11. Dua Sisi Berbeda

32.4K 2.5K 31
                                    

❝ Happy Reading ❞

Well, kali ini Eksha bener-bener malu. Bayangin aja kepergok pura-pura tidur. Awkward banget suasana di UKS saat ini. Eksha berdehem untuk menetralkan jantung nya berdegup ga karuan.

"Kalo lu kesini cuma buat nganterin minum, kan bisa langsung pergi? ngapain juga diem disini" sahut Eksha tidak berani melihat Arkie.

"Suka-suka gue"

"Aneh lu." Eksha melirik Arkie yang masih diposisi yang sama. Pipinya kembali memanas, kayaknya dia nanti akan bilang ke mamanya supaya dipanggilkan dokter pribadinya, ga beres sama pipinya. Makin panas dia rasa.

Tangan Arkie terulur untuk mengusak-usak rambut blonde milik Eksha. Sehingga lagi-lagi Eksha menahan nafasnya sambil terpaku diam.

Tanpa sepatah kata, setelah puas mengusak-usak rambut Eksha. Arkie pergi begitu saja meninggalkannya.

Eksha berkedip-kedip lucu kayak bocah yang kebingungan. Sepersekian detik dia langsung tersadar. Dan langsung menyembunyikan wajahnya dibalik bantal UKS yang keras.

"Arkie kenapa sih anjir!" makinya.

:+

Disini Arkie sekarang. Rumah makan 'Seribu Rasa'. Kedatangannya bukan untuk makan, melainkan untuk melamar pekerjaan paruh waktu. Padahal Arkie sudah kerja di bengkel. Tentu tidak akan cukup untuk menghidupi nya. Apalagi gaji dibengkel akan keluar setiap tanggal 4. Sekarang sudah tanggal 17.

Uang hasil kerja dibengkel sudah hampir semua dia keluarkan untuk membayar ini itu. Itu juga masih kurang. Tanggungan Spp masih perlu dia bayar.

Arkie melangkahkan kakinya menuju bagian kasir. Restoran ini sangat besar dan buka 24 jam. Tak heran jika pukul 8 malam masih banyak pelanggan yang memenuhi meja-meja disana.

"Mbak, mau ketemu sama managernya ada?" ujar Arkie dengan nada sopan.

Mbak kasir tadi langsung menuju bagian belakang untuk memanggil seseorang.

Tidak perlu waktu lama datang wanita dengan dress warna biru yang terkesan sederhana, namun terlihat elegan. Wanita itu mendekati Arkie dengan senyuman yang bersahabat.

"Kamu Arkie?" Dengan sopan Arkie menjabat tangan lembut wanita itu. Saat melihat mata wanita itu, rasanya dia tidak asing dengan rupa atau manik mata wanita tersebut.

"Saya Arkie bu, yang beberapa hari lalu menghubungi ibu soal lamaran pekerjaan" Arkie tersenyum sopan.

"Haha jangan panggil ibu, saya masih 23 tahun, panggil aja kak biar gak canggung" ujarnya dengan senyuman manis.

"Oh ya saya Eisya, kamu boleh kerja langsung hari ini atau besok"

"Saya mau langsung kerja hari ini aja k-kak" ujar Arkie dengan kikuk.

Eisya hanya tersenyum sambil menepuk-nepuk punggung Arkie.

"Santai aja saya gak galak kok, ayo ke bagian belakang" ajak Eisya sambil berjalan menuju bagian belakang Restoran.

Arkie mengikuti sosok wanita didepan nya. Beberapa hari yang lalu dia tidak sengaja lewat didepan restoran ini. Ada brosur yang tersebar depan restoran, yaitu lowongan pekerjaan menjadi buruh cuci piring. Awalnya Arkie belum ada minat, apalagi jadi buruh cuci piring pasti gajinya kecil. Munafik jika Arkie tidak menginginkan gaji yang lebih.

Namun, sepercik ingatan membuatnya tergerak, beberapa hari nanti dia akan melaksanakan ujian. Dan akhirnya dia harus mengambil pekerjaan ini, daripada tidak menghasilkan apapun.

Sampai di bagian belakang, ternyata cukup sepi, hanya dua orang yang tengah sibuk mencuci piring.

"Nah ini Arkie tempat kerja kamu. Kamu kerja cuma 5 jam aja. Saya juga tau kamu masih sekolah kan?" tanya Eisya sambil mengamati karyawan yang sedang bekerja.

"Iya kak saya masih sekolah"

"Kelas berapa sekarang?"

"11"

"Sama kayak adek saya kalo gitu" Arkie menganggapi dengan anggukan kecil.

"Oh ya kamu kesini mulai jam 7 aja yaa, gapapa kan?"

"Gapapa kak"

"Syukurlah, beberapa hari ini emang lagi rame banget restoran nya. Jadi piring-piring kotor makin menggunung. Disini yang kerja jadi tukang cuci piring ada banyak tapi mereka di shift. Jadi kita perlu merekrut lagi biar gak keteteran." jelas Eisya, Arkie mengangguk paham dengan penuturan wanita dihadapannya.

"Soal gaji.. saya akan kasih dalam 5 hari sekali, gimana?" tawar Eisya.

Arkie terdiam sejenak, ujian akan dimulai tanggal 23. Sepertinya cukup untuk melunasi tanggung spp. Arkie mengangguk.

"Baik kak"

"Well, kamu bisa kerja sekarang. Hanya cuci piring gak perlu trainee kan?" ujar Eisya diakhir kekehan kecil.

"Nggak kak, saya bisa ngerjainnya" jawab Arkie sambil menggulung lengan kemeja yang warnanya sudah memudar.

"Oke good job Arkie, saya tinggal dulu" Eisya sudah beranjak dari kawasan cuci piring.

Arkie menghembuskan napas. Ini awal baru baginya, jadi apapun hasilnya. Dia akan selalu bersyukur. Seperti biasa, Arkie akan bekerja dengan mengikuti prinsipnya, yaitu kerja cepat dan tanpa bicara.

:+

Disisi lain, gemerlap cahaya kelap-kelip menyapa penglihatan. Suara dentuman musik bergenre EDM terdengar di seluruh ruangan itu. Disalah satu sofa bulat yang melingkar serta meja kopi ditengah-tengahnya, berjejer gelas-gelas mahal.

"Dah lama kita gak kumpul kayak gini, ya gak bro?" sahut antusias dari cowo berambut kribo, Asel.

"Perasaan baru dua minggu lalu kita kumpul dah" sahut cowo lain di sebrang Asel, dia Marda. Jawaban dari Marda membuat Asel berdecak kesal, namun beberapa kawannya malah tertawa melihat reaksi Asel.

Eksha juga ada, namun dia hanya diam sambil sesekali menyesap apple cider yang dia pesan. Meski dia hanya diam, dalam pikirannya tersusun strategi serta  rencana untuk membalaskan dendam kepada Geonark.

"Diem-diem baek, kecepirit lu?" senggol Marsel, atau dia ini kembarannya Marda.

"Coba lu cium pantatnya" tambah Asel sambil cekikikan.

"Lu yang kecepirit anjing!" maki Eksha mengundang gelak tawa dari rekan-rekannya.

"Sha gue mual" ujar Yossa sambil memegangi perutnya.

"Hamil lu?" celetuk Eksha yang langsung mendapatkan hadiah tinjuan dari Yossa.

"YA LU PIKIR AJA BABI?!"

tbc... voment + follow

✎ nv -22/12/23

Enchanted ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang