22. Hujan

29.7K 2.4K 52
                                    

Happy Reading

"Sini aja, nanti aja beli minumnya" Ujar Eksha pelan. Arkie yang udah kepalang panik. Akhirnya menghembuskan napasnya lega. Pikirnya Eksha gak betah atau kerena emang ini bukan tempat yang Eksha mau.

"Gue kira kenapa Sha.."

Tangan besar itu mengusap lembut kepala Eksha. Cowok blonde itu tersipu malu. Dia memalingkan wajah melihat kearah warung yang sepi. Malu, dan Eksha gak menyangka jika sifat manjanya yang ada dirumah kebawa kesini.

"Iya.. iya gue disini"

Arkie merangkul bahu Eksha. Menoleh kesamping untuk melihat wajah putih bersih milik Eksha. Padahal Eksha ini sering banget berantem dan kena ke hampir seluruh wajahnya. Tapi sepertinya pemulihannya jauh lebih cepat. Sehingga kulit wajah Eksha tidak menimbulkan bekas yang lama, kecuali dikeningnya.

"Apasih ngeliatin gue kayak gitu! Serem tau gak?"

"Kalo diliat dari deket lu manis juga Sha"

"Lu kata gue gula, pake manis segala"

"Lebih dari gula sih.."

"Apa yang lebih manis dari gula?"

"Elu."

Eksha menyikut perut Arkie. Jangan kira Eksha gak salting brutal. Dia nahan  supaya gak terlihat salting. Sedangkan Arkie malah tertawa pelan.

"Lu belajar dari mana sih kayak begituan?"

"Hm? Gue gak belajar"

"Lah terus?"

"Gue ngomong sesuai sama kenyataannya."

"..."

Gak tau dah kondisi jantung nya Eksha gimana. Belum lagi perutnya rasanya aneh, kayak ada yang terbang gitu.

"Mau main air aja!" Eksha berdiri dan melihat curug didepan nya, pasti airnya dingin. Dilihat juga jernih banget. Cuman yang jadi herannya, kenapa kok sepi.

"Bisa turunnya?"

Eksha melihat ke bawah, gak begitu tinggi sih, tapi kalo dia loncat pasti kakinya sakit. Akhirnya dia cuma bisa jawab dengan gelengan.

"Yaudah bentar, biar gue turun dulu"

Arkie turun dengan cara meloncat. Eksha meringis, melihat cara Arkie yang tanpa aba-aba langsung meloncat begitu saja. Dari bawah terlihat juga Arkie merentangkan tangannya. Seolah-olah menyuruh Eksha loncat juga.

"Loncat aja nanti gue tangkep"

"Gak ah, gak mau ntar jatuh"

"Nggak.. kan gue tangkep ini."

"Gak ada cara lain apa?"

"Nggak ada. Buruan."

Mau tidak mau dan dengan sedikit keberanian akhirnya Eksha memilih untuk meloncat. Dengan sigap Arkie dibawah langsung menangkap tubuh cowo bermata coklat tersebut.

"Kan gue bilang gak bakalan jatuh"

Arkie menurunkan tubuh yang sedikit lebih kecil darinya ke tanah. Eksha cuma bisa nahan salting. Malu sama umur juga masa loncat begitu aja kagak berani.

"Diem ah!" kesal Eksha.

"Ini kalo mau simpen sepatu dimana? adakah penitipan barang?"

Arkie menoyor pelan kening Eksha. Ini curug bukan mall, mana ada penitipan kayak gitu.

"Apa dah main noyor aja!" Meski gak sakit cuma yaa Eksha sebel aja.

"Lagian udah tau ini itu curug, gaada penitipan. Sini dah" ajak Arkie ke salah satu pondok bambu atau saung. Tanpa mereka sadari, hanya tinggal mereka berdua dicurug itu.

"Taruh disini aja, aman kok" Arkie melepas sepatunya dan disusul Eksha.

Mereka berdua pun bermain air sambil ketawa-ketawa. Pokoknya mereka bahagia banget. Terutama Eksha, karena ini sesuatu yang baru baginya. Gak mahal sih tapi cara Arkie yang terlihat sederhana begitu berarti sekali baginya.

Sampe langit sedikit menggelap karena tertutupi awan hitam barulah mereka naik. Baju Eksha setengahnya basah, karena Arkie tidak sengaja mencipratkan air ke arahnya.

"Pake nih" Arkie menyodorkan hoodienya kearah Eksha.

"Ngapain? udah pake aja!"

Saat hendak memakai helmnya. Arkie tiba-tiba memakainya hoodienya ke tubuh. Sedikit kebesaran tapi gapapa daripada Eksha harus kedinginan. Biar dia saja kedinginan.

"Terus lu pake apa Kie?"

"Kalo lu peluk dari belakang, pasti lebih hangat daripada gue pake hoodie"

"Ye itu mah modus lu aja!"

Emang mulut Eksha berkata seakan-akan dia tidak akan melakukannya. Tapi lihat sekarang, Eksha begitu nyaman melingkarkan tangannya diperut Arkie.

Namun kenyamanan itu hanya sesaat dan berganti dengan kepanikan. Saat melewati ruko-ruko, hujan lebat mengguyur mereka berdua. Sehingga mau tidak mau keduanya menepi untuk berteduh didepan salah satu ruko yang tutup.

"Basah ngga Sha?" tanya Arkie sambil mengusap mukanya.

"Dikit sih, lu tuh liat basah semua"

"Gue gapapa. Yang penting lu gak basah"

"Nih pake aja hoodie lu, liat dah itu kaos lu basah banget Kie" Eksha hendak melepaskan hoodienya, tapi Arkie lebih dulu menahannya.

"Udah pake aja." titah Arkie penuh penekanan. Ya Eksha cuma bisa pasrah aja.

Mereka kembali diam. Hanya suara gemericik air hujan yang terdengar. Arkie menggosok-gosok tangannya untuk menghalau rasa dingin yang mulai menjalarinya.

"Mau pentol nggak?"

Eksha menoleh, matanya melihat kearah bibir Arkie yang mulai bergetar. Dia jadi gak tega kalo kayak gini.

"Hah mana ada yang jualan pentol hujan-hujan gini"

"Ada, mau nggak?"

"Ya dimana?"

"Ada pokoknya, maukan? tunggu sini"

"Loh ARKIE!!"

Belum sempet Eksha menahan tangan Arkie. Sang empu malah berlari ditengah hujan, ke seberang jalan. Dan disitulah baru Eksha sadar, ada yang jualan pentol. Keknya itu bapak-bapak tua yang pake gerobak tapi ada payung warna warninya.

Gak lama Arkie kembali dengan keadaan basah kuyup lagi. Padahal tadi Eksha sadar kalo baju Arkie mulai kering. Tapi sekarang demi membelikan Eksha pentol yang bahkan Eksha gak minta, Arkie rela kehujanan lagi.

"Lu suka pentol kan?" tanya Arkie dengan kondisi rambut yang basah. Namun dipandangan Eksha ketampanan Arkie semakin kuat.

"Umm pentol itu bakso kan?"

"Iya cuma ini gak pake kuah, suka kan?"

Eksha mengangguk. Arkie melihatnya tersenyum. Dan menusukkan satu pentol dengan tusukan bambu. Dia meniupnya beberapa kali lalu menyodorkan kearah Eksha.

"Hati-hati panas, baru diangkat soalnya"

"..."

tbc... voment + follow

✎ nv -02/01/24

Enchanted ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang