❝ Happy Reading ❞
Arkie berteriak sambil memaki pengendara asing yang menarik Eksha barusan. Dia juga berlari menghampiri Eksha dan menarik lengan Eksha agar menjauh dari tepi jalan.
"Lu gak papa?" tanya Arkie dengan sedikit panik.
Eksha masih shock dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Lututnya lemas, hingga tubuhnya kembali ambruk. Arkie yang melihatnya, segera menangkap tubuh Eksha dan menuntunnya ke warkop sebelah Bank.
Sampai diwarkop Arkie mendudukkan Eksha dibangku kayu. Tubuh serta pikiran Eksha masih kalut hingga dia belum bisa merespon. Mengingat bagaimana ramainya kondisi jalanan tadi, jika Arkie tidak menariknya. Entah apa yang terjadi selanjutnya.
Arkie mengambil air mineral yang dipajang diatas meja lalu membukanya, kemudian dia keluar warkop untuk membasuh tangannya yang masih ada noda oli dengan air mineral tadi.
Arkie masuk ke warkop lagi dan melihat Eksha masih terdiam dengan tatapan mata yang menyiratkan keterkejutan. Dia duduk disebelah Eksha. Dan membuka air mineral yang baru dan menyodorkan kearah Eksha.
"Minum dulu"
Eksha masih diam. Untung nya warkop itu sepi.
"Sha?" Arkie menyenggol pelan bahu Eksha sambil menyodorkan minum lagi.
Eksha terlonjak kaget dan menantap minum yang diberikan Arkie. Dia menerimanya, dan menegaknya hingga tandas. Reflek menyodorkan botol kosong itu kearah Arkie, dan Arkie menerimanya.
"Dipesenin teh?" tawar Arkie dengan netranya mencari keberadaan pemilik warkop ini.
Eksha menggeleng pelan lalu dia menghembus napas. Perasaannya udah sedikit tenang. Namun tubuhnya masih sangat lemas.
Arkie terfokus lagi ke pemuda blonde yang menunduk disebelahnya ini.
"Ada yang luka?" tanya Arkie sambil menelisik tubuh Eksha, siapa tau ada cedera.
Lagi-lagi Eksha menggeleng pelan. Arkie tidak mau memaksa atau banyak omong untuk saat ini. Karena bagaimana pun dia tau kondisi Eksha seshock apa.
Akhirnya Arkie memutuskan untuk mengambil roti coklat dan memakannya. Sembari menunggu Eksha yang menetralisir keterkejutan nya.
Mungkin ada dua puluh menit mereka saling diam. Akhirnya Eksha sudah sepenuhnya tenang, dia menoleh ke Arkie yang juga terdiam sambil menatap depan.
"Kie" panggil nya pelan.
Arkie menoleh dengan cepat. Wajahnya yang terlihat kusam dan bercampur lelah dapat Eksha lihat, karena seharian ini berkutat di bengkel.
"Ayo balik ke bengkel, motornya lu tinggalin gitu aja tadi"
"Lu bisa berdiri?" Arkie berdiri, dan menghampiri pemilik warkop tersebut, lalu hendak membayar apa saja yang sudah dia ambil.
Namun Eksha tiba-tiba menarik seragam bengkel Arkie, membuat Arkie menoleh sambil menatapnya bingung.
"Gue aja yang bayar" Eksha berdiri dan merogoh sakunya. Saku kemejanya nihil, saku celananya juga nihil. Arkie terus meneliti pergerakan Eksha. Dia menyunggingkan senyum kecil.
"Berapa kang? Air putihnya dua sama roti coklatnya juga 2" ujar Arkie sambil mengeluarkan uang dari saku celananya.
"10 ribu ki"
"Makasih kang."
Arkie menyodorkan uang pas ke akangnya, dan menghampiri Eksha yang masih mencari uang disakunya. Seingat dia ada uang disakunya, tapi kenapa sekarang gak ada.
Arkie sendiri tidak mempermasalahkan uang itu meski dia tau Eksha kaya, dalam pikirnya Eksha gaada uang cash. Toh, tadi Eksha ingin ke Bank.
"Ayo balik" Arkie keluar dari warkop itu disusul Eksha. Lagi-lagi Arkie mencekal pergelangan Eksha dan melakukan hal yang sama seperti tadi, hingga mereka sampai di bengkel.
Cekalan Arkie terlepas saat melihat koh Afeng berdiri didepan bengkel sambil berkacak pinggang.
"Disuruh jagain bengkel bentar malah pergi gitu aja" Nada bicara koh Afeng terdengar marah.
"Maaf koh, saya ke warkop depan"
"Malah ke warkop, kan shift lu belum selesai ki. Terus nih bengkel lu biarin gitu aja. Ada uang dilaci, motor orang juga itu lu biarin gitu aja."
Koh Afeng menatap Arkie dengan tatapan marah seakan-akan Arkie selalu salah dimatanya. Sebelum Arkie menjawab, Eksha memotong ucapannya.
"Maaf koh, tadi Arkie saya ajak ke warkop. Keliatannya, Arkie laper kayak gak makan dari pagi" ujar Eksha sedikit dengan bumbu-bumbu sarkas dalam ucapannya.
Arkie sedikit terkejut saat mendengar penuturan yang keluar dari cowo bermata coklat itu.
"Seharusnya kamu bisa ngertiin posisinya Arkie, dia lagi kerja gabisa main tinggal gitu aja"
"Seharusnya sebagai pegawai juga ada hak istrahatnya koh, gimanapun dia manusia." Perdebatan ini terlihat semakin panas.
Entah Eksha sedikit tersulut emosinya, apalagi saat dia menyadari jika Arkie bekerja sendirian disaat pegawai yang lain sedang istirahat. Juga saat dia menanyainya, Arkie belum makan sama sekali di siang yang menjelang sore itu.
"Apa hak kamu ngatur istirahat pegawai saya?" tanya koh Afeng dengan nyolot.
"Setidaknya berperikemanusiaan lah"
Arkie yang melihat situasi, langsung menengahi mereka.
"Maaf koh, saya yang salah. Maaf banget koh" Arkie memohon dihadapan koh Afeng yang menatap marah kearah Eksha. Sedangkan Eksha hanya memutarkan bola matanya malas, apalagi saat mendengar suara memohon Arkie. Dia tidak suka melihat Arkie seperti diperbudakan seperti ini.
"Tutup nih bengkel" final koh Afeng kemudian beliau kembali ke tempat duduknya seperti awal.
Arkie menghela napas dan berbalik ke Eksha.
"Ini motornya gak bisa selesai hari ini. Besok bengkel juga tutup. Nanti bakal dihubungi kapan selesai nya" ujar Arkie.
Eksha mengangguk paham dan mengambil helmnya.
"Lu baliknya gimana?" tanya Arkie dengan ekspresi bingung.
"Gue telfon supir gue"
Arkie hanya memanggut-manggut lalu membereskan peralatan yang berserakan. Namun sebuah tepukan kecil dibahunya, membuat dia menghentikan aktivitasnya.
"Thanks Kie"
tbc... voment + follow
✎ nv -15/12/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted ✔️
Roman pour Adolescents⚠️ BL "Gue miskin, Sha." -Arkie Wibowo. "Gue bisa ngasih lu apapun." -Eksha Maliksya. "Gue gak punya hal yang bisa dibanggain." -Arkie Wibowo. "Gue selalu bangga sama lu." Eksha Maliksya. Kisah anak pemilik sekolah yang selalu bergelimang harta dan...