15. Kekunci Berdua

36K 2.7K 41
                                    

Happy Reading


Sorot mata Arkie langsung tertuju ke cowo berambut blonde yang sedang duduk manis. Keningnya langsung mengerut bingung. Bu Mega juga langsung masuk kedalam ruang komite. Meninggalkan Arkie yang diliputi kebingungan.

Eksha merutuki dirinya. Wajahnya mengalihkan kearah lain tidak mau menatap Arkie.

Arkie duduk disebelah Eksha. Sambil memandanginya dengan tatapan penuh kebingungan. 

"Bisa jelasin gak?" ujar Arkie dengan nada rendah, seketika Eksha merinding.
Eksha yang gelagapan. Dia langsung berdiri.

"Aduh gue baru inget, gue kan mau ke Sarinah. Wkwk duluan ya Kie!"

Sebelum Eksha hendak melangkahkan kakinya. Dengan sigap Arkie langsung mencekal dan menggeret Eksha menjauh dari kawasan sana.

Dengan langkah yang besar Arkie berhasil sampai ditempat dimana waktu itu Eksha menonjoknya.

Jangan tanya bagaimana perasaan Eksha. Rasanya kayak lagi di indomaret tapi ada tukang parkir nya. Alias dia pengen banget kabur.

"Eksha."

Please jangan panggil nama gue kayak gitu anjir, serem banget -Eksha.

"Bisa jelasin gak apa yang dimaksud bu Mega tadi?" suara rendah Arkie membuat Eksha merinding lagi.

Eksha menunduk melihat sepatunya. Jujur banget dia gak bisa mengatakan apapun. Lidahnya seakan kelu. Jantungnya juga berdegup kencang. Sumpah baru kali dia merasa ketakutan yang beneran takut sama orang. Ya orangnya adalah Arkie.

"Sha?"

"Um... Kie tapi lu jangan marah.." Arkie mendekati Eksha. Wajahnya sudah sangat penasaran.

"Ya apa dulu?"

"Gue yang bayarin semua spp lu, bahkan sampe nanti kelas 12" lirih Eksha dengan masih menundukkan kepala.

Arkie membelalakan matanya. Dia tidak salah dengar kan. Entah ya, Arkie sedikit emosi. Karena sejak awal dia memang tidak ingin siapapun mencampuri masalahnya. Bukan bermaksud apa-apa, karena dia tidak ingin dia dianggap lemah. Selagi dia bisa mengatasi nya, dia akan terus berjuang.

"Gue kan sedari awal udah bilang sama lu Sha. Gue bisa, dan lu gak perlu bayarin." nada Arkie udah terdengar beda, seakan menahan emosinya.

"Tapi gue mau Kie, gue mau bantuin elu. Gue gak perduli lu bisa atau lu gak bisa!"

"Lu bantuin gue karena lu kasihan kan sama gue?" ujar Arkie membuat Eksha menggeleng kan kepalanya.

"Sumpah demi apapun Kie, gue niat bantuin lu karena emang itu atas dasar kemauan gue. Bahkan papa sama mama gue udah setuju." elak Eksha sambil menatap Arkie.

"Bahkan lu sampe bilang ke ortu lu. Terus mereka merasa simpati ke gue gitu?" Arkie terkekeh bukan karena lucu. Tapi karena seakan dirinya merasa terbawah dari yang terbawah.

Eksha sendiri tidak mengerti jalan pikir Arkie. Apa salah jika dia hanya ingin membantu. Kenapa juga Arkie tidak ingin dibantu.

"Kie, gue sama ortu gue tulus ngebantuin elu. Bukan karena kasihan. Gue bahkan udah bilang kalo lu itu kerja dan lu bisa ngehasilin uang sendiri. Mereka cuma ingin lu bisa fokus sekolah dan tanpa memikirkan gimana bayar spp selanjutnya. Apa itu salah?" tanya Eksha.

"Salah, karena gue bisa bayar sendiri." final Arkie sambil menatap cowok yang selama ini bikin dia senyum.

"Yaudah mulai sekarang lu gak perlu bayar sendiri. Selesai kan?"

Arkie mengusap wajahnya frustasi. Sejujurnya perasaannya juga bingung. Karena dia kerja untuk dia bertahan. Jika dia dibantu seperti itu, dia hanya takut akan selalu bergantung ke Eksha.

"Gue bakal tetep bayar, gue akan bayar itu semua. Anggap aja gue utang ke lu." final Arkie sambil berjalan pergi dari halaman belakang sana.

Eksha yang menatap kepergian Arkie, hatinya seperti tergerus. Sedih gitu aja. Arkie belum bisa nerima bantuannya. Malah kepengen dibalikin semua uangnya. Segitu tidak maunya kah Arkie menerima bantuannya.

:+

Semenjak kejadian itu Arkie seakan menghindari Eksha. Beberapa kali Eksha berusaha menyapa Arkie. Namun Arkie hanya mengelos pergi.

Eksha jadi galau sekarang. Dia cuma mengaduk-aduk mie bihun yang di pesan sejak tadi. Hingga mie tersebut mulai mendingin.

Dua sekawan nya yang melihat penampilan Eksha yang beda dari biasanya pun ikut terheran-heran.

"Makan sha. Diaduk mulu emangnya semen." celetuk Yossa.

"Bacot ah"

Yossa dan Degga saling bertatapan. Kayaknya emang Eksha lagi mode on. Moodnya lagi dibawah banget. Ibarat kata, senggol dia kena bacok.

"Lu kenapa sih, murung aja" ini Degga yang berkata.

"Gapapa" ujar Eksha sekenanya.

"Siniin dah kalo gak mau di makan"

Yossa mengambil mangkok bihun itu. Biasanya Eksha langsung ngamuk kalo makanannya diminta Yossa. Yang bikin kaget lagi Eksha dengan lesu beranjak dari kursi kantin itu. Berjalan dengan seperti mayat hidup.

Lagi-lagi Yossa maupun Degga hanya bisa saling menatap. Eksha belum cerita apapun jadi mereka berdua kebingungan dengan tingkah aneh Eksha itu.

:+

Eksha berjalan tanpa arah. Namun langkah nya malah ke ruang olahraga. Niatnya dia kepengen main basket. Ya supaya dia gak ngerasa galau gak jelas begini.

Saat membuka knop nya, syukurlah gak dikunci. Akhirnya dia masuk ke ruangan yang sedikit gelap dan berdebu. Netranya melihat sekeliling untuk menemukan bola yang dia cari.

Namun tiba-tiba dari arah pintu terdengar suara seperti dobrakan. Refleks Eksha menoleh dan dia terkejut.

Arkie.

Didepan pintu juga ada beberapa anak yang Eksha gak kenal. Anak-anak itu tertawa dan mendorong tubuh Arkie masuk hingga menumbruk tubuh Eksha. Namun Eksha yang siap langsung memeluk Arkie secara refleks

Pintu tertutup dan suara kunci terdengar. Mereka berdua kekunci bersama. Arkie mendongak menatap mata Eksha.

"..."

tbc... voment + follow

✎ nv -26/12/23

Enchanted ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang