❝ Happy Reading ❞
Datang dua kawannya, siapa lagi jika bukan Yossa dan Degga. Apalagi suara cempreng Yossa yang tentu membuat Eksha kaget dan refleks mendorong Arkie hingga Arkie hampir terjungkal.
"Eh gue ganggu lu berdua yang sedang melakukan adegan dewasa ya?" tuduh Yossa.
"Adegan dewasa apa sih! Mulut lu ngaco banget" sahut kesal Eksha sambil menatap Arkie yang sudah turun dari ranjang, menuju agak jauhan dari ranjang Eksha.
"Ngaku aja lah, gue tau" goda Yossa sambil duduk diranjang Eksha. Sedangkan Degga masih melirik kearah Arkie yang sedang memandangi Eksha.
"Yos keknya lu ganggu beneran deh" timpal Degga.
"Loh iya? waduh sorry ya Kie"
"TUH MULUT YA! ORANG GUE SAMA ARKIE GAK NGAPA-NGAPAIN! DITUDUH MULU AH!" pekik Eksha dengan kesal.
"Kalem elah, gue juga becanda doang"
Yossa menelisik beberapa goresan luka di tubuh Eksha dan tanpa rasa bersalah dipegangnya lutut Eksha yang masih basah karena obat merah. Hingga Eksha menjerit.
"AAAAASUU!"
Arkie yang kaget buru-buru mendekati Eksha. Di genggamnya tangan lembut itu untuk menyalurkan energi ketenangan.
"Lu goblok banget Yos!" maki Degga sambil menarik Yossa menjauh dari ranjang Eksha.
"Kan gue mau ngecek itu luka beneran atau boongan." polos Yossa.
"YA LU PIKIR AJA ANJING! GOBLOK BANGET SIH LU AH" marah Eksha.
"Shaa" Arkie memanggil Eksha dengan lembut sambil menggelengkan kepalanya pelan. Seolah-olah menyuruh Eksha untuk tidak mengucapkan kata-kata yang jelek lagi.
"Tapi Kie ini sakit banget, malah di pegang sama tuh babi!" rengek Eksha sambil menatap tajam ke Yossa yang sedang cengo.
"Iya udah gapapa" Arkie mengelus punggung tangan Eksha untuk membuat Eksha sedikit agak tenang. Meski dia tau, sesakit apa luka basah jika ke pegang.
"Awas lu Yoss, gue sembuh lu mati sama gue!"
"Ouuhh... Degga aku takut bangett" Yossa memeluk lengan kekar Degga dan berakting seperti layaknya bocah yang ketakutan. Hal tersebut justru membuat Eksha yang kesabarannya setipis tisu dibelah dua itu menjadi geram bukan main.
"LIAT AJA LU BAJINGAN!"
"Eksha Maliksya." panggil Arkie lagi sambil menyebutkan nama lengkapnya. Mendengarnya seketika Eksha langsung kicep. Lagi-lagi Arkie menggeleng dengan raut muka yang serius.
"Iya iya ngga... Jangan manggil pake nama lengkap napa sih!"
"Lu mah Yos bikin ribut aja! Dah ayo balik!" ucap Degga.
"Alah Gaa, gue mau disini aja!"
"Kehadiran lu malah bikin nih ruangan jadi sempit. Dah ayo balik!" Degga menarik lengan Yossa.
"Eh Sha lu balik ntar gimana? Bareng gue atau gimana?" tanya Degga sambil menahan lengan Yossa supaya tidak kembali ke dalam UKS.
"Bareng gue" bukan Eksha yang menjawab melainkan Arkie.
"Lu anterin?"
"Em" Arkie mengangguk. Degga mengacungkan jempol dan langsung pergi sambil menggeret Yossa layaknya sapi ternak.
Sekarang Eksha hanya cemberut seperti bocah. Entah kenapa hari ini emosinya gampang terpancing padahal tiap harinya mereka, Degga, Yossa, dan dirinya selalu bercanda seperti itu.
"Gue gak suka lu ngomong kasar banget kayak gitu" ujar Arkie sambil duduk disebelah Eksha lagi.
"Kesel!" singkat Eksha.
"Gini deh, kalo kesel coba maki tuh orang dengan kata-kata yang baik, supaya kata-kata itu balik ke diri lu sendiri"
"Ya gak bisa lah, yang namanya makian ya pake kata-kata jelek"
"Bisa, belum dicoba dulu"
"Kalo gak bisa?"
"Bisa Eksha Mal-"
Eksha buru-buru membukam mulut Arkie sebelum Arkie menyelesaikan menyebutkan nama lengkapnya. Dia merinding jika dipanggil pake nama lengkapnya.
"Shh.. oke oke gue bakal coba!" Eksha melepaskan bungkamannya dari mulut Arkie. Namun sebelum tangannya menjauh dari bibir Arkie.
Arkie lebih dulu membawa tangan itu kemudian dikecup punggung tangan Eksha dengan lembut. Tidak lupa dengan senyuman tipisnya.
"Gue sayang sama lu Sha.." lirihnya sambil membawa tangan Eksha ke pipinya.
Jangan tanya bagaimana kondisi Eksha setelah merasakan semua itu. Dag, dig, dug dijantungnya seperti di pompa dengan cepat. Dia memalingkan wajahnya, karena pipinya kembali 'demam'. Bahkan Arkie bisa melihat semburat memerah dari pipi hingga ke telinga Eksha, itu karena kulit putih Eksha jadi gampang terlihat.
Gemesin itu yang Arkie pikirkan ketika melihat sang kekasih yang sedang salah tingkah.
"Dah ah ayo balik!" Eksha melepaskan tangannya dari pipi Arkie. Jika tidak segera dilakukan, Arkie akan semakin menjadi-jadi.
"Gue ambilin tas lu dulu ya?" Tanya Arkie sambil berdiri.
"Gak perlu, gue bisa ngambil sendiri kok"
"Diem disini, tunggu gue 5 menit." titah Arkie, lalu keluar dari UKS.
Eksha menyunggingkan senyumnya ketika melihat betapa pedulinya Arkie dengannya. Meski hanya hal kecil seperti itu, Eksha sangat-sangat bersyukur ada Arkie disampingnya.
Setelah itu Arkie kembali ke UKS dan mereka kembali terlibat berdebat kecil karena Eksha tidak mau digendong, meski cuma gendong di punggung Arkie. Sedangkan Arkie kuekeh untuk menggendong Eksha sampai ke parkiran.
Sampai-sampai Arkie harus menggendong dengan paksa supaya Eksha tidak lagi berdebat dengannya. Sang empu juga akhirnya luluh dan pasrah saja jika tubuhnya digendong oleh sang pacar. Malu-malu tapi mau siapa lagi jika bukan Eksha Maliksya.
Akhirnya mereka berdua keluar dari sekolah, padahal memang belum waktunya. Itu karena Eksha, ya siapa yang berani membantah anak pemilik sekolah.
Namun tiba-tiba Arkie menghentikan motornya dan berbelok disebuah gang sempit. Eksha juga heran, soalnya ini bukan jalan ke area rumahnya atau bahkan ke kost Arkie.
"Kita mau kemana Kie?"
tbc... voment + follow
✎ nv -26/01/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted ✔️
Teen Fiction⚠️ BL "Gue miskin, Sha." -Arkie Wibowo. "Gue bisa ngasih lu apapun." -Eksha Maliksya. "Gue gak punya hal yang bisa dibanggain." -Arkie Wibowo. "Gue selalu bangga sama lu." Eksha Maliksya. Kisah anak pemilik sekolah yang selalu bergelimang harta dan...