1. Bantuan

104K 4.8K 115
                                    

Happy Reading

"Arkie, ini sudah menjadi ketetapan sekolah, sebelum ujian siswa diwajibkan melunasi tanggungan spp. Jika tidak, ya resiko tidak bisa mengikuti ujian."

Suara guru perempuan terdengar menekan dan ketus. Beliau juga terlihat acuh, ketika berbicara dengan murid didiknya itu.

"Tapi bu.. saya belum ada uang buat ngelunasin spp" lirih Arkie.

"Memangnya itu urusan saya? kamu sekolah disini, ngerasain semua fasilitas nya, tapi gak mampu bayar. Ngapain sekolah disini kalo gitu."

"Lagian, kamu bukannya masih punya ayah? minta sana." lanjutnya.

Arkie terdiam. Jika menyangkut pautkan ayahnya, Arkie memilih untuk diam.

"Kamu udah nunggak hampir 1 semester Arkie." guru itu menunjukkan selembar catatan dan Arkie menerima nya.

Rentetan kolom kosong hampir terlihat dilembaran tersebut. Arkie menghela napas. Bagaimana cara dia mendapatkan uang sebanyak itu dalam jangka waktu satu bulan.

"Apa saya tidak dapat keringanan, Bu?" tanyanya dengan ragu.

"Ngelunjak ya kamu!" amarah guru itu sudah tidak terbendung lagi. Arkie tentu saja terkejut, dan tidak menyangka jika perkataannya membuat guru itu marah.

"Sudah saya bilang, ini peraturan sekolah. Sudah bertahun-tahun peraturan ini ditetapkan! baru kali ini ada yang semena-mena seperti kamu! Saya sudah cukup sabar loh, Arkie!"

"Jika kamu udah gak mampu bayar, minta surat pengunduran diri di-"

Pintu tiba-tiba terbuka dengan kencang.  Datanglah 3 siswa dengan pakaian yang tidak bisa dikatakan sebagai pelajar.

"Apa nih? kok gue denger gak mampu, gak mampu." ujar cowok laki-laki blonde, dengan penampilan baju tidak dikancingkan, menampilkan kaos hitamnya, tindik kecil di telinga kanannya. Dan paling jelas bekas luka di keningnya.

Arkie tau siapa cowok ini. Eksha Maliksya, anak pemilik SMK ini. Eksha maju selangkah mendekati meja guru, sejenak dia menatap Arkie, kemudian menatap guru perempuan yang terlihat kikuk.

"Ada apa ya, Bu?" tanya Eksha sambil menyilangkan tangannya.

"Anu, ini Arkie gak mau bayar uang spp padahal sudah nunggak."

Arkie terkejut mendengar penuturan guru itu.

"Bu, saya gak bilang saya gak mau bayar. Tapi, saya hanya minta keringanan." sanggahnya.

Rahang Arkie sedikit mengeras, tapi dia berusaha untuk menahan emosinya.

Dua teman Eksha, Degga dan Yossa
juga Eksha hanya menatap bingung kearah Arkie.

"Ya tapi kamu udah menunggak sebanyak ini. Gitu kok minta ikut ujian."

"Saya cuma minta keringanan, tapi ibu seakan-akan menyuruh saya keluar dari sekolah ini" suara Arkie sudah semakin meninggi.

"Tunggu-tunggu"

Eksha menahan dada Arkie yang sudah terlihat jelas bahwa emosi sudah mencapai puncak. Arkie menepis tangan Eksha, lalu keluar dari ruangan itu.

Eksha menatap kepergian Arkie. Entah, kenapa dia merasa ada yang meremat hatinya.

;+

Bell istirahat sudah menggema di penjuru sekolah. Berbondong-bondong siswa-siswi keluar dari kelas dengan berbagai tujuan. Lebih banyak yang langsung menuju kantin.

Tapi, tidak dengan Arkie. Dia memilih menenggelamkan wajahnya didalam hoodienya. Dan satu tangannya dia jadikan tumpuan kepalanya. Ricuh suara teman sekelas nya masih bisa dengar. Namun, dia memilih memejamkan matanya.

Baru saja matanya tertutup, ada yang menepuk pundaknya. Hoodie yang menutupi wajahnya, dia singkirkan lalu menoleh ke kanan untuk melihat siapa yang menepuk pundaknya.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lu"

Eksha, yang menepuk pundaknya. Raut wajah Eksha yang cukup tegas dan sorot mata tajam, tidak cukup membuat Arkie luluh.

Arkie kembali menutupi wajahnya dengan hoodienya.

"Gue lagi ngomong sama lu."

"Arkie!"

Dengan kesal, Eksha mengambil hoodie Arkie dan melemparkannya ke meja lain. Arkie menatap datar kearah mana hoodienya dilempar. Suasana kelas yang awalnya berisik seketika hening. Melihat dua sejoli yang tampak sedang memendam emosi.

"Gue mau ngomong serius sama lu." suara Eksha seakan menuntut.

Arkie membenarkan posisinya menjadi duduk tegak, dan menghela napas. Menatap datar kearah depan. Lalu dia berdiri berjalan keluar kelas, namun gerakan tubuhnya menyiratkan untuk Eksha mengikutinya.

Eksha yang paham, langsung mengikuti kemana perginya Arkie. Ternyata ke belakang sekolah yang sepi.

Langkah Arkie terhenti, kemudian dia bersandar di dinding yang catnya sudah luntur, sambil memasukan tangan kanan ke dalam saku celananya.

"Lu mau ngomong apa? Cepet." titahnya dengan tidak sabaran.

"Lu nunggak spp?" Eksha berkata dengan ragu.

Arkie melirik kearah pemuda bertindik itu, lalu mengangguk sekilas.

"Gue bisa bantu lu"

"Gak butuh bantuan lu." balasnya dengan cepat.

Entahlah Eksha sedikit tersulut emosinya mendengar jawaban sarkas Arkie.

"Niat gue baik buat bantuin lu, tapi ini respon yang lu kasih ke gue? Belagu." jawab Eksha tak kalah sarkas.

Arkie menghela napas, dan menunduk menatap kearah sepatu lusuhnya.

"Gue gak minta buat di bantu sama lu? jadi lu gak perlu bantuin gue." kata Arkie dengan nada datar.

Eksha menggeram kesal. Baru kali ini ada yang menolak bantuan, yang bahkan Eksha sendiri jarang membantu orang lain. Egonya hanya luluh saat mendengar semua penuturan guru perempuan tadi, tentang Arkie.

"Ya gue niat bantu lu dengan tulus, dan atas kemauan gue sendiri." Eksha masih menatap dengan raut yang terlihat kesal.

"Ya gue gak mau." final Arkie.

Tanpa pikir panjang, Eksha mengambil langkah besar lalu menonjok rahang Arkie dan membuat Arkie terhuyung ke samping.

"Songong lu anjing! Lu punya apa sampe lu gak mau nerima bantuan gue?"

"Spp aja kagak lu bayar tapi sikap lu seakan-akan lu yang punya dunia ini."


tbc... voment + follow

✎ nv -03/12/23

Enchanted ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang