💚💚💚
Tiba Jinan berada di rumah, dengan nafas yang ngos-ngosan karena berlarian dari supermarket ke rumah nya walaupun jarak ny tidak terlalu jauh tetapi tetap saja Jinan harus menahan rasa sakit kaki nya itu
Saat Jinan di ambang pintu, sudah terlihat tatapan khawatir sang Abang nya, naren.
"Kau dari mana saja Jinan, Abang khawatir dengan mu" ucap naren seperti seorang ibu yang khawatir pada anak nya yang baru pulang
"Aku- " ucapan Jinan terhenti saat reyan menyela nya
"Aku menyuruh nya ke supermarket saja, tidak usah khawatir" ucap santai reyan
"Tapikan kaki Jinan belum mengering bang" balas naren
"Memang kenapa jika belum mengering? Lagian ak lihat Jinan baik' saja tu "
Jinan hanya mengangguk takut jika ia berkata jika dirinya tak baik-baik saja maka reyan akan semakin membencinya.
"Kau tidak perlu sekhawatir itu na, huftt kau terlalu memanja anak sialan itu" kali ini ucapan yang keluar dari mulut Jean yang baru saja pulang dan masih memakai jaket nya
"Aku tidak memanjakan nya tetapi ak-" jinan menyela ucapan naren yang belum selesai
"Sudahlah bang.. lagian Jinan baik-baik aj kok, Jinan ke kamar dulu ya" ucap Jinan lalu bergegas pergi ke kamar nya
Melihat itu naren sungguh tidak tahan mengapa mereka sebenci itu sama adik bungsu nya padahal tidak semua kejadian ibu nya meninggal salah Jinan.
Dimalam hari itu Jinan merasakan nyeri di bagian kepala nya nya, mungkin karna ia sering belajar tanpa henti untuk mengerjakan soal ulangan besok yang akan datang hingga larut malam dan juga pola makan nya yang tidak teratur membuat tubuh nya tidak ada energi
Jinan meremas rambut nya berharap nyeri itu menghilang agar ia bisa lanjut belajar.
Ceklek!
Pintu kamar Jinan terbuka, verol masuk ke dalam kamar tersebut dan menghampiri Jinan yang masih meremas rambut nya
"Apa kau tidur!?" Ketus verol
Jinan tersentak kaget, awal nya ia tak tau jika ayah nya masuk kedalam kamar nya maka dari itu dia kaget
"Ayahh ada apa?" Tanya Jinan
"Jika besok hasil ulangan nya tidak sesuai ekspektasi saya, maka kau harus menanggung hukuman yang akan kau dapatkan nanti" tukas verol lalu pergi dari kamar jinan
Jinan menghela nafas nya kasar, mungkin ia harus belajar hingga pagi agar nilai nya mencapai angka sempurna pikir nya.
Keesokan hari itu tiba, sebuah kertas putih yang sudah di bagikan oleh guru membuat seisi ruang kelas memasang wajah yang pasrah dan putus asa melihat soal ulangan matematika itu tetapi beda dengan Jinan yang langsung mengerjakan nya tanpa adanya ngedumel kesusahan seperti yang lain
Kelas sudah hampir selesai tetapi Jinan masih berdiam diri sambil fokus mengerjakan ulangan itu dengan sangat teliti
Bahkan sekarang hanya tinggal Jinan saja yang belum mengumpulkan kertas ulangan tersebut
KAMU SEDANG MEMBACA
apa keadilan itu nyata?
Roman pour Adolescents"dunia ini tidak adil buat jinan.. jinan cape bun.. jinan cape.. "lirih jinan tampa ia sadari setetes air yang keluar dari mata nya itu jatuh ke tanah dunia terlalu kejam untuk jinan yang selalu dihindari bahkan di benci oleh keluarga nya sendiri ke...