14. Ketahuan?

29K 2.5K 55
                                    

Happy Reading

Guru perempuan tadi maupun Arkie terlihat kebingungan. Gimana gak bingung, Arkie inget kalo dia baru bayar setengahnya saja. Tapi sekarang malah udah kebayar semua. Karena Bu Mega masih di kantor kepala sekolah.

Arkie hanya duduk didepan ruang komite untuk menunggu bu Mega. Siapa tahu bu Mega salah mencatat.

Beberapa saat kemudian, datanglah Nadhira khas dengan senyuman lebarnya. Arkie melihat cewe itu membawa bingkisan lagi.

"Hai Arkie" Nadhira menyapa Arkie dengan suara yang terdengar di imut-imutin.

Arkie hanya mengangguk, dalam benaknya masih kepikiran soal uang sppnya tadi. Gak mungkin juga ayahnya yang melunasinya, bahkan sekarang Arkie sendiri gatau kemana ayahnya. Toh dia ga peduli juga, yang penting dirinya sekarang bisa hidup dan makan itu lebih dari cukup baginya.

"Ngapain disini?" tanya Nadhira

"Mau bayar spp" jawab Arkie sekenanya.

"Antri ya?" Nadhira melihat sekeliling, sepi sih.

"Nunggu bu Mega" Nadhira merespon dengan anggukan kecil.

Hening beberapa saat, keduanya saling diam. Namun Nadhira menyodorkan totebag lagi ke arah Arkie. Arkie menatap nya dengan sebelah alisnya naik.

"Buat kamu"

Arkie sebenarnya ingin menolak, mengingat kejadian keasinan beberapa waktu yang lalu. Cuma saat dia melihat ekspresi sumringah yang terpancar dari wajah Nadhira, rasanya sungkan untuk menolak pemberiannya.

Arkie mengambil bingkisan itu dan menyimpannya di sebelah nya.

"Terimakasih" semburat merah muncul kedua pipi Nadhira, tampaknya dia salting.

"Sama-sama, oh ya gimana cookies yang waktu itu?" tanya Nadhira dengan excited.

"Keasinan dan gak layak dimakan."

Itu bukan Arkie yang menjawab, melainkan Eksha. Arkie sendiri pun terkejut melihat Eksha yang tiba-tiba muncul disebelahnya. Penampilannya tetep sama, khas seperti pentolan sekolah. Eksha sendiri sekarang, tapi biasanya ada dua teman lain disisinya.

Oh ya respon Nadhira gimana. Dia kaget juga, apa benar cookies yang dia berikan ke Arkie keasinan. Dia juga menyesal kenapa gak dia cicipi lebih dulu.

"Kalo niat lu ngasih, minimal tau rasanya lah gimana. Niat ngasih apa ngeracunin sih?" Sarkas Eksha.

Oh ini yang namanya Nadhira, gak begitu cantik. Biasa aja. Entah ya gak Eksha suka aja ngeliat Arkie duduk berdua sama Nadhira. Panas gitu rasanya. Arkie sendiri cuma diam sambil menatap Eksha.

"Kie beneran asin ya?" tanya Nadhira dengan raut menahan malu.

"Asin banget, lu mau bikin dia darah rendah?" lagi-lagi Eksha yang menjawabnya. Nadanya masih ketus sambil menatap Nadhira tidak suka.

"Apasih, gue nanya Arkie bukan lu! Lagian kenapa lu bisa tau kalo cookies bikinan gue asin?" balas Nadhira dengan nyolot, hancur sudah imagine yang dia bangun untuk cari perhatian ke Arkie. Nadhira dan Eksha saling beradu kebencian sepertinya.

"Ya karena gue juga ikutan makan!"

"Gak sopan ya lu makan hak orang lain!"

"Lawak, orang gue dikasih Arkie kok!"

"Tapi ya jangan ngejudge orang kayak gitu!"

"Yang ngejudge tuh siapa,  gue berbicara fakta kalo cookies buatan lu itu gak layak dimakan. Bahkan semut aja juga gak mau nyentuh." Eksha tertawa mengejek.

Arkie lagi-lagi hanya diam sambil melirik bergantian kearah mereka berdua yang masih beradu argumen. Arkie bahkan menikmatinya, karna menurut nya Eksha terlihat lucu jika sedang mengoceh seperti itu.

"Oh jangan-jangan itu juga keasinan? ngebet banget kepengen kawin" Eksha menunjuk bingkisan disebelah Arkie.

"Jangan asal tuduh! Gue udah bikin semaleman" pungkas Nadhira dengan tidak terima saat Eksha menghina kue kering buatannya.

"Cobain dulu tuh, yakin udah enak?" Ejek Eksha lagi.

Nadhira mengambil bingkisan itu dan membukanya. Secara penampilan masih oke. Tapi Nadhira juga takut, karena saking ngantuknya kemarin malem dia belum mencicipinya.

Eksha dan Arkie melihat setiap gerakan cewe berbando ungu itu. Merasa di tatap seperti itu, Nadhira semakin panik jika rasa kue kering itu sangat diluar ekspetasi nya.

"Buruan makan! Kenapa takut rasanyaa malah pait?" ejek Eksha lagi.

Nadhira mau tidak mau dia mengigit kue kering itu. Namun sedikit kesusahan, kayaknya terlalu kering hingga sedikit susah digigit. Namun saat dikunyah nya, dia terdiam. Yap, diluar ekspektasi nya.

"Apa rasanya? Enak? Asin?" Eksha mendekati Nadhira, dia juga penasaran seperti apa rasanya.

Namun dari mimik muka cewek tersebut, dia sudah tau jawabannya. Pasti tidak enak.

Nadhira sangat malu dan ingin mengubur dalam-dalam seluruh mukanya. Emang benar, keasinan. Padahal dia selalu mengikuti takaran yang pas. Saat praktek disekolah, enak kok. Tapi kenapa saat dibikin sendiri dirumah, rasanya sangat tidak layak untuk dimakan.

Tanpa apapun lagi, Nadhira berlari menjauhi kedua cowo itu. Malu banget. Eksha melihatnya hanya tertawa terbahak-bahak dengan bangga.

"Mau nyoba aah rasanya kayak apa" Eksha duduk disebelah Arkie dan hendak menyomot kue kering, tapi Arkie lebih dulu mengambil dan menjauhkannya dari Eksha.

"Jangan dimakan nanti sakit perut" ujar Arkie sambil menjauhkan bingkisan itu.

"Yah padahal kepo rasanya"

"Kalo laper makan di kantin"

"Iya deh iyaa"

Bu mega datang sambil membawa tumpukan kertas. Arkie yang melihatnya langsung berdiri, dan berkata dengan sopan.

"Bu maaf" Suara Arkie menghentikan langkah bu Mega.

"Ya?" masih sama ketus.

"Ibu nggak salah catat? Saya mau bayar sisanya tapi dicatatan ibu Tutik tadi udah kebayar sampe semester depan"

Bu Mega melirik Eksha yang duduk disana. Eksha sendiri jadi takut, padahal dia ingin bu Mega menjaga rahasia kalo dialah yang bayar sisa uang spp Arkie.

"Coba kamu tanya itu Eksha" Mampus dah Eksha.

tbc... voment + follow

✎ nv -25/12/23

Enchanted ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang