❝ Happy Reading ❞
Karena rengekan Yossa yang mengeluh mual, dan teman-temannya yang lain sibuk main uno. Disinilah sekarang Eksha, kamar mandi. Lebih tepatnya didepan kamar mandi di Bar tersebut. Dia bersandar di dinding pintu sambil menyilangkan tangannya.
"Lama banget, bangun candi lu disana?" karena bosan Eksha mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi.
Yossa masih acuh dan melanjutkan kegiatannya. Sampai dia merasa perutnya agak lumayan.
Saat Eksha termenung, tiba-tiba datang dua sejoli yang bercumbu mesra. Eksha refleks menjauh dari dua orang yang menurutnya aneh. Tapi manik coklatnya menangkap sesuatu, matanya melebar.
Mereka, Davka pemimpin geng Geonark. Matanya semakin melotot saat menyadari wanita yang Davka cium adalah Leena. Leena merupakan sepupu Eksha, namun berbeda sekolah. Ya betul, Leena satu sekolah dengan Davka.
Dengan langkah besar dia menghampiri dua sejoli yang semakin ganas ciumannya. Dengan kasar Eksha menarik lengan Lenna menjauh dari Davka.
Tentu mereka berdua shock. Leena melihat wajah sepupunya, semakinlah dia kaget. Kok bisa Eksha ada disini, pikirnya.
"Ek..Sha?"
"Lu apa-apaan sih Len?!" ujar Eksha dengan amarah yang menggebu-gebu.
"Lu gak tau siapa dia?" timpal Eksha sambil menunjuk Davka dengan tangan kirinya.
"Gak usah tunjuk-tunjuk!" Davka pun merasa terbakar emosinya saat dirinya ditunjuk sama Eksha. Davka menepis tangan Eksha.
"Lu boleh berurusan sama gue, tapi jangan melibatkan keluarga gue!"
"Lu pengecut tau gak lu? Gue bahkan gak pernah ngusik keluarga lu! Benci ya benci, tapi gue masih punya hati dan gue tau kemana gue harus balas dendam!" tukas Eksha dengan nada tinggi.
Davka menyunggingkan seringai mengejek. Wajah Davka blesteran dengan rahang yang mengeras seperti menantang lawan didepannya.
"Lu tanya aja sama tuh cewe"
Eksha menoleh ke arah Leena. Leena yang ditatap seperti itu hanya gelapan, takut untuk mengucapkan sepatah kata. Eksha memegangi bahu kecil yang lebih pendek darinya. Pegangan yang cukup kuat.
"Lu sadar gak sih Len? Lu nyadar gak?! 'bajingan' ini siapa?" ujar Eksha sambil menatap tajam membuat sepupunya menunduk takut.
"Lu punya hubungan apa sama dia?"
Leena awalnya tidak bisa menjawab namun karena cengkraman dibahunya semakin kuat. Akhirnya Leena hanya bisa pasrah untuk jujur kepada Eksha.
"Dia cowo gue" jelas singkat Leena.
"BANGSAT!" Eksha melepaskan cengkraman di bahu sepupunya. Dan langsung melayangkan bogeman yang keras ke pipi Davka. Leena shock langsung menghampiri sang kekasih yang setengah terhuyung itu.
"Len minggir." titah Eksha dengan nada dingin.
Leena tidak mendengar ucapan sepupunya, terlihat jelas ekspresi khawatir. Lagi-lagi Eksha menarik lengan Leena dengan kasar dibawanya tubuh Leena ke belakang tubuhnya.
Setelahnya, dia langsung menendang betis Davka."DAVKA!! EKSHA BERHENTI SHAAA" teriak histeris Leena.
Terjadilah baku hantam di depan toilet. Eksha tidak mau kalah, dia menghujami pukulan terus-terusan kearah Davka, begitu sebaliknya Davka dengan terampil menghindari serangan Eksha.
Padahal wajah mereka sudah sama-sama saling babak belur. Namun pertikaian itu belum ada tanda-tanda akan berhenti. Leena menyaksikan dua orang yang dia kenal saling bertengkar, hanya bisa menangis sesegukan.
"Sorry Sha lama ketiduran gue" Suara pintu terbuka menampilkan Yossa yang sambil membenarkan bajunya. Saat netranya menghadap depan. Yossa terlonjak kaget..
"WOI ANJING-ANJING" Yossa langsung memisahkan dua macan yang sedang mengamuk.
"KALEM JANCUK!!" bukannya terpisah Yossa dibuat kewalahan karena dua insan semakin gentar saling memukul.
"TOOOOLLLOOOONGGGG!!" teriak Yossa dengan suara cempreng nya, membuat Eksha dan Davka meringis sambil memisahkan diri. Telinga keduanya berdenyit karena teriakan Yossa.
"Ehem" Yossa kembali menetralkan suaranya, dan menatap teman serta lawan nya yang sudah acak-acakan.
"Udah? mau gue teriakin lagi?" tukas Yossa layaknya emak memarahi anak-anaknya. Davka hanya memegangi rahangnya sambil pergi dari sana. Leena hendak menyusul namun Eksha lebih dulu mencekalnya.
"Yos anterin Leena pulang." Eksha juga pergi dari toilet dan menghampiri mejanya untuk mengambil kunci motor. Karena keadaan bar yang remang dengan lampu berkelap-kelip, kawan-kawanya yang tengah asik bergurai tidak menyadari betapa kacaunya muka Eksha sekarang.
"Gue pulang dulu" ujar Eksha kepada kawan-kawannya. Dan mereka hanya mengangguk. Gak kaget kalo Eksha pulang lebih dulu. Ya karena Eksha mentaati perintah mamahnya untuk pulang tidak lebih dari jam 1 malam.
:+
Eksha memberhentikan motor besarnya didepan minimarket. Wajahnya sangat sakit saat dia mencopot helmnya yang menempel di kepalanya. Eksha menatap kaca spion. Luka lebam tersebar di berbagai titik di mukanya. Dan darah kering disudut bibirnya. Menyakitkan itu yang dirasakan sekarang.
Dia melirik kawasan sekitar. Masih cukup ramai. Eksha membuka ponselnya untuk mengecek jam. Pukul setengah 12 malam.
Dia turun dari motor dan masuk kedalam minimarket untuk membeli air dan plester.
Setelahnya selesai dia keluar dia jongkok disebelah motornya dan membasuh mukanya sambil sesekali meringis saat air dingin mengguyur mukanya.
"Bangsat sakit banget sih!" desisnya sambil terus menggosok pelan mukanya agar darah-darah yang menempel disana menghilang.
Suara kayuhan sepeda terdengar mendekat. Dan berdenyit saat rem ditekan. Eksha awalnya acuh dan terus membasuhi mukanya dengan air tadi.
Hingga tepukan pelan di kepalanya membuat dia harus mendongak.
Arkie?!
Reflek Eksha berdiri dengan menatap sosok laki-laki yang sedikit lebih tinggi darinya. Arkie memasang muka datar sambil menelisik muka Eksha yang penuh dengan legam.
"Duduk" Arkie menunjuk kursi panjang yang ada di sebelah minimarket tersebut.
"Hah?"
"Duduk gue bilang."
tbc... voment + follow
✎ nv -23/12/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted ✔️
Dla nastolatków⚠️ BL "Gue miskin, Sha." -Arkie Wibowo. "Gue bisa ngasih lu apapun." -Eksha Maliksya. "Gue gak punya hal yang bisa dibanggain." -Arkie Wibowo. "Gue selalu bangga sama lu." Eksha Maliksya. Kisah anak pemilik sekolah yang selalu bergelimang harta dan...