❝ Happy Reading ❞
Setelah kejadian dibengkel waktu itu, beberapa hari kemudian Eksha belum ketemu lagi sama Arkie. Mungkin karena Eksha sering bolos atau Arkienya yang ga keliatan. Mereka juga beda kelas. Lebih tepatnya beda jurusan.
Kayak sekarang, Eksha lagi duduk di bangku depan komite sambil nganyun-ngayunin kakinya untuk menghalau rasa bosan. Kalo bukan disuruh papanya nunggu disitu, dia lebih milih ke UKS buat tidur.
Suara ceklekan pintu terdengar, Eksha menoleh. Ternyata papanya udah keluar. Eksha berdiri dan tersenyum simpul kearah papanya.
"Ada apa pah nyuruh adek kesini?"
Baru saja Eksha melontarkan pertanyaan itu, datang Arkie dari arah samping. Dia terkejut melihat interaksi antara bapak dan anak. Lalu menunduk berusaha melewati mereka. Dan mengurungkan niatnya untuk ke ruang komite.
Namun saat Arkie lewat disampingnya, Eksha dengan sigap langsung mencekal pergelangannya, hingga langkahnya terhenti.
Papa Hendrik menatap remaja didepannya dengan tatapan bingung.
"Temenmu dek?"
"Um, iya pah. Oh ya kenapa nyuruh adek kesini pah?" tanya lagi.
Arkie mencoba melepaskan cekalan ditangannya. Entah apa yang dipikiran Eksha hingga menahannya didepan papanya seperti ini. Juga wajah Eksha lempeng-lempeng aja sambil natap papanya.
"Papa mau ke Medan dek" ujar papanya.
Eksha terkejut. Well, dia kaget karena papanya emang orang Medan, cuma udah berapa tahun ini ga kesana. Apa yang membuat papanya kesana lagi.
"Loh? Kenapa pah?"
"Kerjaan dek, cuma 5 hari kok"
"Nanti kalo adek kangen gimana pahh" rengek Eksha.
Arkie menaiki sebelah alisnya saat mendengar rengekan Eksha. Baru pertama kali juga dia melihat sisi Eksha seperti ini. Dia kira Eksha juga sangar karena penampilannya. Ternyata tidak.
Papa Hendrik terkekeh dan mengusak-usak gemas rambut blonde putranya.
"Kan bisa vidcall adek.."
Arkie memutar bola matanya, netranya memusatkan kearah lapangan yang sepi. Kenapa dia harus terjebak disini. Cekalan Eksha juga gak main-main. Kencang sekali.
Bibir Eksha mengerucut lucu, papa melihat nya dan langsung memeluk anak bungsu nya yang menurutnya masih seperti balita.
Arkie melirik sekilas dan lagi-lagi menghela napasnya.
"Udah yaa, kamu nurut sama mama sama kakak. Nanti papa bawain oleh-oleh"
Mendengar kata oleh-oleh senyumannya kembali merekah hingga matanya membentuk bulan sabit. Eksha mengangguk dan menyalami tangan papanya.
Papa Hendrik pun berjalan menjauh dari Eksha juga Arkie.
Arkie melepas cekalan itu. Keningnya mengerut memandangin Eksha yang masih melihat siluet papanya yang semakin menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted ✔️
Teen Fiction⚠️ BL "Gue miskin, Sha." -Arkie Wibowo. "Gue bisa ngasih lu apapun." -Eksha Maliksya. "Gue gak punya hal yang bisa dibanggain." -Arkie Wibowo. "Gue selalu bangga sama lu." Eksha Maliksya. Kisah anak pemilik sekolah yang selalu bergelimang harta dan...