❝ Happy Reading ❞
Tanpa sadar mereka udah kekunci hingga pelajaran terakhir. Masih diposisi yang sama Eksha duduk dan Arkie yang sudah terlelap beberapa saat yang lalu.
Eksha memandangi wajah kekasihnya. Wajahnya memang tampan tapi jika dilihat dari dekat, pori- pori dan beberapa bekas jerawat terlihat. Namun hal itu tidak menutupi ketampanan seorang Arkie.
Damainya wajah serta deru napasnya yang menenangkan. Eksha semakin bertanya-tanya. Apa hal yang dilakukan Arkie hingga wajah kelelahan itu tertampak jelas saat Arkie tertidur sekarang. Begitu berat kah beban yang ditanggung nya.
Eksha mengambil salah satu tangan Arkie. Kuku yang panjang namun bersih, dan urat-urat yang bermunculan ditangannya menandakan jika Arkie sudah melakukan banyak pekerjaan berat. Belum lagi saat Eksha membalikkan tangannya hingga telapak tangannya terlihat jelas. Kasar, dan beberapa kulit mati menjadi penghias disana.
Saat tengah asik bergulat dengan isi pikirannya tiba-tiba tangan yang dia pegang sekarang menjadi genggaman. Hangat dan sedikit geli. Eksha menoleh ke arah Arkie. Itu anak masih memejamkan mata, tapi Eksha tau kalo sebenarnya Arkie udah bangun.
Eksha semakin terhuyung saat Arkie menarik tangannya. Hingga dia ikut tertidur disebelah Arkie.
"Gak capek duduk terus?" gumam Arkie.
"Nggak" Eksha pun ikut merebahkan diri sambil menatap langit-langit ruangan olahraga itu.
"Oh ya Kie, gue belum punya nomor lu. Bagi dong!" seru Eksha.
"Ambil sendiri nih di kantong"
Eksha mengernyitkan keningnya. Dan melirik saku celana olahraga Arkie.
Eksha menyikut lengan Arkie dengan kesal. Yang bener aja dia disuruh ambil hpnya dikantongnya. Kalo kena si itu kan bahaya banget. Lagian Arkie ada-ada aja sih.
"Mending gue gak minta aja lah!" kesal Eksha.
Arkie membuka matanya dan tersenyum gemas. Akhirnya dia memberikan ponselnya kearah Eksha.
"Iya iyaa nih"
Eksha mengambil hpnya. Menyalakannya. Ternyata Arkie memang suka otomotif, yaa jelas. Bahkan lockscreen nya sendiri motor. Mungkin juga ini motor impian Arkie. Saat jari Eksha mengeswipe up keatas. Ternyata tidak dikunci.
"Kie lain kali pakein password. Biar orang-orang gak pake hp lu" ujar Eksha.
"Pakein aja, pake tanggal jadian kita"
Eksha tersentak hampir aja itu hp jatuh kena hidung mancung nya. Waduh gak kira-kira dah sakitnya. Dia melirik oknum yang memasang muka lempeng adem ayem khasnya. Eksha udah panik gak karuan, eh si Arkie nya kayak gaada beban gini. Serius dah, wajah Arkie tuh kayak gaada ekspresi selain senyum, ketawa, sisanya ya datar aja gitu. Tapi gak dingin, meski dari struktur mukanya. wajah Arkie bisa dibilang tegas dan sorot mata yang dingin.
Well, Eksha sekarang gak ngerasain itu disisi Arkie. Biarin lah, Eksha melanjutkan membuka kontak telepon dihp Arkie..
Matanya membulat, ketika netranya melihat siapa aja yang ada dikontaknya. Serius nih Arkie?
Dikontak Arkie cuma ada 5 orang. Yang jelas ada koh Afeng, bang Arya, bang Fiki, terus Fenny sama satu lagi namanya Bu Dinara. Eksha mengeryit heran.
"Kie serius kontak di hp lu cuma segini?" tanya Eksha sambil memperlihatkan betapa kosongnya kontak telepon Arkie.
"Iya"
"Anjirlah yang bener lu"
"Beneran Eksha, itu cuma orang-orang yang gue kenal. Fenny itu ketua kelas, bu Dinara itu kenalan di tempat kerja" jelas Arkie sambil melirik ponselmya yang dipegang pacarnya.
"Lu kerja dimana lagi?" sontak Eksha lanjut menyodorkan pertanyaan.
"Ada pokoknya, lu gak perlu tau juga"
"Gue pacar lu Kie! udah seharusnya gue tau!"
Mendengar nada yang keluar dari pacarnya yang sedikit menuntut. Akhirnya Arkie menceritakan itu, namun Arkie tidak memberi tau dimana dia bekerja sekarang.
"Pantesan itu tangannya kasar.. besok gue bawain lotion milik kakak gue biar alusan dikit" tukas Eksha.
"Haha gak perlu Sha.. biarin kasar namanya aja kerja"
"Lu gak suka ya tangan gue kasar?" tambah Arkie yang sontak membuat Eksha menghentikan mencatat nomornya.
"Bukan gitu..."
"Lu gak suka ya digenggam tangan kasar" lirih Arkie.
Eksha meletakkan ponsel Arkie didadanya. Eksha ngerasa bersalah udah berkata seperti itu.
Eksha membawa tangan besar itu untuk dia genggam. Kasar sih namun hangat, Eksha menyukainya.
"Jangan dibawa serius omongan gue, lagian gue suka kok tangan lu, hangat gitu"
Senyum Arkie merekah, padahal dia cuma ingin melihat reaksi Eksha seperti apa. Justru dia dapet hoki kayak gini. Digenggam erat tangan kiri Eksha dan membawanya ke dadanya.
"Gue juga gak baperan sekalipun lu ngomong kayak gitu Eksha.."
Eksha geram karena ternyata itu tipu daya Arkie. Dia memukul pelan dada Eksha. Nah Arkie malah tertawa. Gimana Eksha gak makin kesel coba. Dia pun akhirnya bangun dan duduk.
Netranya melirik jendela kayu. Langit mulai menguning, senja. Udah sore dong. Kok bell pulang kagak bunyi sih. Diliriknya ponsel Arkie. Damn, udah jam 4 kurang.
"Kie telfon ketua kelas lu dong minta bukain nih pintu, lagian siapa sih yang usil pake dikunci segala" gerutu Eksha.
Arkie ikutan duduk sambil beberapa kali meregangkan tubuhnya. Benar juga, kondisi ruangan itu juga semakin menggelap.
"Kayaknya Fenny udah pulang deh" mendengar jawaban Arkie, semakin lah merengut wajah Eksha.
"Gue gak mau disini dah! Loncat lewat jendela aja yuk!"
Eksha berdiri dan mendekati jendela. Namun Arkie menarik tangannya lebih dulu.
"Jangan Sha, kita dilantai dua kalo lu lupa."
"Ya tapi gue gak mau disini! Gue mau pulang!!" rengek Eksha.
Arkie merogoh kantong nya celananya. Dan memberikan Eksha sebuah kunci. Senyuman lebar bak tanpa dosa merekah di wajah Arkie.
"WAH BANGKE! KENAPA GAK BILANG KALO LU ADA KUNCINYA!"
tbc... voment + follow
✎ nv -29/12/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted ✔️
Teen Fiction⚠️ BL "Gue miskin, Sha." -Arkie Wibowo. "Gue bisa ngasih lu apapun." -Eksha Maliksya. "Gue gak punya hal yang bisa dibanggain." -Arkie Wibowo. "Gue selalu bangga sama lu." Eksha Maliksya. Kisah anak pemilik sekolah yang selalu bergelimang harta dan...