selama ini tidak pernah mengunci kamar nya tidak seperti saudara nya yang lain
Sedangkan verol yang terbaring sambil melihat foto sangat istri
"Jiena.. Kenapa kau begitu cepat meninggalkan ku" gumam verol menahan tangis nya, hati nya yang sangat pilu membuat nya terus menangisi jiena
"Jienaa aku lelah dengan semua ini, tanpa kau rasa nya aku seperti tidak hidup sama sekali"
"Jienaa aku lelah mengurus anak anak, hari ini adalah hari yang sangat melelahkan dan semua kelelahan ku lampiaskan kepada Jinan, maafkan aku, aku tidak bisa menjadi ayah yang baik tetapi kalau bukan karna Jinan mungkin kau tidak akan pergi jienaa"
Verol memeluk foto tersebut dan tertidur
Reyan diam-diam menyelinap masuk kekamar verol mencari sebuah kunci kamar naren dan berselang beberapa meni reyan akhirnya menemukan kunci itu terselip di bawah bantal verol
Reyan mengambil kunci itu dengan pelan sangat pelan agar verol tak terbangun, akhirnya ia berhasil mengambil kunci itu lalu pergi menuju kamar naren
Reyan membuka pintu kamar naren menggunakan kunci itu lalu saat pintu terbuka bukan nya naren berterimakasih ia malah mendorong reyan lalu berlari ke arah kamar mandi di lantai satu
Reyan sedikit termundur beberapa langkah karena dorongan naren
"Yaa! Narendraa" pekik reyan, reyan pergi menyusul naren ke kamar mandi di lantai satu
Naren berusaha membuka pintu kamar mandi sambil meneriaki nama Jinan
"jinan! Jinan bertahanlah "
"Jinan jawab aku! Jinandraa apa kau masih sadar sayang?? Jiee?? " pekik naren masih berusaha membuka pintu kamar mandi
"Astaga! pintu pukimak ini kenapa susah sekali untuk di buka! Jinan haishhh sialann"
Karena naren kesusahan membuka pintu itu, akhirnya ia mendobrak pintu tersebut hingga pada akhirnya pintu itu terbuka
Naren masuk kedalam, betapa kaget nya ia melihat adik bungsu nya yang malang itu menggigil kedinginan serta sower yang masih menyala dan luka memar di seluruh tubuh nya
"Jinan!! " teriak naren bergegas mematikan sower itu, lalu mengangkat Jinan pergi kekamar nya
Hal itu dilihat oleh reyan dengan alin, alin yang tersenyum bahagia sedangkan reyan merasakan kekhawatiran tetapi ia benar-benar gengsi untuk menghampiri naren dan jinan, rasanya itu ingin ikut mengobati Jinan dan menemani Jinan tetapi gengsi nya besar lagi pula rasa benci nya bahkan lebih besar dari pada rasa kekhawatiran nya
Naren segera meletakan Jinan di atas kasur, lalu menggantikan baju Jinan, saat naren tersadar jika ada luka bakar di punggung Jinan serta banyak nya luka lain seperti memar² di seluruh tubuh Jinan
Naren menggigit bibir nya menahan nangis, ia tidak sanggup melihat adik nya seperti ini, rasanya sangat menyakitkan bagi nya
Setelah naren selesai menggantikan Jinan baju, ia menyelimuti Jinan beberapa selimut di atas nya agar Jinan hangat dan nyaman
Naren mengelus surai rambut Jinan dengan lembut.
"Jie.. Maafin abang tidak bisa melindungi mu " gumam naren
"Abang tidak becus menjaga mu "
"Tubuh mu mendapatkan luka baru lagi karna aku"
Jinan sedikit terusik "eungg"
"Sakit ya jie? Maafin abang sayang.. " lirih naren
Air mata itu terjatuh perlahan-lahan hingga semakin lama semakin deras dan sampai membasahi pipi naren
"Bertahanlah jie.. Abang selalu disisi mu"
"Jangan pernah menyerah.. "
"Jangan tinggalin abang ya? Jika suatu saat nanti Jinan cape, Jinan tidak boleh pergi meninggalkan abang okey?"
"Abang tau kau lelah tetapi abang tidak mau kehilangan mu jie, abang hanya bisa berdoa agar dunia yang kejam ini segera berubah dan kau akan dipenuhi oleh tawa bahagia tanpa adanya berpura-pura didalam arti itu" gumam naren lalu mengecup kening Jinan
"Kau adik ku yang paling istimewa, tetap lah tersenyum dikondisikan apapun" bisik naren
Naren mematikan lampu kamar Jinan lalu menutup pintu kamar Jinan, naren menangis di depan pintu Jinan hati nya benar-benar sakit melihat adik nya harus mengalami jahat nya manusia didunia ini tidak seperti anak remaja lain yang di sayangi oleh keluarga nya, mendapatkan kasih sayang dari semua orang, selalu mendapatkan keadilan, dan selalu tertawa bersama teman-teman nya
Naren kambali kekamar nya untuk beristirahat
Keesokan hari tiba Jinan bangun lebih awal mungkin karena badan nya yang sakit membuat nya tidak bisa tidur nyenyak
Jinan menyiapkan roti nya sendiri karena semua orang masih tidur, Jinan juga di bantu oleh maid baru itu
Setelah sudah menyiapkan bekal, Jinan harus berjalan lagi menuju sekolah nya
Setiap ia berangkat sekolah, Jinan selalu berdoa agar tidak ada Deon yang akan membully nya di pagi hari ini, apalagi badan Jinan sekarang sedang sangat lemas
Seharusnya Jinan tidak masuk sekolah hari ini tetapi bagaimana kondisi nya ia harus tetap berangkat sekolah karna ia tidak mau mengecewakan ayah nya
Sampai di sekolah Jinan di pandang buruk oleh orang-orang sekolah nya, banyak bisikan jahat dari mereka yang terdengar oleh Jinan, Jinan tidak peduli dengan omongan mereka ia akan terus berjalan menuju kelas nya dan duduk tenang disana
Saat Jinan ingin masuk ke kelas nya ada seorang siswa menghampiri nya.
"Hey, kerjakan pr ku cepat" ucap siswa itu yang bernama Felix, yap! Felix teman nya Deon
"Apa kau tuli? Kerjakan pr ku cepatt" Felix menyodorkan buku nya kepada Jinan lalu diterima oleh Jinan
"Bagus! Jika aku mendapatkan nilai buruk atau pr ku tidak selesai pas bel sudah berbunyi, maka aku akan mengganggu mu setiap hari" ketus Felix
"Cih untung saja kau datang lebih awal hari ini jadi aku tidak perlu susah² mengerjakan nya" ucap felix sambil berjalan pergi meninggalkan Jinan
Jinan menghela nafas nya, ia masuk ke kelas nya lalu segera mengerjakan pr Felix.
💚💚💚
°
°
°
Jangan lupa vote
See you💚
Pay pay👋
KAMU SEDANG MEMBACA
apa keadilan itu nyata?
Teen Fiction"dunia ini tidak adil buat jinan.. jinan cape bun.. jinan cape.. "lirih jinan tampa ia sadari setetes air yang keluar dari mata nya itu jatuh ke tanah dunia terlalu kejam untuk jinan yang selalu dihindari bahkan di benci oleh keluarga nya sendiri ke...