3. Motor Beat

44.7K 3.1K 55
                                    

Happy Reading

Suara teriakan yang entah darimana membuat kelimpungan para anggota geng Ryon. Satu persatu melarikan diri, begitu juga Ryon yang langsung melepaskan cekalan di kerah Arkie. Dan ikut berlari menyusul teman-teman.

Arkie merapikan kerahnya, menatap sekeliling parkiran. Sepi. Tidak ada tanda-tanda guru BK datang. Lalu siapa yang berteriak mengatakan ada guru BK. Arkie terdiam, manik hitamnya menyoroti sekali lagi parkiran itu. Nihil. hanya dia saja yang berada disana.

Arkie mengabaikannya, berjalan ke sepedanya yang tergeletak. Menuntunnya lagi keluar sekolah.

"Misi satu berhasil"

Suara tepukan tangan dengan bangga terdengar dari sisi dinding belakang.

"Percaya gak itu suara tertinggi selama gue hidup" bangga Yossa.

Ternyata Yossa dan Degga lah yang mempunyai rencana berteriak tadi. Meski yang berteriak hanya Yossa. Tapi mereka berdua berhasil menghalau geng Ryon yang mau menyerang Arkie.

"Emang gue peduli?" jawab Degga sambil keluar dari tempat persembunyiannya.

"Nyamuknya banyak banget couh"

Degga menepuk baju nya yang agak kotor sambil menatap Yossa.

"Lu mau keluar kagak? buruan keburu Arkie jauh pekok!"

Dengan tidak sabaran Degga menarik tangan Yossa dengan kencang kemudian berlari kearah mobilnya. Yossa hanya meracau kesal karena Degga.

"Sabar anjinggg!!" umpat Yossa.

"Jangan ditarik juga! Putus nih tangan gue!!" gerutu Yossa.

;+

Arkie memasuki gang kecil sambil menuntun sepedanya. Belum sampai di ujung gang. Ada yang memanggilnya.

"Oy Arkie! ngapa lu olang telat?"

Itu Koh Afeng. Berpakaian hanya singlet putih dan sarung coklat kotak-kotak kebanggaan. Beliau berkacak pinggang sambil membenarkan letak kacamatanya. Dilihat dari sorot matanya, koh Afeng terlihat kesal.

Arkie memarkirkan sepedanya di ujung gang deket sumur. Lalu berlari kembali ke depan untuk berbicara dengan koh Afeng.

"Tumben lu telat? kan owe tadi pagi dah bilang. Garapan banyak, lu olang malah pulang telat" ujar koh Afeng dengan nada yang sedikit ketus.

"Maaf koh, ada problem dikit di sekolah" Arkie menjawab dengan sekenanya.

"Yaudah, buru lu olang ke depan. Bantuin Arya." kata koh Afeng lalu beliau kembali masuk ke dalam bengkel.

Arkie bekerja di bengkel Koh Afeng saat dia SMP kelas 9. Kalo bukan karena kondisi ekonomi keluarganya, dia tidak akan menekuni bidang otomotif. Juga berkat Arya, rekan serta yang sudah dia anggap seperti abang. Membantunya belajar mekanik otomotif.

Meski jika boleh jujur Koh Afeng cukup pelit jika masalah gaji. Setidaknya, cukup baginya untuk membayar uang kost dan makan setiap harinya.

Arkie berganti pakaian menjadi seragam bengkel yang penuh noda hitam.

"Bang, yang mana garapan gue?"

Arkie menggulung lengannya, otot-otot tangannya tercetak jelas. Arkie sangat tampan dan terkenal didaerah tersebut. Jadi tidak heran, banyak cewe-cewe yang datang ke bengkel koh Afeng dengan embel-embel service motor, padahal hanya untuk melihat Arkie.

"Oh itu motor Vario. Notanya dimeja ada beberapa yang perlu diganti. Lu cek aja sendiri Ki" jawab Arya dengan masih terfokus pada motor yang sedang dia kerjakan.

"Oke"

;+

Beberapa hari kemudian. Eksha, Yossa dan Degga berkumpul di kamar Eksha. Yossa tiduran, Degga juga menjadikan paha Yossa sebagai bantal. Sedangkan Eksha memainkan game di hpnya.

"Sha, Arkie kerja di bengkel" ujar Degga sambil memainkan hpnya.

"Bengkel mana?" fokus Eksha terahlikan  mematikan hpnya lalu duduk menghadap kearah dua temannya.

"Depan SMP Pemuda 3, sebrang jalan."

Eksha terdiam sesaat. Tampaknya dia sedang menyusun rencana. Tiba-tiba dia beranjak dan berjalan ke lemari untuk mengambil hoodienya.

"Yos, gue minjem motor beat lu!" titah Eksha.

Yossa terkejut dan langsung duduk membuat Degga juga ikutan duduk.

"Hah?? motor beat gue?" kaget Yossa sambil menatap Eksha kebingungan.

"Iya! cepet bawa ke depan gerbang!"

Fyi, Yossa masih tinggal di satu perumahan mewah yang sama dengan Eksha maupun Degga. Hanya berbeda beberapa blok saja.

Mendengar ucapan Eksha, Yossa berdiri dan mencegat Eksha.

"Itu motor udah lama gak dipake, sekarang udah di gudang kayaknya. Lu beneran mau pake?" tanya Yossa untuk memastikan keputusan Eksha. Bukan apa-apa, itu motor beat keluaran lama, milik tukang kebun yang dulu kerja dirumah Yossa. Karena beliau meninggal. Jadi gaada yang pake lagi, Yossa juga gabakal pake motor itu.

"Iya, cepet bawa kesini. Eh Ga, anterin Yossa ambil motornya"

Setelah berkata itu, Eksha turun dari lantai 3 menuju lantai 2, lalu berjalan ke salah satu spot di lantai dua yang cukup besar. Eksha menghampiri wanita setengah baya, yang terlihat sibuk berkutat dengan tumpukan kain serta jejeran manekin. Ada dua perempuan lain yang sibuk dengan mesin jahit.

"Ma" panggil Eksha.

"Eh iya sayang?" Mama Wendi berbalik dan tersenyum manis menatap anak bungsunya.

"Aku mau ke bengkel"

"Loh? motornya kenapa lagi? belum bilang papa?" terlihat kerutan di dahi mama Wendi.

"Ngga, ini mau service motornya Yossa."

"Motornya Yossa?"

Eksha mengangguk, sedangkan mama masih bingung. Biasanya tiga sekawan itu selalu service motor bersama. Itu juga dibengkel yang harus reservasi 1 hari sebelum nya. Dengan raut kebingungan mama hanya mengangguk.

Eksha mendekati mamanya lalu menyalimi dan mencium pipi mamanya.

"Pulangnya jangan terlalu malam nanti papa sama kakakmu nyariin" ujar mama sambil menatap anak bungsu.

Eksha tersenyum dan mengangguk. Lalu dia turun. Yossa dan Degga ikut berpamitan untuk turun ke lantai dasar.

"Cepetan bego keburu sore" Eksha merengut kesal. Yossa dan Degga berdecak kesal juga. Salah satu sifat Eksha, tidak sabaran.

"Sabar anjing, tunggu situ!" Ujar Yossa sambil menepuk pundak Degga untuk menyalakan motornya.

"Supir, ayo jalan pir!"

Ucapan Yossa menuai tatapan semakin kesal dari Degga. Namun, dia tetap menurut saja.


tbc... voment + follow

✎ nv -8/12/23

Enchanted ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang