2. Merasa bersalah

54.4K 3.6K 90
                                    

Happy Reading

Arkie memegang rahangnya sambil meringis, sorot matanya tajam menatap Eksha yang tiba-tiba menonjok nya. Emosi tentu, tapi dia tidak ingin membuat masalah dengan anak pemilik sekolah.

"Gue emang gak bisa bayar, tapi gue tau cara menghargai orang." tukasnya.

"Kalo lu tau cara menghargai, apa susahnya terima bantuan gue?" sewot Eksha dengan nafas yang memburuh.

"Selagi gue bisa, gue gak perlu bantuan dari lu. Kita bahkan gak kenal."

Perkataan Arkie membuat Eksha tersadar. Benar, mereka belum saling mengenal. Tapi kenapa Eksha tergerak hatinya untuk membantu Arkie.

"Udah? gue cabut dulu."

Arkie melewati Eksha sambil mengusap rahangnya, pukulan Eksha cukup membuatnya tidak mengantuk lagi. Sedangkan Eksha termenung dengan apa yang telah dia perbuat.

;+

"Woy Puki!" seru Degga.

Yossa dibelakang sambil memakan snacknya, mereka berdua berjalan mendekati Eksha yang sedang merokok di rooftop.

"Kemana aja lu? gue cari di ruangan bokap lu kagak ada"

Degga merebut snack dari tangan Yossa, membuat sang empu merengut kesal dan mendorong pelan tubuh Degga.

"Beli kek! main nyomot aja" kesal Yossa.

"Halah ini juga lu dikasih" Degga menghabiskan snack milik Yossa dan membuang bungkusnya diarah Yossa. Dan di akhiri ketawa ngakak dari Degga.

Yossa kesal, membuang bungkus itu kearah lain. Lalu manik coklatnya menyadari sesuatu.

"Eh Sha! napa lu? diem aja dari tadi?" tanya Yossa.

"Nahan berak dia, anterin Yos"

Degga menyalakan rokoknya, lalu menghembuskan keatas membuat kepulan asap diudara siang yang mendung itu.

"Iya? ayo gue anterin?" polos Yossa.

"Bego." balas Eksha singkat, sambil memandangi bangunan yang berjejeran dibawahnya.

Yossa dan Degga saling bertatapan, seperti mereka berkomunikasi lewat mata. Heran dengan sikap Eksha yang lebih banyak diam. Biasanya juga tantrum.

"Lu kenapa, Sha?" tanya Degga sambil berjalan lalu duduk disebelah kiri Eksha. Sedangkan Yossa disebelah kanan.

Mereka bertiga berteman dari kelas 10. Namun Degga adalah teman dari kecilnya Eksha. Tentu tau, perubahan sifat temannya yang berbeda. Degga tau betul Eksha tidak pandai menyembunyikan ekspresi.

"Gue abis nonjok orang" Ucap Eksha.

"Terus?" balas Degga.

Yossa merapatkan tubuhnya kearah Eksha sambil memiringkan wajahnya, untuk menatap Eksha.

"Apasih anjing?" Eksha mendorong cukup kasar tubuh Yossa yang lebih pendek darinya, membuat Yossa terhuyung.

"Yos, lu diem dulu"

Degga menengahi, Yossa cukup diam dan kembali duduk agak berjauhan dengan Eksha.

"Lu udah puluhan kali nonjok orang, jadi apa masalahnya?" tanya Degga.

"Entah gue ngerasa bersalah sama dia"

Jawaban Eksha membuat kedua temannya melotot, serius ini Eksha temannya. Karena Eksha yang mereka kenal, jauh lebih badas. Sering mukulin orang tanpa perasaan, namun Eksha yang disebelah mereka berkata jika dia merasa bersalah dengan korban nya. Ini beneran Eksha?

"Hah?"

"Lu serius Sha?" Degga masih tidak percaya dengan apa yang keluar dari mulut temannya itu.

"Iya, baru kali ini gue ngerasa bersalah abis nonjok orang." Eksha menghembuskan napasnya.

"Ini adalah pertanda dunia sedang tidak baik-baik saja" dramatis Yossa.

"Memangnya siapa sih yang lu tonjok?"

"Arkie" Degga juga Yossa kembali melotot.

"Anjir? Arkie yang di ruang komite tadi? ngapain lu tonjok bego" seru Degga.

"Iya tolol banget, lagian keliatannya Arkie anak baik-baik" tambah Yossa.

Eksha menghela napas lagi. Biasanya  yang kena pukul Eksha itu anak-anak yang suka menghina seseorang yang dia kenal. Paling parahnya sih nonjok preman atau anak sekolah lain yang punya dendam kepadanya.

Namun, ini Arkie. Notabenya mereka tidak saling mengenal. Eksha sendiri baru pertama kali melihat sosok Arkie saat di ruang komite tadi pagi, setelah hampir 2 tahun bersekolah disitu.

"Panjang ceritanya, tapi lu berdua mau bantuin gue gak?" tanya Eksha sambil menatap bergantian kearah temannya.

"Boleh aja, bantuin apa emangnya?" Tanya Degga.

Kemudian Eksha merangkul kedua temannya mendekat kearahnya. Lalu dia menceritakan semuanya, dan merencanakan sesuatu dengan bantuan Degga dan Yossa.

;+

Arkie berjalan pelan menyusuri parkiran belakang yang jarang sekali dipakai. Hanya ada beberapa sepeda motor milik tukang kebun. Suasana parkiran itu juga cukup gelap, karena cuaca sore hari itu mendung dan berangin.

Arkie mendekati sepeda gunung yang sedikit tua. Kemudian dia berjongkok untuk membuka rantai kunci yang melilit ban sepedanya. Namun, dia menyadari ban sepedanya kempes.

Arkie menghembuskan napas lelah. Lalu menyalahkan hp nya untuk melihat jam. Jam setengah 5 sore. Mengantongi hpnya lagi, lalu menuntun sepedanya keluar dari parkiran itu.

Namun saat mencapai pintu parkiran ada yang menghalanginya. Arkie menatap dengan dingin beberapa cowok yang menghalanginya.

"Masih jaman banget sepeda butut gini dibawa ke sekolah?" ujar cowok berambut merah, yang jika tidak salah namanya Ryon. Dan beberapa cowo lain yang Arkie tidak kenal.

Karena sifat Arkie yang apa-apa dibawa dengan tenang, jadi dia tidak menanggapinya. Dia hendak menuntun kembali sepeda nya, namun dari belakang ada yang menahannya lagi.

"Lu miskin. Kenapa lu masih sekolah dah? bikin penuh aja" nada hinaan Ryon masih belum membuat Arkie tersulut.

"Lu gak ganteng, gak punya prestasi, miskin, gak guna! mending lu minggat deh!"

Suara ketawa dari beberapa cowok menggema di parkiran itu. Sekali lagi, Arkie masih tenang namun sorot matanya mulai terlihat menajam.

Salah satu temannya Ryon yang berjaket navy, menendang sepedanya. Hingga sepeda itu terpental terbentur tumpukan batu bata.

Ryon tersenyum puas dan mengejek. Arkie masih cukup sabar. Dia menatap satu persatu gengnya Ryon, dengan tatapan menatang.

"Oh lu nantangin ya anjing?" Ryon meraih kerah seragam Arkie dan menariknya dan hendak melayangkan pukulan.

"HEH GURU BK, MENDEKAT CEPET KABUR, KABUR YANG JAUHH!!"


tbc... voment + follow

nv -04/12/23

Enchanted ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang